Chapter 4

Setelah gerombolan pria pria nakal itu pergi, Kei segera menarik kopernya dan berjalan pergi dari rumah itu.

Tiba tiba silau cahaya putih dari lampu mobil di belakangnya sangat mencolok, kemudian mobil itu berhenti tepat di sampingnya.

"Kamu mau ikut ke rumahku?" ucap Arsen membuka pintu jendela mobilnya.

"Apa kamu yakin rumahmu lebih aman dari pada di sini?" Kei menatap wajah Arsen sendu.

"Aku tidak tau apakah rumahku lebih aman dari tempat ini, tapi setidaknya rumahku lebih nyaman dari tempat ini. Apa yang akan kamu lakukan? Apa kamu mau ikut pulang ke rumahku?" tanya Arsen lagi.

Keisya menatap sekeliling area jalanan ini, tampak sunyi dan sepi serta minimnya penerangan lampu jalanan menbuatnya takut jika berlama lama sendirian di sini.

Keisya mengangguk.

Setelah beberapa saat, Arsen membawanya masuk ke sebuah rumah yang sebagian besarnya terbuat dari dinding kaca meskipun ada sebagian dinding biasa pada umumnya dengan nuansa putih.

Saat Kei memasuki rumah ini, hanya gelap yang bisa ia lihat. Kemudian mengikuti Arsen menuruni anak tangga, pria tampan yang ia ketahui namanya dari polisi tadi.

"Masuklah!" perintah Arsen.

Tit!

Terdengar suara otomatis saat Arsen menginjakan kaki di anak tangga pertama, kemudian semua lampu menyala dengan sangat terang.

"Whaoooowww..." Kei terpesona melihat kemewahan rumah ini, ia menuruni tangga sembari menatap ke segala penjuru bagian di rumah ini.

"Benar benar mewah!" guman Kei takjub.

Arsen melempar tasnya di sebuah sofa panjang berwarna cream, lalu beranjak pergi menuju dapur untuk mengambil sebotol minuman kemudian langsung meminumnya sembari berjalan.

"Ah..." Arsen menjatuhkan tubuhnya pada sofa empuk miliknya.

"Apa kamu tidak tinggal bersama keluargamu?"

"Heeemm."

"Kamu tinggal sendirian?" Kei membualatkan matanya.

"Memangnya kenapa? Apa ada yang salah jika aku tinggal sendirian?" timpal Arsen santai.

"Kamu ini siapa?" Kei menatap Arsen takut.

"Apa maksud kamu, menanyakan aku ini siapa?" Arsen menatap Kei heran.

"Apa kamu ini pengedar narkoba, atau seorang bandar narkoba tuan?" Kei mulai ragu dengan pria yang sedang duduk sampai di sofa itu.

"Apa?" Arsen mengerutkan dahinya.

"Apa yang kamu lakukan sehari hari, apa kamu ini komplotan geng?"

"Hoooff... Kamu yakin aku seorang pengedar narkoba?" Arsen tersenyum miring.

"Sepertinya kamu sangat di kenal polisi, dan temanmu tadi seperti orang yang suka menghirup apapun seperti bubuk s*bu." ungkap Keisya.

"Ya, memang itu benar." Arsen mengangguk.

Kei membelalakan matanya lebar lebar mendwngar jawaban Arsen.

"Tapi.. Kenapa menurutmu aku seorang pengedar narkoba? Orang yang menahan paspormu, apa menurutmu itu benar benar polisi? Apa kau masih memiliki dua ginjal lengkap?" ucap Arsen berdiri sembari terus melangkah maju ke arah Kei, yang membuat Kei terus melangkah dengan berjalan mundur karena ketakutan dengan pertanyaan pertanyaan pria yang ada di depannya ini.

Saat Arsen menanyakan tentang ginjal miliknya, Kei langsung melepas ransel dan menutup dadanya dengan ransel miliknya itu. Jantungnya benar benar berdebar kencang, ia merasa sangat takut jika Arsen akan membun*h dan mengambil ginjalnya.

"Ku peringatkan kamu, jangan mendekat! Jangan melangkah maju lagi! Jika kamu maju selangkah lagi, aku tidak segan segan membun*hmu." ancam Kei dengan suara bergetar karena ketakutan.

Saat Kei terus berjalan mundur, tiba tiba tubuhnya berhenti karena terdapat pintu yang tertutup.

Arsen merentangkan kedua tangan di antara tubuh kecil Kei, kemudian menatap Kei dalam.

"Ini akan menjadi kamarmu!" bisik Arsen tepat di telinga kanan Kei.

"Hah?" Kei menatap Arsen terkejut, bagaimana bisa sikap pria mengerikan ini tiba tiba berkata bahwa ini akan menjadi kamarnya.

"Panggil aku jika kamu membutuhkan sesuatu!" ucap Arsen membuka gagang pintu kamar.

Ceklek!

Arsen berbalik badan lalu meninggalkan Kei begitu saja.

"Kenapa dia membiarkan fikiranku menjadi liar?" guman Keisya yang terus menatap langkah perginya Arsen.

"Huuuufftt..."

Kei membawa kopernya masuk ke dalam kamar, ia duduk di pinggir kasur empuk sembari melepas sepatunya sembari melamun memikirkan hal yang terjadi padanya tadi siang.

"Huuuufftt... Selain makanan yang ku makan di pesawat, aku belum makan apapun. Aku lapar!" ucapnya pada dirinya sendiri.

Ceklek!

Kei membuka pintu kamarnya pelan, lalu mengintip suasana di luar kamarnya yang sudah gelap karena Arsen mematikan semua lampu.

Ia berjalan mengendap endap menuju dapur untuk mencari beberapa makanan di dalam kulkas, untuk mengganjal perutnya yang sudah mulai keroncongan karena lapar.

Arsen yang berada di lantai atas sedang memasukan bukunya ke dalam ransel miliknya, Ia berdiri karena melihat Kei berjalan mengendap endap menuju dapur dalam gelapnya lampu yang sudah padam laku memperhatikan gerak gerik gadis cantik itu kemudian segera turun menuju dapur.

Keisya membuka pintu sebuah kulkas besar yang ada di dapur rumah ini, ia melihat isi kulkas yang penuh dengan berbagai macam minuman maupun camilan yang berbagai macam pilihan.

Clic!

Lampu menyala, Kei segera memejamkan matanya karena telah tertangkap basah oleh Arsen.

"Apa yang kamu lakukan gelap gelapan seperti ini?" tanya Arsen yang berdiri di depan pintu dapur.

"Maaf, karena aku tidak meminta ijin dahulu padamu. Aku hanya memakan makanan milikmu yang sudah lewat tanggal kadaluarsanya, jadi terimalah ini sebagai gantinya." Kei menyodorkan uang di meja makan yang ada di dalam dapur.

"Sesulit apa hidupmu sampai kau harus makan makanan kadaluarsa seperti ini?" Arsen segera memeriksa beberapa bungkus makanan yang sudah kosong.

"Maaf.." Kei menunduk.

"Siapa namamu?"

"Apa?" Kei terkejut saat Arsen menanyakan namanya.

"Maksudku, orang lain biasa memanggilmu bagaimana? Apa kamu tidak punya nama?" ketus Arsen.

"Aku tidak sempat memberi tahumu tadi, tapi terima kasih sudah berbaik hati memberiku tempat tinggal."

"Namamu terlalu panjang, aku bingung harus memanggil yang mana." Sahut Arsen santai.

Kei menunduk.

"Tidak perlu berterima kasih, sebagai ganti bubuk gula yang kamu katakan bahwa ibumu menyuruhmu memberikan pada kakakmu." ucapnya lagi, kemudian berlalu pergi meninggalkan Kei sendiri di dapur.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!