Sore itu Kelvin pulang sendirian tidak bareng bersama Hans. Kelvin melajukan mobilnya ke komplek apartemen mewah. Mobil mewahnya itu memasuki pelataran sebuah rumah mewah. Yaitu rumah keluarga besar Atmodjoyo Diningrat. Kelvin memasuki rumahnya dengan jalannya yang elegan dan dingin meskipun disambut banyak pelayan rumah.
“Selamat datang, tuan muda!” sambut para pelayan serempak.
Bukannya menjawab namun justru diam membisu dan tetap berjalan.
“Dasar kau cucu yang nakal!” begitu memasuki rumah, Kelvin mendapat sambutan hangat berupa pukulan dari tongkat sang nenek.
“Aww. Nenek, sakit. Kenapa nenek memukulku? Pulang ke rumah bukannya mendapat sambutan special tapi malah mendapat ciuman tongkat kesayangan nenek” ujar Kelvin sambil menghindar dan terus menghindari ciuman tongkat neneknya.
“Ibu. Sudahlah. Ayo kita segera ke ruang makan. Makanannya akan menjadi dingin jika kita kelamaan menghajarnya. Ayo ku bantu ibu berjalan” ucap Nora, mamanya Kelvin.
“Memangnya aku sudah tidak bisa berjalan?!” ujar nenek Kelvin kesal terhadap cucu satu-satunya itu lalu menerima uluran tangan dari Nora kemudian berjalanlah mereka berdua beriringan.
“Begitu’kan lebih baik” gumam Kelvin yang masih terdengar di telinga nenek dan mamanya sambil terkekeh.
“Dasar kau cucu nakal. Kau susah diatur. Sudah tahu jika kedua orang tuamu itu ingin menjodohkanmu dengan Erika si perempuan manja itu. Meskipun beruntung mereka menundanya tapi kau sudah memberikan wajah yang buruk pada kami. Urusi saja urusanmu dengan mereka sendiri! Jangan kau meminta bantuan pada kami!” kesal nenek yang berbicara sambil sesekali menoleh ke belakang dan terus berjalan.
“Ibu, sudahlah. Nanti tensi ibu tinggi lagi. Biar Nora yang membereskan semuanya, Bu” ucap Nora pada ibunya sambil mengelus lengan ibunya yang ia gandeng.
“Kau ini selalu memanjakan anakmu ini” sahut nenek yang masih kesal.
“Nenek, benar mama. Kan yang menjodohkanku dengannya itu almarhum papa. Bukan kemauanku sendiri. Sudahlah, nek. Ayo kita makan dulu. Perutku sudah keroncongan seperti mau konser saja” Kelvin mengambil alih untuk menggandeng neneknya dan mendudukkan neneknya ke kursi kebesarannya yang sudah disiapkan oleh mamanya.
“Memangnya ada itu perut konser. Kau itu yang selalu konser dengan banyak wanita-wanita di luaran sana” sahut sang nenek yang tak mau kalah dari cucunya.
“Cucu nenek yang tampan ini tidak pernah membuat konser, nek. Mereka sendiri yang sudah membuatnya jika bertemu dengan Kelvin. Mereka terpesona dengan ketampanan cucu nenek ini. Ah begitu saja nenek tidak tahu” ujar Kelvin kemudian duduk di kursinya.
“Nenek selalu tahu apa yang kau lakukan di luaran sana. Jadi jangan berbuat macam-macam ya!” nenek mengingatkan kembali cucunya untuk tidak bermain wanita.
“Tidak, nek. Nenek tenang saja. Kelvin tidak akan melakukan itu. Bukankah Kelvin harus menjaga wibawa keluarga Atmodjoyo Diningrat?!” ucap Kelvin menggoda neneknya dengan kekehan kecil. Mamanya yang melihat dan mendengar perdebatan mereka berdua, hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum bahagia. Dia sangat bahagia melihat hubungan antara nenek juga cucunya.
“Selamat malam semuanya” terdengar suara bass khas laki-laki yang usianya hanya selisih beberapa tahun dengan Nora, datang menghampiri mereka yang hendak menyantap makanan mereka, Devan, paman Kelvin bersama anak kecil laki-laki yang tampan.
“Hai, tampan jagoan om nih sedang datang. Ayo kita makan bersama, Chio” sambut Kelvin pada Chio yang merupakan anak dari pamannya itu ramah. Devan selalu bersikap dingin semenjak istrinya meninggal karena sakit. Devan orang yang selalu irit bicara.
“Mari, om. Duduklah bersama kami” ajak Kelvin. Kemudian Devan mendudukkan Chio bersama mereka untuk ikut makan malam bersama. Kedatangan Devan adalah karena Chio minta ke rumah neneknya.
“Om Kelvin, Chio punya mainan baru loh. Ini!” ucap Chio polos dengan menunjukkan mainan barunya sebuah robot-robotan.
“Sayang, ayo makan dulu baru bermain!” sahut Devan pada putranya. Lalu Chiopun menurutinya.
“Baik, papa” jawab Chio lirih lalu meletakkan mainan robotnya.
Mereka berlima menikmati makan malam mereka dengan hening. Hanya dentangan sendok dan piring yang terdengar. Kelvin dalam keluarga besarnya adalah orang yang sangat humble. Di luar saja dia Nampak dingin dan bersahaja.
Setelah beberapa menit menikmati makan malam bersama, Kelvin dan Devan kembali ke apartemen masing-masing. Hingga Nampak kembali sepi di rumah mewah keluarga Atmodjoyo Diningrat. Hari yang sudah mulai larut itu menampakkan bulan penuh yang sangat indah. Kini Kelvin sedang dalam perjalanan ke apartemennya.
Setelah melalui beberapa belokan, Kelvin telah sampai di apartemennya yang masuk kawasan elit para pengusaha serta para pejabat. Mereka tak saling mengenal satu sama lain karena sebagian besar dari mereka sibuk dengan urusannya masing-masing.
Ting
Bunyi lift apartemen dibuka. Nampak kaki jenjang berbalut celana hitam resmi itu melangkahkan kakinya menuju sebuah apartemen miliknya dengan beberapa kode digit angka pada pintu apartemen Kelvin. Setelah kode-kode itu cocok, pintu apartemen pun terbuka. Ketika memasuki area dalam apartemen, maka siapapun akan disuguhi desain interior yang begitu mewah dan menawan. Perpaduan cat antara putih dan krem itu membuat kesan elegan. Suasana yang sangat sunyi itu tiba-tiba mengingatkan Kelvin pada sosok wanita yang selalu mengajaknya untuk berdebat setelah pertemuan mereka dua kali dua hari berturut-turut yang selalu diawali dengan bertabrakan. Kelvin menyunggingkan senyuman tipisnya mengingat wanita itu.
“Huhh” helaan nafasnya ketika dia merobohkan tubuhnya ke atas sofa di dalam kamarnya. Kemudian dia melepas semua pakaiannya kecuali boxernya. Dia berjalan ke kamar mandi dan meluruhkan rasa lelahnya dengan guyuran air shower dalam kamar mandinya.
Keesokan paginya, Hans sudah menghampirinya dengan membawakan dua buah sandwich kesukaan Kelvin.
“Pagi sekali kau datang kemari ada hal penting apa?” ujar Kelvin yang tahu sahabatnya itu jika datang pagi buta pasti ada hal penting yang perlu dia sampaikan padanya.
“Semalam Tuan Mclye mengirimkan berkas-berkasnya lewat emailku. Lihatlah! Coba kau baca dulu” Hans melempar berkasnya ke atas meja yang ada di depannya itu. masih di ruang makan, Kelvin yang duduk di depannya itu, meraih berkas Tuan Mcley. Dibacanya sengan teliti. Dia menemukan kejanggalan dalam pengajuan proposal Tuan Mclye.
“Sepertinya proposalnya rancu. Bagaimana bisa perusahaan besar Tuan Mclye itu mengirimkan berkas seperti ini kepada kita?” ucap Kelvin yang masih memandangi berkas ditangannya itu.
“Kau benar. Semalam setelah aku pelajari, sudah menunjukkan bahwa perusahaan Tuan Mclye sedang mengalami kerugian atau kebangkrutan. Tapi dia lupa jika dia sudah membubuhkan keterangan itu. itu artinya dia akan menghapus nama brand kita dan mengakui brand pakaian kita bahwa produk pakaian itu adalah hasil karya mereka” sahut Hans.
“Periksalah! Aku tidak mau ada yang ditutup-tutupi. Aku hanya menwarkan kerjasama brand pakaianku dengan meminimalisir dana yang ada. Aku tidak mau kecolongan” ujar Kelvin geram yang merasa akan ditipu oleh perusahaan Tuan Mclye.
“Baik” jawab Hans lalu menyantap sandwichnya. Begitu pula Kelvin.
“Nanti kau pergilah dulu ke perusahaan. Aku ada perlu sebentar” ucap Kelvin pada sahabatnya itu yang masih asyik mengunyah makanannya itu.
“Mau kemana kamu?” tanya Hans dengan mulut penuh dengan makanan.
“Aku ingin pergi ke rumah sakit sebentar. Untuk mengecek ulang barang yang datang kemarin” jawabnya sambil menyantap makanannya yang diberikan oleh Hans.
“Emmmm” jawab Hans mengunyah makanannya.
Tuk
Kelvin bangkit dan memukul kepala Hans.
“Makan jangan banyak bicara” ucap Kelvin kemudian berlalu meninggalkan sahabatnya itu masuk ke dalam kamar.
“Dasar kau sahabat kurang ajar. Main pukul seenaknya” gumam Hans.
“Makan tidak boleh menggerutu!” seru Kelvin yang mendengar gerutuan Hans.
Sedangkan di tempat yang berbeda.
“Ayo, sayang, bangun sudah siang! Nanti kamu terlambat. Ayo ayo ayo!” seru Viona membangunkan Elbarak mengguncangkan tubuh Elbarak pelan hingga Elbarak terbangun menggeliat.
“Mama ini kan tanggal merah. Elbarak sekolahnya libur, mama” ucap Elbarak menggeliatkan tubuhnya lalu menutupi tubuhnya dengan selimut kembali. Dia tahu jika hari ini adalah hari libur.
“Meskipun libur, tapi kamu harus sholat dulu sayang. Baru kamu tidur lagi boleh. Ayo, kakak sudah menunggu kita di mushola kecil kita” ucapan lembut Viona dan kecupan hangat yang membuat siapapun yang mendapatkan itu akan merasa sangat nyaman dan menenangkan. Viona menyibakkan kembali selimut Elbarak. Ya, dalam rumah yang sederhana itu terdapat sebuah ruangan kecil yang mereka gunakan untuk beribadah sholat.
“Baiklah, mama” jawab Elbarak lalu terduduk dan berangsur turun dari ranjangnya dengan malas.
“Hebat anak mama” sahut Viona. Lalu tiba-tiba dia terdiam teringat almarhum suaminya.
“Kau bisa lihat itu kan pa?! Mereka kini sudah tumbuh besar. Kau pasti bangga dengan mereka. Mereka anak-anak yang patuh dan pengertian” gumamnya melamun. Kemudian dia bangkit dari ranjang putranya dan berjalan keluar menghampiri Shanum yang sudah menunggu untuk sholat berjamaah.
“Mana adik, ma?” tanya Shanum saat mendapati mamanya berjalan keluar kamar Elbarak sendirian.
“Masih di kamar mandi, sayang” jawab Viona tersenyum manis.
Tak berselang lama, terlihat Elbarak keluar kamar mengenakan sarung dan peci sangat lucu dan menggemaskan. Pecis yang miring dan sarung yang dipakai sekenanya itu membuat Shanum dan Viona tertawa gemas.
“Kau sangat lucu, dek. Sini kakak benerin dulu sarungnya” Shanum meraih tubuh adiknya untuk membenarkan sarung adiknya. Dia menjadi kakak yang baik untuk adiknya, Elbarak.
“Sudah, ayo” lanjut Shanum. Kemudian mereka bertiga sholat subuh berjamaah.
Setelah sholat subuh, Elbarak dan Shanum kembali ke kamar mereka masing-masing. Di hari liburnya ini, Viona ingin bersepeda pagi mengelilingi komplek perumahannya untuk melatih menggerakkan lutut kakinya. Sekarang kakinya sudah membaik berkat salep dari dokter. Setelah membereskan mukena dan sajadahnya, Viona bersiap untuk berolahraga pagi. Dengan menggunakan pakaian sportnya yang bisa terlihat seksi itu. Sepeda yang akan dia gunakan sudah dia siapkan. Melihat sepeda motor maticnya, dia teringat dengan pria arogan yang tidak ingin dia temui lagi. dia memandangi sepeda motor maticnya yang lecet dan pecah bagian body sampingnya. Sepeda motornya yang rusak itu belum sempat dia bawa ke bengkel. Rencananya hari ini dia akan membawa ke bengkel langganannya saja.
Viona mengunci rumah dan siap meluncur bersama sepeda kesayangannya. Sambil bersiul dia menikmati pemandangan yang dia lewati dan udara pagi yang masih bebas polusi kendaraan. Apalagi hari ini adalah hari libur. Dia akan menikmatinya sepuasnya.
Saat dia melamun asyik dengan perasaannya sendiri tiba-tiba sebuah sepeda motor sport menyenggolnya.
Brukkk
“Aaaahhh!” teriak Viona yang disenggol dari arah belakang itu. Sebuah sepeda motor itu berhenti dan memarkirkannya di pinggir jalan di tempat yang aman.
Masih menggunakan helm full facenya atau helm cakil itu, Kelvin menghampiri Viona yang terduduk di tanah menunduk mengelus kakinya yang terkilir akibat jatuh tersenggol atau terserempet motor sportnya Kelvin. Mereka masih belum menyadari jika mereka berdua sudah pernah bertemu dalam keadaan tabrakan dan berdebat.
“Kau tidak apa-apa, nona?” tanya Kelvin menghampiri Viona dan mensejajarkan tubuhnya dengan berjongkok.
“Kakiku terkilir. Bisa tidak anda mengemudi tidak menyerempet pengendara lain?!” Viona merasa kesal karena kakinya baru sembuh sudah terserempet lagi dan masih menundukkan kepalanya. Kelvin belum menyadari bahwa wanita di hadapannya kini adalah Viona, wanita yang ia tabrak dua kali itu karena Viona juga mengenakan helm sepedanya dan menggunakan kacamata hitamnya.
Saat Viona dan Kelvin melepas kacamata dan helm bersamaan baru mereka menyadarinya.
“Kau!” ucap mereka serempak.
“Kau menabrakku lagi?! Oh Tuhan kenapa bisa bertemu kau dalam keadaan menabrakku lagi? apa kau tidak puas jika belum menabrakku sampai babak belur ha?!” teriak Viona kesal.
“Hei! Kau yang jalannya itu meleng! Sungguh sial kenapa aku selalu bertemu denganmu lagi” seru Kelvin jengkel. Kini dia malah yang marah. Harusnya Viona yang marah-marah.
“Kenapa jadi kamu yang marah? Bukannya bantuin berdiri. Bantu aku berdiri!” seru Viona kesal menjulurkan tangan kanannya pada Kelvin. Kelvin yang melihat itu pun menyambut tangan Viona untuk membantunya berdiri. Namun, Viona yang kakinya terkilir itupun tiba-tiba ambruk jatuh lagi. Untunglah Kelvin menopangnya sehingga Viona tak terjatuh lagi. Dan terjadilah nyanyian cinta seperti yang ada di film-film Bollywood itu loh gaesss. Saling tatap-tatapan matanya atau beradu pandang gitu. Entah kenapa tiba-tiba hatinya berdesir dan perutnya geli. Tiba-tiba Kelvin merasakan ada yang berbeda dengan dirinya setelah saling menatap.
“Bisa jalan tidak? Begitu saja manja!” seru Kelvin memelototkan matanya setelah dia sadar.
"Hei! Matamu buta?” ketus Viona tak kalah sewot pada Kelvin.
“Menyusahkan saja!” gerutu Kelvin.
“Kau pasti sengaja kan?” lanjutnya lagi.
“Enak aja bilang aku sengaja. Kalau bukan karenamu, kakiku juga tidak sakit. Memangnya aku tahu kalau kamu akan lewat sini dan menyerempetku?! Aneh” ucap Viona kesal. Tanpa babibube, Kelvin menggendongnya dan meletakkan Viona pada boncengan sepeda motornya.
“Eh eh apa yang kau lakukan padaku? Ehhh sepedaku” teriak Viona tanpa digubris oleh Kelvin.
“Kau akan membawaku kemana? Jangan macam-macam kau!” lanjut Viona bingung karena dirinya kini sudah duduk di sepeda motor Kelvin, laki-laki yang beberapa hari terakhir ini sudah membuatnya kesal.
“Diamlah kalau kau tidak mau jatuh lagi!” teriak Kelvin memakai kembali helm full facenya lalu melajukan motornya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Zhu Yun💫
nanti lama-lama juga bucin nih kelvin - viona 🤭
2023-04-06
0