Jhon di bawa ke rumah sakit oleh Arsen dan Keisya, alergi Jhon kambuh setelah hidungnya termasuki oleh bubuk gula salju yang Kei bawa dari Indonesia untuk sang kakak.
"Dia mengalami alergi karena me.." ucap dokter paruh baya yang ada di hadapan mereka terhenti karena Arsen menyela.
"Iya dia alergi bubuk gula." timpal Arsen, dokter wanita itupun mengangguk membenarkan ucapan anak muda yang ada di depannya.
"Kenapa kamu membawa bubuk gula itu?" Arsen bertanya pada Keisya dengan nada sedikit marah.
"Kamu bisa berhasa Indonesia?" wajah Kei tersenyum sumringah saat mengetahui di negara asing ini menjumlai warga yang sama dengannya, tentu bisa membuatnya lebih mudah berbicara karena Kei tidak pandai berbahasa Inggris.
"Apa pertanyaanmu penting untuk ku jawab? Lalu kenapa kamu membawa bungkusan gula bubuk itu di kopermu?" sahut Arsen kesal.
"Kenapa kamu jadi marah padaku, teman kamu sudah mencuri barang milikku. Tentu saja aku mengejarnya, dan kamu hanya mengatakan padanya jika itu bukan narkoba. Apa kamu dan dia adalah seorang komplotan pengonsumsi narkoba? Atau bahkan kalian bandar narkoba?" Kei mencecar pria tampang yang ada di hadapannya ini dengan segudang pertanyaan.
"Dia hanya sedikit mabuk! Jika dia mengonsumsi narkoba tentu dia pasti bisa membedakan mana bubuk gula dan mana narkoba" ketus Arsen.
"Ah, sial! Jadi karena itu kamu mengatakan semua ini salahku? Orang yang merasa di rugikan adalah aku, kenapa kamu justru menghakimi aku?" jawab Kei tak mau kalah.
Tak ingin berdebat lagi, Arsen kemudian berlalu pergi meninggalkan Kei sendiri di lorong kloridor rumah sakit.
"Huuufft..." Ia membuang nafasnya kasar.
"Apa ini milikmu?" tanya seorang polisi Prancis menggunakan bahasa Prancis sembari membawa sebuah kantung plastik yang masih berisi sedikit gula halus di dalamnya.
Keisya membuka kamus bahasa prancis, mengejak satu persatu kata yang akan ia ucapkan.
"Ini gula halus, jadi.. Em, ah! Bapak tau gula? Hanya makanan." Kei memperagakan tangan kanannya seperti seseorang yang sedang makan.
"Maksudku ini adalah makanan, bukan narkoba." jelas Kei lagi.
"Kami akan memeriksanya terlebih dahulu, seseorang tidak mungkin makan melalui hidung mereka bukan?" ucap polisi itu kepada Kei.
"Di mana alamatmu?" imbunya lagi.
"Apa?" ucap Kei bingung saat polisi itu menanyakan alamatnya, pasalnya ia tak paham dengan apa yang di ucapkan polisi tersebut karena menggunakan bahasa Perancis.
"Alamatmu!" ulang polisi itu lagi menggunakan bahasa Inggris.
"Ah, alamat? Aku dari Indonesia, aku tinggal di Indonesia." jelas Kei dengan bahas Inggris juga.
"Indonesia? Biar ku lihat paspor milikmu, kau terlihat muda pasti masih di bawah umur." ucap polisi itu mengulurkan tangan kanannya, meminta paspor Kei.
"Apa?" tanya Keisya lagi, karena ia benar benar tak faham dengan apa yang di tanyakan polisi itu.
"P A S P O R." Polisi itu mengeja ucapannya dengan kesal.
"Ah, paspor!" Keisya segera melepas ranselnya, lalu membuka resleting dan mengeluarkan paspor miliknya kemudian memberikannya pada pak polisi.
"Di mana kau tinggal di Perancis?" tanyanya.
"Kau tinggal di sini tidak ilegal, bukan?" imbuhnya lagi.
Keisya hanya menoleh, bingung karena tak faham dengan ucapan polisi yangbsedang mengintrogasinya.
"Apa yang dia katakan, ini benar benar membuatku gila!" ucap Kei dalam bahasa Indonesia, yang masih memiringkan wajahnya.
"Bisakah berbicara dalam bahasa Inggiris saja? Tolong, lebih pelan lagi." ucap Kei tersenyum menatap pak polisi.
"It's oke, baby." ucap Arsen yang tiba tiba datang langsung memeluk Keisya dari belakang, Kei menoleh dan terkejut.
"Dia pacarku, datang ke sini untuk sebentar hanya mengunjungiku saja." ucap Arsen dalam bahasa Prancis.
"Hai Sen, lama tidak bertemu denganmu. Tentu saja kamu terlibat dalam masalah ini." sapa pak polisi pada Arsen.
"Terserah bapak mau berkata apa, yang jelas itu bukan sebuah narkoba." jawab Arsen.
"Bahkan jika ini memang bukan bubuk gula, tetap saja urusan ini belum selsai. Kamu selalu membuat onar dengan mengemudi di jalanan." jelasnya.
"Huuuufftt..." Arsen menghembuskan nafasnya panjang.
"Apa ada masalah?" tanya Kei kepada Arsen karena ia tak paham dengan dua pria yang sedang berbincang.
"Dengar! Sampai kami menerima hasil pemeriksaannya, aku akan menahan paspor pacarmu. Jangan sampai kau kabur!" ucapnya menyodorkan sebuah kertas, lalu pergi meninggalkan Kei dan Arsan.
"Kenapa dia mengambil pasporku? Kapan dia akan mengembalikannya?" cecar Kei.
Arsen hanya diam tidak menjawabnya.
"Aku harus pulang." ucap Arsen.
"Tolong antarkan aku pulang, aku akan membayar ongkosnya!" ucap Keisya memohon pada pria yang baru ia temui itu.
"Apa kamu selalu mencoba menyelesaikan semua masalahmu dengan uang?" ketus Arsen kesal.
"Ya sudah, kamu pergi saja sekarang." jawab Kei lesu menundukan kepala.
Mendengar ucapan Kei, Arsen menjadi iba padanya. Kemudian mengajaknya untuk segera naik ke mobilnya, ia akan mengantar gadis ini ke rumah Salsa.
Setelah mobil berhenti tepat di rumah Salsa, Kei segera turun dari mobil Arsen tak lupa mengangkat kopernya di jok belakang.
"Aku akan menghubungimu sehari tiga kali untuk menanyakan pasporku padamu! Jika pasporku sudah kembali kau wajib menjawab panggilanku, dan jika belum kembali kau tidak perlu menjawabnya. Aku mohon padamu." ucap Keisya.
"Kau terlalu berlebihan" jawab Arsen mengalihkan pandangannya.
"Terima kasih untuk tumpangannya." Kei tersenyum pada arsen sembari melambaikan tangan, lalu mengangkat kopernya menaiki teras rumah Salsa.
Tok Tok Tok, Tok Tok Tok!
Kei terus mengetuk pintu rumah kakaknya meskipun tak ada jawaban dari dalam rumah.
"Kakak.." ucap Keisya, namun masih tak ada jawaban juga.
Tok Tok Tok!
Keisya terus mengetuk pintu, sedangkan Arsen masih diam memperhatikan gadis itu dari dalam mobil.
"Apa di dalam tidak ada orang?" tanya Arsen membuka pintu mobilnya, ia tak tega pada gadis malang ini.
"Dia akan kembali, mungkin sedang keluar." sanggah Kei.
"Kamu akan menunggu dia kembali?"
"Mungkin dia hanya pergi sebentar di sekitar sini."
"Apa kamu tidak pernah mendengar tentang jalanan di Paris ketika malam malam?" tanya Arsen.
"Jangan berbicara seperti itu, jangan membuatku takut." timpal Keisya.
"Apa kamu pikir gadis yang berlari dengan segepok uang akan kembali ke rumahnya? Fikiranmu terlalu polos." sahut Arsen.
Kei menundukan kepalanya.
"Dia akan kembali."
"Baiklah kalau begitu, tunggu saja di sini. Aku akan pulang sekarang." Arsen masuk kembali dalam mobil, lalu melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi.
Sekarang tinggal Kei sendirian di teras rumah yang minim penerangan jalanan, ia menatap sekitar yang merasa takut karena jalanan sepi.
"Swiuwit..."
"Swit swit."
"Wah, gadis cantik."
"Apa dia tinggal di sini?"
Ucap gerombolan beberapa pria nakal lewat di depan rumah, Kei merasa sangat ketakutan lalu membungkukan badannya di balik dinding agar tidak terlihat oleh mereka lagi.
Beruntungnya pria pria brandalan itu ganya lewat meskipun sempat ingin menggoda Kei.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments