Masih di swalayan, Viona yang geram akhirnya mengontrol emosinya dan tersenyum smirk melihat seseorang membantunya. Lionel yang datang karena ditelepon oleh Shanum untuk meminta bantuan laki-laki yang sudah Shanum anggap omnya itu sudah membantu Viona menangkis serangan wanita ****** itu.
“Kau berani memukulnya, maka kau akan tahu akibatnya!” ucap Lionel marah ketika wanita yang dia anggap kakak itu nyaris mendapatkan sebuah stempel panas dari wanita tak beradab. Lionel menghempaskan tangan Erika kasar. Kemudian Lionel menggandeng tangan Viona dan meraih troli yang dibawa oleh bosnya itu. Mereka berdua melenggang pergi meninggalkan Erika yang masih geram dan kesal itu.
“Terimakasih, Lionel. Kau sudah seperti adikku sendiri” ucap Viona terharu.
“Anggap saja seperti itu, Bu” Lionel menampilkan senyum imutnya.
“Ngomong-ngomong kau bisa tahu aku disini apakah Shanum sudah menelponmu?” tanya Viona melirik Lionel sambil berjalan pelan.
“Lagian, Bu Viona ini kaki masih sakit malah pergi keluar. Apa tidak bisa meminta tolong padaku atau Irma?” tanya balik Lionel. Percakapan keduanya menjadi sorotan Kelvin. Tentunya membuat Kelvin senam jantung. Dia selalu merasa aneh jika melihat Viona dekat laki-laki lain.
‘Apakah aku benar aku tertarik padanya? Tapi itu tidak mungkin. Kami baru beberapa kali bertemu. Dan kami selalu bertengkar. Apa menariknya wanita sederhana itu?’ batinnya sambil memandangi Viona dan Lionel dari tempat persembunyiannya.
“Ibu Viona mau membeli apa? Biar aku yang ambilkan” ucap Lionel sambil berjalan mensejajarkan langkah Viona.
“Kamu yang dorong troli dan aku yang ambil barang. Juga..kamu yang bayarin. Hahaha” tawa Viona menggoda Lionel. Karena bagi Viona sudah seperti adik siaga saja.
“Itu mah gampang. Tinggal ting” gurau Lionel mengeluarkan kartu debit milik Viona yang sudah dipercayakan padanya.
“Kamu curang. Itu milikku. Kamu itu laki-laki. Jadi kamu harus mentraktir kakakmu ini” goda Viona tersenyum manis membuat Lionel semakin menyukai sosok Viona. Entah kenapa Lionel merasa nyaman jika bersama dengan bosnya itu. Meskipun ia tahu jika bosnya adalah seorang single parent beranak dua, tapi Viona terlihat masih muda dan bahkan mengalahkan para anak muda jaman sekarang. Ya, ada perumpamaan jaman sekarang anak muda rasa janda tapi janda rasa perawan. Begitu lebih tepatnya buat Viona. Semenjak Lionel bekerja dengan Viona, Lionel sudah merasa tertarik dengan bosnya itu. Selain karena dia menyukai bosnya, dia memang orang yang sangat baik, meskipun dia tidak menyukai Viona dia akan tetap membantu dan melindunginya apalagi dia adalah bosnya yang usianya seperti usia kakaknya yang sudah meninggal karena sakit.
Lionel adalah sosok laki-laki yang bertanggung jawab dan berhati lembut. Siapapun yang diperlakukan manis olehnya pasti akan jatuh cinta padanya. Tapi sangat berbeda dengan Viona. Meskipun diperlakukan sangat manis oleh Lionel, Viona justru menganggapnya sebagai adiknya. Meski begitu, Lionel masih bersyukur sudah bisa menjadi orang terdekat Viona seperti keluarganya.
Kelvin mengepalkan kedua tangannya sangat erat hingga buku-buku tangannya terlihat memucat. Saat Kelvin hendak beranjak pergi dari persembunyiannya, Erika berjalan mendekat ke arahnya. Kelvin yang akan pergi akhirnya ia urungkan dan berbalik berjalan melewati lorong yang berlainan.
‘Jika sampai ketahuan Erika, dia pasti akan mengoceh seperti beo dan memekakkan telinga’ batinnya.
Di saat dia memilih lorong yang lain, justru Kelvin bersitatap dengan Viona dan Lionel. Mereka berdua berdiri mematung kaget seolah ketahuan selingkuh, jantung Viona berpacu cepat. Mereka terdiam beberapa detik. Sedangkan Lionel yang melihat pemandangan itu, dapat melihat dari sorot mata Kelvin, pria yang sedang menatap bosnya tanpa berkedip. Lionel mengontrol hatinya yang berdegup kencang panas seolah cemburu. Namun dia hanya sebatas seorang adik tidak lebih. Viona selalu memperlakukannya dengan Irma begitu.
“Kau” gumam Viona yang masih dapat didengar oleh Lionel.
Kelvin hanya berdiri mematung menatap Viona. Setelah tersadar dari lamunannya, Kelvin segera berjalan melewatinya. Dia hanya tidak mau terlihat oleh Erika.
“Aneh” ucap Lionel memandang Kelvin yang berjalan tak menghiraukan bosnya.
“Bu Viona mengenalnya?” tanya Lionel menatap Viona.
“A..emm aku tidak mengenalnya. Aku bertemu dengannya karena dia yang telah menabrakku” jawab Viona gugup menatap Lionel. Lalu Viona berjalan mendahului Lionel dan mengambil barang-barang yang menjadi tujuannya.
‘Dia kenapa ya?’ batin Viona lalu tak menghiraukan kejadian barusan.
Lionel yang melihat tingkah Viona yang terlihat biasa saja, pun tak menghiraukannya. Kemudian mereka berdua menuju ke kasir setelah mengambil barang belanjaan. Semua dibayar oleh Viona dengan kartu debit yang dibawa Lionel. Mereka bergurau bersama bak sepasang kekasih. Ternyata Kelvin menunggu Viona dan Lionel di pelataran parkir di dalam mobil mewahnya. Dia melihat pemandangan itu jenuh hingga ia melengoskan pandangannya. Dia melihat Viona dan Lionel masuk ke dalam mobil Lionel. Mobil berjalan keluar dari swalayan. Kelvin yang melihat itu segera mengikuti laju kendaraan yang ditumpangi Lionel dan Viona. Kelvin mengikutinya hingga sampai ke rumah sederhana yang kemarin. Rumah Viona.
Viona yang keluar dari mobil dibantu oleh Lionel berjalan ke dalam rumah.sedangkan Lionel kembali lagi mengambil semua barang belanjaan tadi dan dibawa masuk ke dalam. Kelvin yang lagi-lagi menyaksikan kedekatan mereka berdua memukul setir mobilnya dan terlihat marah. Tak berapa lama Lionel keluar rumah, dan mengemudikan kembali kendaraannya keluar gerbang rumah sederhana itu. Kelvin yang merasa geram itu, masih menunggu di dalam mobilnya. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu jendela mobilnya.
Tuk tuk tuk
Bunyi seseorang mengetuk jendela mobilnya.
Kelvin membuka kaca jendela pintu mobil mewahnya tampaklah seorang laki-laki paruh baya berpecis.
“Maaf, tuan, saya ketua RT di sini. Anda siapa ya? Soalnya dari tadi saya melihat kendaraan anda terparkir di sini. Apakah anda mencari seseorang, tuan?” ucap laki-laki paruh baya yang ternyata ketua RT itu menegur Kelvin.
“Saya Atmodjoyo, Pak. Maaf, Pak. Saya hanya kelelahan. Jadi saya ingin berhenti sebentar untuk istirahat di sini. Apakah mobil saya mengganggu lahan di sini, Pak?” jawab Kelvin yang berpura-pura menguap itu. Memang tampak rauh wajah kelelahan Kelvin malam itu. Hingga ketua RT itu memakluminya dan menawarkan untuk istirahat di rumahnya.
“Jika anda tidak keberatan, nak Atmodjoyo bisa istirahat di rumah saya bagaimana?” ucap ketua RT itu.
“Tidak, Pak. Sebentar lagi saya akan pulang. Terimakasih atas tawarannya, Pak” jawab Kelvin lalu menutup kaca jendela mobilnya setelah ketua RT setempat itu menganggukkan kepalanya dan pergi meninggalkannya.
‘Sepertinya wajah pemuda itu tidak asing. Tapi..dimana aku pernah melihatnya ya?’ batin ketua RT itu setelah melangkahkan kakinya beberapa langkah.
Sedangkan Kelvin kembali mengemudikan kendaraannya itu pulang menuju apartemennya. Di perjalanan, Kelvin terus memukul setir mobil. Kali ini entah kenapa dia Nampak kacau. Setelah beberapa menit perjalanan, dia sampai di apartemen mewahnya. Dia tampak berjalan malas memasuki ke dalam apartemennya. Dia merobohkan tubuhnya di sofa empuknya di ruang tamu.
Tut tut
Bunyi panggilan ponsel miliknya.
“Bagaimana? Apakah kau sudah mendapatkannya?” tanyanya pada seseorang yang sudah diutusnya untuk menyelidiki identitas Viona.
“Dia seorang guru kindegarten kids di dekat rumahnya, daerah X. Dia adalah kepala sekolah di sana” jawab seseorang dari sebrang telepon.
“Terimakasih” jawab Kelvin lalu membuka file data Viona yang dikirimkan lewat email di ponselnya.
Kelvin membaca identitas lengkap Viona dengan seksama.
“Jadi dia seorang janda dan single parent beranak dua. Dan dia bekerja menjadi seorang kepala sekolah? Lalu siapa laki-laki yang selalu berada di sampingnya tadi? Ah masa bodoh. Aku harus mendapatkannya. Aku tidak peduli dia seorang single parent. Bukankah dia wanita hebat yang mampu menghidupi dua anaknya seorang diri? Atau..jangan-jangan laki-laki tadi telah membantunya? Buktinya tadi ku lihat yang membayar belanjaannya pria yang bersamanya tadi” gumamnya pada diri sendiri bingung.
“Aku harus tahu lebih dalam lagi” gumamnya lalu berdiri menuju kamarnya. Karena sudah malam akhirnya dia membersihkan diri dan mengistirahatkan tubuhnya.
Keesokan harinya, di hari week end ini, Viona berencana mengajak kedua anaknya berlibur, namun karena ada sesuatu hal yang harus dia selesaikan hari itu juga, akhirnya dia pergi keluar kota ke Pulau K dengan pesawat exekutif. Asisten di seberang sana sudah memesankan tiket pesawatnya.
“Apakah nanti mama akan langsung pulang?” tanya Elbarak sedih tiap kali mamanya pergi mendadak untuk bekerja.
“Tidak sayang. Mama akan pulang nanti malam. Elbarak baik-baik di rumah sama kakak ya? Kak, jaga adik ya. Yang sayang sama adikmu” pesan Viona pada kedua anaknya.
“Baik, mama. Mama jangan khawatir. Di sini ada tante Irma dan mbok Jum. Shanum juga sudah mandiri” ucap Shanum menunjukkan senyum manisnya pada sang mama yang membuat Viona sangat menyayangi kedua anaknya melebihi dirinya. Meskipun dia berstatus single parent tapi kedua anaknya tidak pernah kekurangan kasih sayang. Justru anak-anaknya sangat mandiri.
Kemudian, diudara yang masih dingin dan matahari masih malau-malu untuk muncul itu, Viona berangkat menggunakan taksi onlinenya yang sudah ia pesan. Ia berangkat menuju bandara. Orang-orang di sekitarnya tidak ada yang tahu akan identitasnya yang sebenarnya. Hanya ketua RT dan orang terdekatnya seperti Irma, Lionel serta mbok Jum. Bahkan teman-teman di sekolahnya pun tidak ada yang tahu pekerjaan sambilannya.
“Dadaaa, mama” teriak Elbarak dan Shanum pada mamanya. Saat Viona meninggalkan mereka berdua, Irma telah sampai di rumahnya.
“Hati-hati ya, Kak” ucap Irma menyerahkan tas kerja Viona.
“Iya. Aku nitip anak-anak ya. Jika nakal, jewer saja telinganya” keduanya tertawa sedangkan kedua anaknya memberengut kesal dan kembali masuk ke dalam rumah.
Tiba di Pulau K, Viona langsung menuju ke perusahaan yang ia percayakan pada seorang asisten, Anggara. Anggara adalah seorang remaja yang dulu dia temukan saat kecelakaan bersama almarhum suaminya di sebuah jalan. Saat itu, Anggara yang usianya lulus sekolah menengah pun diajak pulang oleh suami Viona. Karena saat melaporkan kejadian ternyata keluarga Anggara tidak memiliki sanak saudara di kota S. Kemudian, suami Viona menyerahkan Anggara pada pihak kepolisian untuk diserahkan pada pihak keluarga yang tinggal di lain kota. Namun, Anggara tidak mau. Dia memilih untuk tinggal bersama Viona dan suaminya. Setelah proses yang begitu berbelit, akhirnya Anggara diijinkan untuk tinggal bersama Viona dan suaminya beserta Shanum kecil. Bahkan Shanum sudah menganggapnya sebagai omnya sendiri akibat seringnya waktu kecil Shanum hidup bersama Anggara. Bahkan Anggara yang membantu Viona untuk mengasuh Shanum setiap pulang sekolah. Anggara tidak pernah menghabiskan masa-masa remajanya dengan berleha-leha padahal sikap dari almarhum suami Viona dan Viona itu sudah seperti kedua orang tuanya. Hanya Anggara tidak mau dianggap anak yang tidak tahu balas budi. Anggara pun disekolahkan oleh Viona juga suaminya. Bagi Viona, Anggara seperti adiknya sendiri. Viona tahu dari cerita Anggara jika saat kecelakaan itu, dia pergi bersama ayah, ibu juga adiknya Bubu namanya, seorang gadis kecil yang saat itu usianya masih 7 tahun. Tapi Anggara yang hendak mencari adiknya di dalam mobil yang akan meledak itu, dicegah oleh suami Viona. Akhirnya setelah mobil meledak, Anggara menangis dan menyesali atas dirinya yang tidak bisa menyelamatkan keluarganya. Anggara berpikir bahwa semua keluarganya telah meninggal di tempat kejadian atas ledakan itu. beruntunglah dirinya saat itu di temukan oleh suami Viona yang terlempar jauh dari mobilnya.
Viona yang pergi ke perusahaannya itu dijemput oleh Pak De Daud di bandara internasional. Kedatangan Viona disambut hangat oleh Pak De Daud. Sopirnya itu sudah sangat lama tidak berjumpa dengan nyonyanya.
“Bagaimana kabar anda, nyonya?” tanya Pak De Daud tersenyum ramah.
“Alhamdulillah, baik, Pak De. Pak De Daud dan Mbok Nah sendiri gimana kabarnya?” tanya balik Viona ramah pula sembari menenteng tasnya mengikuti langkah Pak De Daud.
“Alhamdulillah, baik, nyonya. Terimakasih” jawab Pak De Daud.
“Mari, nyonya” Pak De Daud membukakan pintu mobil untuk Viona.
Setelah beberapa jam perjalanan, akhirnya Viona sampai di perusahaan besarnya, perusahaan yang setara dengan perusahaan internasional karena di sinilah letak kehidupan yang sebenarnya Viona. Pekerjaannya yang sebagai guru adalah pekerjaan sampingannya Viona. Dia memiliki beberapa asisten yang mampu mengerjakan tugasnya juga sebagai guru. Viona tercatat sebagai pengusaha wanita termuda tersukses di Pulau K dan nomor 3 di tingkat kancah negara I.
“Selamat pagi, ada yang bisa kami bantu?” tanya seorang resepsionis di meja depan. Sepertinya dia adlah pegawai baru yang tidak mengenal Viona.
“Selamat pagi. Saya ingin bertemu dengan Pak Anggara” jawab Viona tegas.
“Apakah anda sudah membuat janji dengan beliau?” tanya resepsionis itu lagi.
“Sudah” jawb Viona.
“Maaf dengan ibu siapa ya?” tanya sang resepsionis kembali. Karena Viona yang berjalan sendirian itu dan penampilannya tidak menunjukkan seorang bos, maka sang resepsionis terlihat tampak ragu.
“Viona” jawabnya singkat. Viona merasa bahwa resepsionisnya ini tidak beres.
“Maaf, saya harus menghubungi Pak Anggara dulu” segera sang resepsionis itu menelpon Anggara yang dia tahu adalah sang bos perusahaan. Setelah resepsionis yang bernama Tari, dilihat dari name tagnya, menelpon Anggara, Tari membawa Viona menuju ruangan Anggara sang wakil direktur perusahaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Kinan Rosa
wah tari mencurigakan
2023-05-24
0
Veyra
terimakasih kakak
siap mampir nih
2023-04-06
1
Zhu Yun💫
ayo lanjut kakak. nanti aku mampir lagi 🤗
2023-04-06
0