Bab 2

“Mbok Jum, aku berangkat dulu ya. Hati-hati di rumah. Jangan menerima siapapun ya. Jika ada bel rumah, mbok Jum diamlah di dalam rumah. Karena saat ini sedang marak penipuan” pamit Viona untuk pergi ke rumah sakit dan memberikan nasehat pada mbok Jum karena saat ini sedang marak penipuan dan kejahatan lainnya.

“Iya, nyonya. Insyaa allah mbok Jum akan ingat pesan nyonya” mbok Jum yang mengantar sampai belakang pintu itu kemudian mengunci pintu dan masuk ke dalam rumah setelah melihat nyonyanya masuk ke dalam taksi online.

Sampai di rumah sakit, Viona harus menunggu antrian 6 orang lagi. Dengan kaki yang terasa perih saat digerakkan dan terkena gesekan roknya itu membuat mengaduh lirih Viona. Saat ini, Viona merasakan ingin pergi ke toilet. Segera ia bangkit dengan kaki yang dipaksakan untuk berjalan meskipun sakit. Toilet yang terletak dekat denga ruang antri itu membuat Viona merasa lega. Saat Viona pergi keluar toilet, tiba-tiba seseorang menabrak tubuhnya hingga dirinya hampir terpental ke belakang jika seseorang tidak menangkap tubuhnya.

Dugg

Tabrakan antara tubuhnya dengan seseorang.

“Aaaa!” teriaknya.

Setttttt

Seseorang menangkap dirinya yang hampir terpental ke belakang itu sontak kaget.

“Kau!”

“Kau lagi!” seru Viona berbarengan dengan seorang laki-laki yang menangkap tubuhnya yang tinggi dan berpostur bak seorang model itu. Dia adalah Kelvin Atmodjoyo. Seorang pengusaha tersukses berwajah blesteran Jawa dan China. Namun jangan salah ya, keluarga Kelvin sangat menjunjung adat Jawa asal neneknya itu. ya, nenek Kelvin asli Jawa. Jadi meskipun Kelvin keturunan China, tapi dia dibesarkan dengan adat Jawa serta memiliki tata karma bak seorang ningrat dan memang neneknya keturunan keraton.

Seketika Kelvin menghempaskan tubuh Viona.

Brukk

“Aduhh! Kau! Kau manusia yang kejam! Sudah menabrakku dua kali bukannya bertanggung jawab tapi malah menjatuhkanku. 2X kau menjatuhkanku!” seru Viona yang membuat orang-orang yang ada di sekitar situ melihatnya. Dia terjerembab lalu bangkit dengan susah payahnya tanpa dibantu laki-laki di depannya itu.

“Wah tampan sekali pria itu ya”

“Siapa pria itu?”

Celotehan para wanita yang ada di situ membuat Viona dan Kelvin tengok kanan dan kiri melihat situasi. Sadar akan ulah mereka berdua menjadi pusat tontonan, maka Kelvin menarik tangan Viona.

“Ehh ehhh!” Viona memberontak namun tak kuasa karena pegangannya sangat kuat sekali hingga dia tidak mampu melepas tangannya dari genggaman tangan laki-laki yang sedang menariknya itu.

“Kau pria kejam yang baru aku temui seumur hidupku!” seru Viona setelah tangannya dihempaskan olek Kelvin.

“Kau mengikutiku?” tanya Kelvin menuduh Viona dikira Viona mengikutinya.

“Hahaha..Kenapa kau pede sekali ingin aku ikuti? Heh! Dasar pria sombong! Jangan berharap aku mengikutimu! Tidak akan! Meskipun kau tampan, seperti kata mereka, tapi kau adalah pria kejam. Sudah menabrakku tapi tidak mau membantuku” kata Viona menertawakan Kelvin kemudian mengelilingi Kelvin dan menatap Kelvin dari bawah sampai atas.

“Kau kurang ajar sekali mengataiku seperti itu!” ucap Kelvin marah.

“Hahaha. Dasar kau pria aneh! Pria kejam! Ayo tanggung jawablah padaku. Mumpung di rumah sakit ayo bawa aku ke dokter untuk memeriksakan lukaku” sekarang gentian Viona yang menarik tangan Kelvin setelah mengatai Kelvin pria kejam. Entah kenapa Kelvin merasakan sesuatu yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya. Entah seperti desiran di hatinya. Namun tak ia pikirkan.

“Memangnya siapa kau ini. Berani sekali kau menarikku seperti ini!” seru Kelvin menghempaskan tangannya yang di Tarik Viona itu.

“Tentu saja aku tahu kau itu siapa. Kau adalah orang yang menabrakku. Ayo sekarang ikut aku. Bawa aku ke dokter” tarik viona lagi. dan lagi-lagi Kelvin menghempaskannya lagi. Kemudian berjalan melewatinya dengan acuhnya. Dan langkah besarnya Kelvin itu tak dapat diimbangi Viona yang mengejarnya seolah Kelvin sedang terburu-buru sehingga melangkahkan kakinya cepat.

“Dasar orang gila! Pria kejam kau!” teriak Viona yang tak sadar bahwa dia saat ini sedang di rumah sakit.

“Ssssttt. Jangan berisik nona. Ini rumah sakit” seorang suster menegurnya. Kini iapun sadar.

“Ma..maaf, suster. Saya lupa” dengan santainya Viona menampilkan cengiran kudanya kemudian Viona berlalu dan kembali ke tempat dimana dia tadi sedang mengantri untuk periksa.

“Nona Viona Kusumawidjaya!” panggil suster yang berada di pintu ruang praktek dokter.

“Ya. Saya!” segera ia beranjak masuk ke dalam ruang praktek dokter.

“Selamat pagi, dokter!” sapa Viona ramah.

“Selamat pagi, nona” jawab sang dokter wanita yang usianya hampir paruh baya itu.

Tak terasa, matahari sudah berada di atas kepala yang menandakan hari sudah siang. Pun begitu, periksa atas lukanya kemarin sudah dokter periksa dan tidak menampilkan cedera apapun. Semua hasilnya baik dan kakinya sudah dikasih obat salep. Viona yang kini akan mampir pergi ke swalayan untuk membeli kebutuhan kedua anaknya itu segera memesan taksi online.

“Ke Swalayan ya Pak” ucap Viona pada sang driver taksi online.

“Baik, nona” jawab sang driver lalu melajukan kemudinya menuju Swalayan.

Setelah beberapa menit perjalanan, kini Viona telah sampai di swalayan yang ia tuju. Segera ia meraih troli dan berbelanja semua kebutuhan selama 1 bulan.

Selang 1 jam berada dalam swalayan, Viona memesan taksi online kembali untuk segera pulang. Setelah sampai di rumah, kepulangan Viona yang di sambut mbok Jum itu merasa kehausan.

“Mbok, minta tolong dibuatkan minuman dingin ya” pintanya pada mbok Jum.

“Sudah mbok siapkan, nyonya. Sebentar saya ambilkan di kulkas dulu ya” segera mbok Jum masuk ke dalam rumah dengan tentengan belanjaan nyonyanya. Beberapa tas belanjaan Viona membawanya sendiri.

“Terimakasih, ya Pak” ucapan terimakasih Viona tujukan pada driver taksi onlinenya.

“Sama-sama, Non!” jawab sang driver ramah.

“Huft! Lelahnya. Awas kau dasar pria aneh! Jika kau menabrakku lagi nanti, akan kulaporkan pada polisi!” gerutunya kesal pada Kelvin.

“Semua karena ulah si wanita itu. Sungguh sial jika bertemu dengannya. Awas saja kau!” ucap Kelvin menggertakkan gigi-giginya hingga urat di belakang rahangnya terlihat jelas.

“Kenapa kau tampak kesal?” tanya Hans Safero sang sahabat yang menjabat seorang asisten pribadinya di perusahaan yang dia kelola. Saat ini Kelvin berada di perusahaannya bersama Hans.

“Sejak bertemu kemarin dalam kecelakaan kemarin, dia sangat membuatku sial tapi juga sudah menyelamatkanku dari Erika. Kau tahu karena ulahnya itu, pertunanganku dengan Erika menjadi gagal. Karena terlambat, orang tua Erika menjadi marah dan membatalkan acara itu. Apalagi saat hendak ke rumahnya, Tuan McLye menelponku untuk bertemu saat itu juga. akhirnya yang datang ke rumah Erika hanya nenek dan juga mama” jawab Kelvin tampak kesal namun juga bahagia.

“Maaf, nenek dan nyonya Nora, jika acara tidak ada Kelvin sebaiknya kita tunda dulu pertunangannya. Kita menunggu Kelvin kapan luangnya” ucap papanya Erika hingga membuat Erika marah.

“Apa maksud papa? Meskipun Kelvin tidak datang, tapi pertunangan ini tetap kita lanjutkan, pa!” teriak Erika pada papanya.

“Tidak bisa, Erika. Sabarlah. Mungkin ini adalah takdir menyuruhmu untuk bersabar. Nak, kita tidak bisa memaksa Kelvin sekarang untuk datang. Karena kamu dengar sendiri kan di telepon jika dia sedang bertemu dengan klien penting dari luar negeri. Tenanglah. Semua itu untuk masa depan kalian. Tenanglah. Kita tunggu Kelvin ya. Acara ini hanya di tunda” bujuk papanya Erika saat itu.

“Baiklah. Tapi papa janji ya pada Erika” jawab Erika akhirnya menyerah dengan bujukan papanya.

“Iya” jawab papa Erika sekenanya.

‘Kamu harus menepatinya Kelvin!” batinnya marah Kelvin sudah memperlakukan putri kesayangannya seperti ini. Kemudian keluarga Kelvin pulang ke rumah.

“Jadi, nenek juga mama kamu ke sana hanya untuk menyampaikan pesanmu saja? Bukankah seharusnya kau itu senang pertunanganmu itu akhirnya gagal? Bukankah selama ini itu yang kamu inginkan?” berondong Hans mempertanyakan pada sahabatnya itu.

“Iya aku senang. Hanya nanti Erika pasti akan tetap mengejarku. Dan aku tidak suka dikejar. Aku tidak suka perempuan agresif seperti dia. Dia sudah seperti adikku sendiri. Dan aku tidak meminta nenek dan mama untuk melanjutkan pergi ke rumah Erika. Mereka sendiri yang tetap bersikukuh. Hah kamu tahukan peraturan nenek?!” ucap Kelvin lalu menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi kebesarannya.

‘Hahaha..Kenapa kau pede sekali ingin aku ikuti? Heh! Dasar pria sombong! Jangan berharap aku mengikutimu! Tidak akan! Meskipun kau tampan, seperti kata mereka, tapi kau adalah pria kejam. Sudah menabrakku tapi tidak mau membantuku’ entah kenapa kalimat itu tiba-tiba terngiang-ngiang di telinganya. Padahal baru pagi tadi dia mendengarnya. Hanya saja yang aneh baginya adalah, baru pertama kalinya ada seorang wanita yang mengejeknya. Yang tidak tertarik melihatnya. Maksudnya terlihat biasa saja ketika melihatnya. Justru selalu mengajaknya bertengkar. Mengingat kejadian pagi tadi membuatnya tergelitik untuk tersenyum tipis.

“Hei, bro! Kenapa kau tiba-tiba tersenyum sendiri begitu? Sakit kau dari rumah sakit?” Hans yang melihat sahabtnya itu terlihat aneh setelah pulang dari rumah sakit untuk mengecek keadaan rumah sakit miliknya itu lalu memegang dahi Kelvin dengan membalikkan telapak tangannya.

“Tidak panas” tangannya dihempaskan Kelvin.

“Apa yang kau lakukan?” Kelvin menepis tangan sahabatnya, Hans itu.

“Kau tahu? Kau aneh. Seperti orang sedang jatuh cinta. Katakana padaku! Siapa dia? Atau…jangan-jangan wanita yang barusan kau ceritakan padaku yang kau tabrak kemarin itu? apa yang dia lakukan hingga membuatmu gila seperti ini? Hm?” pertanyaan Hans membuat Kelvin salah tingkah. Namun, bukan Kelvin namanya jika dia buka mulut.

“Sudahlah sana pergi ke mejamu. Siapkan semua berkas buat nanti aku pulang. Aku akan mempelajarinya di rumah” usir Kelvin pada Hans. Kemudian Hans bangkit dan berjalan keluar menuju ruangannya.

“Iya iya. Tidak usah kau usir aku akan keluar sendiri” ucapnya.

Setelah keluar ruangan Kelvin, Hans berbicara pada dirinya sendiri.

‘Aku harus mencari tahu sendiri. Lihat saja kau akan ketahuan. Hahaha’ batinnya tertawa. Kemudian dia berjalan ke ruangannya.

Hari pun sudah sore. Hari ini Shanum dan Elbarak, pulang bersama.

“Kami pulang, mama!” seru kedua anak Viona itu setelah memasuki dapur menghampiri mamanya yang sedang memasak di dapur. Viona mencium mereka satu persatu.

“Ayo semuanya pergi mandi. Ehhh bau acem” ucap sambil berpura-pura mengibaskan tangan kanannya Viona disertai kekehan kecil.

“Iya, Mama. Kan habis latihan. Bau acemnya seger kan, Ma?” ledek Shanum sambil berlari karena tangan Viona maju menggelitiknya juga adiknya. Lalu mereka berlari menuju kamarnya masing-masing.

“Saya ikut senang, nyonya. Melihat kebahagiaan nyonya serta anak-anak. Adem rasanya melihatnya” ucap mbok Jum tiba-tiba nyembul dari dalam kamar yang digunakan untuk menyetrika baju.

“Eh, mbok Jum ngagetin aku aja” jawab Viona merasa kaget dan mengelus dadanya menggelengkan kepalanya.

“Maaf, nyonya. Hehehe” mbok Jum terkekeh. Bersama keluarga Viona kini kehidupan mbok Jum jadi lebih berwarna. Meskipun jika sampai rumah, mbok Jum selalu kembali sedih melihat polah anaknya yang semata wayang itu.

Ting

Bunyi pesan di ponselnya Viona.

“Maaf, Bu Viona, ada berkas yang membutuhkan tanda tangan ibu lagi. Nanti pulang mengajar, saya akan ke rumah Ibu Viona sekalian saya mengantarkan ke dinas. Maaf jika mengganggu waktu istirahat Bu Viona" isi pesan dari salah satu gurunya, Bu Sila yang merupakan wakil dari kepala sekolah.

“Ok” jawab singkat Viona.

Setelah matahari hampir terbenam dari ufuk barat, yang ditunggu-tunggu pun tiba. Bu Sila datang tampak membawa tentengan seperti oleh-oleh. Namun Viona berpura-pura tidak menghiraukannya. Viona yang sudah menunggu di teras rumahnya itu menyambutnya dengan ramah.

“Assalamu’alaikum Bu Viona. Bagaimana kabarnya Bu Viona?” sapa Bu Sila mengucap salam lalu cipika cipiki.

“Wa’alaikumsalam. Alhamdulillah jauh lebih baik, Bu Sila. Terimakasih. Silahkan duduk dulu, Bu” balas Viona ramah menggandeng Bu Sila untuk duduk.

“Mana yang harus saya tanda tangani, Bu?” tanya Viona sambil mengulurkan tangan kanannya.

“Oh ini, Bu” jawab Bu Sila mengulurkan berkas yang berisi 2 lembar itu.

Segera Viona menandatangani lalu membubuhi cap stempel pada tanda tangannya.

“Sudah” ucap Viona tersenyum.

“Terimakasih, Bu. Oiya ini ada titipan dari teman-teman buat Bu Viona. Semoga Bu Viona segera sembuh kakinya. Dan kembali ke sekolah lagi segera. Anak-anak sudah menanyakan Bu Viona” ucap Bu Sila yang selalu sopan terhadapnya. Bu Sila adalah guru berprestasi di sekolah yang ia naungi. Selain ramah dan sopan, Bu Sila juga cantik dan bersahaja. Tapi entah kenapa salah satu diantara teman-temannya, ada yang tidak menyukainya. Karena Bu Sila termasuk guru yang diunggulkan oleh yayasan setelahnya.

“Kenapa repot-repot, Bu?! Maasyaa allah tabarakallah. Terimakasih ya, Bu. Minta tolong disampaikan ke teman-teman ya” ucap Viona lalu bangkit berdiri mengikuti Bu Sila berdiri.

“Tidak apa-apa, Bu Viona. Kalau begitu saya permisi dulu, ya, Bu. Assalamu’alaikum” pamit Bu Sila menganggukkan kepalanya setelah cipika cipiki kembali.

“Wa’alaikumsalam. Hati-hati, Bu Sila” jawabnya. Setelah Bu Sila pergi, Viona kembali masuk ke dalam rumah.

“Nyonya, hari sudah sore, saya ijin pulang ke rumah ya. Terimakasih, nyonya” ucap mbok Jum menyodorkan tentengannya.

“Sama-sama, mbok” jawabnya.

Terpopuler

Comments

Zhu Yun💫

Zhu Yun💫

oh ternyata namanya Kelvin 🤭
ayo lanjut kakak

2023-04-06

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!