The Story Of Wedding Blues

The Story Of Wedding Blues

Bab 1 Keputusan yang Tidak Direstui

“Saya ingin mengajukan surat pengunduran diri saya, Pak Hardi.” ucap Arin sambil mengulurkan selembar amplop putih pada Pak Hardi yang merupakan manajer di kantor tempat ia bekerja selama 5 tahun.

Tatapan sinis dan seakan sedang mencaci maki dirinya. Arin hanya bisa diam dan menunggu surat pengunduran dirinya diterima. Jantungnya berdebar dengan cepat penuh dengan kecemasan yang membuat tangannya gemetar.

“Kenapa? Kenapa tiba-tiba kamu mengajukan resign?” tanyanya seakan sedang memojoki Arin yang menjadi bisu karena terlalu tegang. “Apa kamu sudah mendapatkan pekerjaan lain? Memang kamu nggak sayang sama pekerjaan kamu saat ini. Cari kerja itu sulit, tapi kamu malah keluar …,” ucapnya.

“Saya tahu itu pak,”

“Kalau kamu tahu itu, kenapa resign? Kamu ini perempuan … pacar nggak punya, penampilan biasa saja, ngomong aja gak becus, siapa yang mau terima orang kayak kamu selain tempat ini.” ungkapnya dengan begitu halus cara bicaranya untuk menyindir kelemahan Arin.

Arin semakin tidak tahan dengan ucapan orang yang bahkan tidak pernah sekalipun menghargai para pegawainya dan hanya santai duduk di ruangannya. Jika ia tetap bertahan, ini sama saja Arin akan kehilangan dirinya sendiri. Arin mencoba untuk bersenandung di dalam pikirannya agar tidak mendengar ocehan orang tua yang hanya mementingkan isi perutnya saja. Mulut yang penuh bisa yang bisa beracun yang bisa membunuh seseorang secara perlahan.

“Jadi, apa kamu masih yakin ingin mengundurkan diri?” tanyanya sekali lagi setelah berbicara menghina Arin dengan mulut besarnya.

“Iya. Saya sangat yakin.”

“Tidak perlu di proses, kamu bisa keluar sekarang,” ucapnya sambil mengedikkan dagunya ke arah pintu sebagai tanda jika surat pengunduran diri milik Arin sudah diterima.

Arin tersenyum mendengarnya, itu berarti dirinya tidak usah menunggu dan harus kembali mendengar ocehan pria tua itu. “Terima kasih, Pak.” ucap Arin yang kemudian berjalan keluar ruangan.

Arin sudah berada di meja kerjanya. Sebuah kotak kardus berukuran besar yang ia bawa untuk mengambil semua barang-barang miliknya yang ada di kantor. Salah seorang pegawai menghampiri Arin dan membatu memasukkan barang-barang. Dia bernama Andin.

“Kak Arin, beneran keluar. Nanti aku nggak ada temannya lagi dong …, padahal Kak Arin sudah banyak ngebantu aku,” ucapnya dengan nada sedih tak rena senior kesukaannya tiba-tiba mengundurkan diri.

“Kamu harus belajar berteman dengan yang lain, Ka Fitri juga baik. tapi memang dia jarang berbicara …,” ucap Arin.

“Huff … terus setelah ini kaka bakal kemana? Ada pekerjaan lain?” tanya Andin.

“Untuk saat ini masih belum tau, mungkin beristirahat di rumah. Kamu masih bisa hubungi aku kalau kesepian.” ucap Arin.

“Serius kak? Asik …!” ucap Andin, dia benar-benar anak yang polos dan berhati murni. Semoga saja dia bisa bertahan ditempat ini.

“Makasih ya, sudah bantu. aku pergi …” ucap Arin yang sudah selesai mengepak barang-barang. Arin terdiam beberapa saat, matanya melihat sekeliling — terlihat tidak ada satupun yang peduli dengan dirinya. Ingin rasanya mengucapkan salam perpisahan dengan sopan, namun melihat para teman kerjanya membuat Arin mengurungkan niatnya.

“Hati-hati di jalan kak,” ucap Andin.

“Eung. Thank you …” ucap Arin dengan menelan rasa perih, ia mulai berjalan keluar dari ruangan kantor yang berada di gedung lantai 15.

Berjalan memasuki lift berada dengan beberapa orang pekerja dari berbagai divisi. Mereka tampak begitu sibuk dengan pekerjaan mereka. Sekilas beberapa mereka melihat ke arah Arin, seakan pemandangan ini menjadi biasa.

Akhirnya …

Aku bebas …

Arin berjalan keluar dari gedung, udara hangat yang menyambutnya sungguh terasa segera. Bagaimana bisa rasanya berbeda udara saat ia  masih terjebak dalam gedung ini adan setelah berhasil keluar dari gedung ini. Sungguh menakjubkan. Bahkan Arin bisa merasa bahagia hanya dengan menghirup udara.

Inikah yang namanya kebebasan …

***

“APA?!! KELUAR?? KAMU SERIUS DENGAN PILIHAN KAMU? MAU JADI APA KAMU SETELAH KELUAR?” tanya Ibu membentak, ia tak terima mendengar anaknya yang tiba-tiba memutuskan untuk keluar dari pekerjaan.

Padahal Arin baru saja sampai di depan pintu rumah, sepatunya pun belum sampai ia buka namun ia sudah dibentak karena pilihannya.

“Kenapa kamu nggak diskusikan dulu sama kamu?” tanya Ayah yang juga sama dengan Ibu tak terima dengan berita mengejutkan ini bagi mereka.

Arin hanya bisa menghela nafas melihat kedua orang tuanya yang bahkan tidak ada bedanya dengan teman di tempat kerjanya. Tidak peduli pada dirinya. Sungguh ironis. baru saja ia mendapatkan kebebasan namun sesampainya di rumah malah dapat penghakiman. Arin masih terdiam melihat betapa paniknya kedua orang tuanya yang sedang berdebat di hadapannya.

Lagi pula sejak kapan aku mengharapkan sesuatu dari mereka …

Lucunya …

Arin memutuskan untuk berjalan ke kamarnya — mengabaikan kedua orang tuanya yang masih berdebat. Ibu langsung menyadari kepergian anaknya yang sama sekali tidak mau mendengarkan nasihat. Mereka berpikir jika anak keduanya itu benar-benar sangat keras kepala dan selalu melakukan hal dengan sesukanya. Itulah pandangan mereka terhadap Arin yang merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.

BRAKK!!

Arin membanting pintu dengan sangat keras hingga membuat kedua orang tuanya terdiam. Arin sebisa mungkin tidak melampiaskan kemarahannya dengan kata-kata yang mungkin bisa menyakitkan orang lain, tetapi ia selalu melampiaskan kesabarannya pada benda mati.

Berdiri membelakangi pintu dengan kedua mata yang penuh dengan air mata yang tertahan namun akhirnya terjatuh juga. Rasa yang tak terbendungkan lagi meluap bersama dengan air mata yang tak berhenti mengalir. Arin akhirnya menangis tanpa suara.

DUK DUK DUK!!

Suara pintu yang digedor dengan sangat keras dari luar. “ARIN! BUKA PINTUNYA! ARIN!! KAMU NGGAK SUNGGUH-SUNGGUH RESIGN ‘KAN? ARIN!! KAMU DENGAR NGGAK SIH!!” bentak Ibu yang begitu marah pada anaknya yang malah mengucilkan diri didalam kamar seakan sedang melarikan diri dari masalah.

Arin hanya terus menangis sambil memukul dadanya yang terasa sesak hingga ia mulai terengah-engah kehilangan nafas. Terlalu berat beban yang ia tanggung sendiri. Jiwa dan batinnya yang sudah rapuh bagaikan tembikar yang terlalu lama dibakar hingga akhirnya ia menjadi abu saat disentuh. Seperti itulah keadaan Arin saat ini, terduduk lemas di depan pintu sambil memeluk dirinya sendiri disaat ibunya terus mencoba membuka pintu dari luar.

Suara dering telepon berbunyi, ada sebuah pesan masuk membuat Arin berhenti menangis. Pikirannya teralihkan pada ponsel miliknya. Dan sepertinya Ibu sudah tidak lagi mencoba untuk masuk ke kamarnya. Arin mengambil ponsel di dalam tas — tatapan matanya terdiam saat melihat sebuah pesan masuk dari nomor yang tak ia kenal. Pesan itu berisikan,

| Assalamualaikum. Aku Haru Ardiansyah. Boleh aku berkenalan sama kamu?

Terpopuler

Comments

Rosa Rosiana

Rosa Rosiana

menarik

2023-05-21

0

Is Wanthi

Is Wanthi

waikum salam, boleh 🙂🙂🙂🙂🙂

2023-04-01

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Keputusan yang Tidak Direstui
2 Bab 2 Dua Kehidupan yang Berbeda
3 Bab 3 Percakapan Kakak Adik
4 Bab 4 Terasingkan
5 Bab 5 Anak Itik yang Malang
6 Bab 6 Gelas Pecah
7 Bab 7 Hal yang Tidak Diketahui
8 Bab 8 Kehilangan
9 Bab 9 Pertemuan yang Rahasia
10 Bab 10 Ajakan yang Membingungkan
11 Bab 11 Kesepakatan
12 Bab 12 Pernikahan Kontrak
13 Bab 13 Dua Orang yang Berbeda
14 Bab 14 Pendekatan
15 Bab 15 Perlakuan Spesial
16 Bab 16 Debaran yang Tidak Terduga
17 Bab 17 Pembicaraan Antara Anak dan Ibu
18 Bab 18 Perasaan yang Membingungkan
19 Bab 19 Obrolan Tengah Malam
20 Bab 20 Sisi Kelam Arin
21 Bab 21 Pagi yang Hangat Setelah Badai
22 Bab 22 Hari Pernikahan
23 Bab 23 Sosok Lain dari Haru
24 Bab 24 Deep Talk
25 Bab 25 Bertemu Masa Lalu
26 Bab 26 Reunian
27 Bab 27 Pusat Perhatian
28 Bab 28 Kecurigaan
29 Bab 29 Kebetulan yang Menjengkelkan
30 Bab 30 Memahami Luka
31 Bab 31 Menjaga Rada Agar Tidak Salah Paham
32 Bab 32 Kenangan Buruk
33 Bab 33 Mimpi Buruk
34 Bab 34
35 Bab 35 Percakapan Dua Sahabat
36 Bab 36
37 Bab 37 Pembalasan 1
38 Bab 38 Kesempatan Kedua
39 Bab 39
40 Bab 40 Kesempatan kedua bagian 3
41 Bab 41 Sesi Konseling
42 Bab 42
43 Bab 43 Salah Sangka
44 Bab 44 Ocehan Ibu-ibu Arisan
45 Bab 45 Perdebatan Anak dan Ibu
46 Bab 46 Masalah yang Mengalir Seperti Air
47 Bab 47 Saling Menyalahkan
48 Bab 48 Pendapat Yang Berbeda
49 Bab 49 Rencana Berkeliling Dunia
50 Bab 50 Liburan Di Negeri Asing
51 Bab 51 Liburan di Negeri Asing 1
52 Bab 52 Saling Bersandar
53 Bab 53 Rumor yang Tak Berdasar
54 Bab 54 Rahasia yang Terkuak
55 Bab 55 Awal Kehancuran
56 Bab 56
57 Bab 57 Menghilang di Negeri Asing
Episodes

Updated 57 Episodes

1
Bab 1 Keputusan yang Tidak Direstui
2
Bab 2 Dua Kehidupan yang Berbeda
3
Bab 3 Percakapan Kakak Adik
4
Bab 4 Terasingkan
5
Bab 5 Anak Itik yang Malang
6
Bab 6 Gelas Pecah
7
Bab 7 Hal yang Tidak Diketahui
8
Bab 8 Kehilangan
9
Bab 9 Pertemuan yang Rahasia
10
Bab 10 Ajakan yang Membingungkan
11
Bab 11 Kesepakatan
12
Bab 12 Pernikahan Kontrak
13
Bab 13 Dua Orang yang Berbeda
14
Bab 14 Pendekatan
15
Bab 15 Perlakuan Spesial
16
Bab 16 Debaran yang Tidak Terduga
17
Bab 17 Pembicaraan Antara Anak dan Ibu
18
Bab 18 Perasaan yang Membingungkan
19
Bab 19 Obrolan Tengah Malam
20
Bab 20 Sisi Kelam Arin
21
Bab 21 Pagi yang Hangat Setelah Badai
22
Bab 22 Hari Pernikahan
23
Bab 23 Sosok Lain dari Haru
24
Bab 24 Deep Talk
25
Bab 25 Bertemu Masa Lalu
26
Bab 26 Reunian
27
Bab 27 Pusat Perhatian
28
Bab 28 Kecurigaan
29
Bab 29 Kebetulan yang Menjengkelkan
30
Bab 30 Memahami Luka
31
Bab 31 Menjaga Rada Agar Tidak Salah Paham
32
Bab 32 Kenangan Buruk
33
Bab 33 Mimpi Buruk
34
Bab 34
35
Bab 35 Percakapan Dua Sahabat
36
Bab 36
37
Bab 37 Pembalasan 1
38
Bab 38 Kesempatan Kedua
39
Bab 39
40
Bab 40 Kesempatan kedua bagian 3
41
Bab 41 Sesi Konseling
42
Bab 42
43
Bab 43 Salah Sangka
44
Bab 44 Ocehan Ibu-ibu Arisan
45
Bab 45 Perdebatan Anak dan Ibu
46
Bab 46 Masalah yang Mengalir Seperti Air
47
Bab 47 Saling Menyalahkan
48
Bab 48 Pendapat Yang Berbeda
49
Bab 49 Rencana Berkeliling Dunia
50
Bab 50 Liburan Di Negeri Asing
51
Bab 51 Liburan di Negeri Asing 1
52
Bab 52 Saling Bersandar
53
Bab 53 Rumor yang Tak Berdasar
54
Bab 54 Rahasia yang Terkuak
55
Bab 55 Awal Kehancuran
56
Bab 56
57
Bab 57 Menghilang di Negeri Asing

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!