Chapter 5

Di Indonesia, ibu Arsen bernama Monalisa Dewi adalah istri siri dari keluarga kaya raya yang memiliki perusahaan ARGO Grup. Bisnisnya berjaya dan berkembang pesat dari tahun ke tahun, namun karena ayah Arsen tidak menikahi ibunya secara sah akhirnya sang ibu hanya bisa diam di rumah menikmati segela kemewahan yang ada di rumah ini tetapi tak bisa berbuat apa apa. Arsen sendiri tercatat dalam daftar kartu keluarga sebagai anak kedua dari ayahnya yang bernama Susilo Herlambang dan sebagai anak dari ibu sambungnya yang mana adalah istri sah ke 2 yang ternama Susan Candrawati, Sedangkan kakak Arsen yang bernama Erland Keviar adalah anak pertama dari ayah dan istri sahnya yang nomor 1 namun ibunya sudah meninggal. Sedangkan istri ke 2 adalah dewan pemimpin sekolahan di ARGO International School, yaitu sekolah milik ayah Arsen sendiri.

Hari ini, istri ke 2 datang ke rumah ini lalu segera masuk menemui suaminya di ruang kerjanya.

"Apa yang mereka bicarakan?" guman Monalisa menempelkan telinganya di balik pintu ruang kerja suaminya untuk menguping pembicaraan mereka, namun sial aksinya ini di lihat langsung oleh putra pertama dari keluarga ini.

"Heeemmm, mereka tidak membicarakan dirimu." Mona berbicara sangat pelan, sedangkan Erlan hanya berdiri diam tanpa menjawab sepatah katapun.

Erland adalah anak yang cuek, tak banyak bicara, anak yang bodoh amat tentang urusan keluarga. Di hatinya hanya merasa hidupnya sendiri karena sang ibu telah pergi meninggalkan dirinya untuk selamanya, iapun tau jika dua wanita yang menjadi ibu sambungnya ini semua hanya mengincar harta milik ayahnya. Itu sebabnya Erland sangat membenci Arsen karena dirinya merasa Arsen telah merebut kasih sayang ayahnya dan kelak jika ia besar juga akan merebut kekuasaan yang seharusnya menjadi miliknya tapi karena sang ayah memasukannya ke dalam daftar kartu keluarga itulah yang mrmbuat Erland membenci Arsen, padahal Arsen begitu mencintai kakaknya itu karena dahulu ibu kandung Erland yaitu Monalisa tidak bisa tinggal di rumah mewah ini sehingga hanya kakak dan ayahnya saja yang bisa Arsen andalkan. Namun setelah Monalisa datang ke rumah ini, istri ke 2 memilih pergi meninggalkan rumah ini dan meminta rumah yang baru kepada suaminya tetapi Erland menyuruh ayahnya agar memgasingkan Arsen jauh di Paris.

"Mereka hanya membicarakan aku, hanya aku." ucap Monalisa tersenyum kepada Erland.

Namun Erland berjalan mendekat ke pintu untuk masuk tanpa berekpresi sedikitpun, wajah dinginnya membuat Monalisa takut.

Saat Erland hendak mengetuk pintu, Monalisa segera mengetuknya terlebih dahulu.

"Erland sudah datang!" teriak Monalisa, sedangkan Erland hanya meliriknya saja.

"Masuklah, ibumu sudah ada di sini." ucapnya lagi, lalu Monalisa segera berbalik arah untuk pergi.

"Apa aku punya ibu di rumah ini?" tiba tiba Erland melontarkan pertanyaan yang membuat Mona langsung berbalik badan.

"Ya ampun, baiklah. Kau memang tak pernah punya ibu di rumah ini maupun di mana mana, aku hanyalah pembantu. Pembantu yang membesarkanmu!" sahutnya kesal.

"Apa kamu perlu memdengar penjelasanku!" ucap Erland dingin.

"Iya iya aku pergi, aku pergi sekarang. Pembantu ini akan pergi." ucap Mona menunjuk dadanya sendiri.

Ceklek!

Erland membuka pintu, kemudian segera masuk ke dalam. Di dalam ruangan, sudah ada istri ke 2 yang sudah lebih dulu datang sedari tadi.

"Sudah lumayan lama tidak bertemu." ucap Susan.

"Kau datang?" Erland berbicara dengan raut wajah datar.

"Kamu dari dulu tidak pernah mengucapkan halo saat bertemu denganku, aku sudah membesarkanmu sepuluh tahun hingga kamu pergi ke Paris. Aku memang tidak membrsarkanmu atas dasar cinta, tapi aku sudah berusaha yang terbaik untuk merawatmu. Jangan membuatku menjadi ibu tiri yang tidak baik!" jelas Susan yang terlihat kesal.

"Maafkan aku jika tumbuh dewasa seperti ini, meskipun kamu sudah membesarkan aku dengan baik selama sepuluh tahun." ucap Erland dingin.

"Assh.." Susan menoleh ke arah Erland.

"Hentikan omong kosong kalian berdua." ucap ketua Susilo yang sedang duduk di hadapan mereka berdua.

"Aku pergi sekarang." Susan meraih tasnya kemudian berdiri untuk pergi meninggalkan ruangan ini.

"Aku tidak mengantarmu keluar." ucap suaminya.

Tidak ada sahutan lagi.

"Kamu akan pergi untuk perjalanan bisnismu ke Paris?" tanya ketua Susilo yang tak lain adalah ayah kandungnya sendiri.

"Orang Paris sangat respek pada bisnis keluarga, bagi mereka keluarga adalah hal terpenting. Jadi karena itu kamu harus mengajak Arsen bersamamu." jelasnya.

"Aku akan mengurusnya sendiri." sahut Erland dengan cepat.

"Dengarkan aku! Aku akan memberitahu sekertaris Roni."

"Ini bisnisku, aku akan mengurusnya sendiri." sanggag Erland yang tak mau bertemu dengan Arsen lagi.

"Aku juga melakukan pekerjaanku, karena ini adalah masalah perusahaan milikku. Perusahaan ini masih belum milikmu." ucap sang ayah tak ingin keputusannya di ganggu gugat.

Monalisa menarik Susan agar menjauh dari ruang kerja suaminya.

"Apa yang kamu lakukan? Aku sibuk." ucap Susan terlihat tak suka.

"Aku tidak akan lama, kenapa kamu selalu seperti ini?"

"Jangan coba coba menjadi licik dan jangan berbicara seperti itu padaku!" sahut Susan marah.

"Aku dengar, kamu bertemu dengan keluarga Claudia, apa mereka meminta bertemu denganmu? Kenapa?" tanya Monalisa ingin tahu.

"Kenapa kamu ingin tahu? Apa kamu mau pergi sendiri?"

"Aku bertanya baik baik, karena aku tidak bisa bertemu dengan mereka sendiri. Aku perlu tahu karena ada hubungannya dengan menantuku." jawab Mona.

"Menantu? Siapa? Apa kamu lupa jika Arsen adalah putraku?" sahut Susan cepat.

"Ash! Berhentilah untuk sombon, kamu akan menyesal nanti."

"Menyesal?" sahut Susan.

"Aku yakin, Arsen tidak akan senang jika dia tau ibunya hidup di perlakukan seperti ini." ucap Mona.

"Kau mengancamku?"

"Jika kamu menganggapnya seperti itu, sayang sekali padal tidak itu maksudku." ejek Monalisa.

"Kamu terlalu bertingkah konyol."

"Apa?" Mona menoleh cepat.

"Kamu pasti bisa berfikir jika aku sudah benar benar kembali di rumah ini dan nyonya dari rumah ini, setelah telingamu terus menerus mendengar panggilan "Nyonya Kedua". Namun selama aku di rumah ini, kamu akan tetap menjadi simpanan dari suamiku. Dan akan aku pastikan, kamu akan tetap menjadi istri simpanan untuk selamanya. Kamu mengerti?" ucap Susan menohok, lalu pergi meninggalkan rumah ini.

Monalisa hanya bisa terdiam mendengar jawaban dari Susan.

Ia terduduk mengingat putranya, lalu segera meraih ponsel yang tergeletak di atas meja dan menghubungi putranya.

'Dompet wanita lain, rumah wanita lain, suami wanita lain. Seseorang tidak akan bahagia karena dia menginginkan barang orang lain, orang itu adalah Ibu.' tulis Arsen pada buku hariannya.

Drett Dreeeett, Drett Dreeeett.

Arsen meraih ponsel di sebelahnya, tertulis nama "Mama" di layarnya tetapi dia tidak menjawab panggilan itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!