Tiba di rumah sakit, Viona langsung ditangani oleh seorang dokter yaitu lebih tepatnya dokter yang bekerja di rumah sakit Kelvin.
“Aduuuh kenapa setiap bertemu denganmu aku selalu sial? Kenapa juga setiap bertemu denganmu kau harus menabrakku? Huftt” keluh Viona yang merasa capek. Berniat ingin berolahraga melenturkan lututnya tapi justru ketambahan lagi.
“Heh itu namanya sudah takdir. Apa kau tidak tahu ada takdir?! Sudah tua tapi tidak paham apa itu takdir?” sahut Kelvin melotot pada Viona disampingnya.
“Tidak perlu kau jelaskan aku juga sudah tahu. Kalau aku sudah tua memangnya kenapa? Masalah buatmu?!” seru Viona yang tak mau kalah berdebat dengan pria arogan di depannya.
Sang dokter yang melihat tuan mudanya sedang berdebat dengan seorang wanita itu pun berdehem.
“Ehemm! Maaf, tuan, kaki nona Viona sudah kami tangani. Semua akan sembuh dalam waktu dekat. Syukurlah terkilirnya tidak parah” ucap sang dokter.
“Hm” seketika Kelvin yang terkenal arogan dan dingin itu sadar bahwa dirinya sudah mempermalukan dirinya sendiri di hadapan bawahannya itu. Kelvin keluar ruang periksa. Dia teringat dengan tujuannya pagi ini maka dia segera beranjak pergi ke ruang persediaan barang. Dia akan mengecek semua barang sekarang. Dia pun meninggalkan Viona sendirian di ruang periksa.
Tak berselang lama, Viona keluar ruang periksa dengan jalan yang tertatih. Setelah di luar dia melihat ke samping kanan dan kiri untuk mencari sosok laki-laki yang menabraknya tadi. Namun tak muncul jua batang hidungnya.
“Dasar laki-laki tak bertanggung jawab. Meninggalkan korban seenaknya saja. Ya Allah jangan sampai Kau pertemukan hamba dengannya lagi. Aamiin” dengan menengadahkan kedua tangannya lalu mengusapnya ke wajah cantiknya.
Sendirian akhirnya Viona berjalan keluar rumah sakit. Viona menelpon Lionel untuk menjemputnya. Awalnya Viona ingin minta tolong pada Irma, namun ia urungkan karena Lionel akan lebih kuat dalam memapahnya.
“Li, tolong jemput aku di rumah sakit ya sekarang” titahnya pada Lionel lewat sambungan teleponnya. Lionel adalah orang kepercayaan Viona selain Irma.
“Baik, Bu” jawab Lionel dari seberang telepon yang terdengar karena diloudspeaker Viona.
Sembari duduk menunggu Lionel, Viona membuka beberapa pesan yang masuk ke dalam emailnya. Banyak email dari para klien dan asistennya. Diapun membalas email asistennya yang ada di pulau K terlebih dulu. Tak berapa lama Lionel datang menghampirinya.
“Maaf sudah membuat Bu Viona menunggu lama. Mari ku bantu, bu” Lionel yang melihat itu bergerak cepat untuk membantu Viona yang kesusahan untuk berdiri.
“Terimakasih” jawab Viona lalu meraih genggaman tangan Lionel dan berjalan meninggalkan rumah sakit. Kejadian itu tidak sengaja dilihat oleh Kelvin dari jarak jauh saat ia keluar dari salah satu ruang di rumah sakitnya itu. Ia berjalan melangkah pelan mengamati sosok wanita yang ia tabrak tadi pagi sedang digandeng sosok laki-laki yang sepertinya jauh lebih muda darinya dan Viona atau bisa disebut lebih pantas menjadi adik dari Viona.
‘Dengan siapa dia? Apakah dia suaminya? Tapiii..dia lebih cocok jadi adiknya. Cukup tampan. Ah masa bodoh dengan siapa dia berjalan’ segera dia melangkah dengan cepat untuk mengikuti Viona dan laki-laki yang saat ini sedang menggandeng Viona yaitu Lionel.
Saat sampai di parkiran, sebuah mobil menghampiri Viona. Ya mobil itu adalah mobil Lionel. Kemudian Lionel turun dan memapah Viona masuk ke dalam mobil. Dengan sangat perhatian Lionel memegang bagian atas pintu mobil supaya kepala Viona tidak terbentur. Setelah pintu ditutup, Lionel melajukan mobilnya menuju rumah sederhana Viona.
Saat Kelvin melihat perlakuan pria di depan matanya itu terhadap wanita yang selalu ia tabrak itu, entah kenapa hatinya seolah mendidih. Tanpa ia sadari ia mengeratkan kedua tangannya pada kemudi sepeda motornya lalu berjalan mengikuti mobil yang ditumpangi Viona dan Lionel.
Kini Viona telah sampai di rumahnya. Tampak seorang wanita paruh baya sedang membukakan pintu rumahnya. Kembali Viona dipapah oleh Lionel dengan melingkarkan tangan kirinya ke pinggang Viona karena memapahnya. Kelvin yang melihat itu semakin gusar dan tiba-tiba hatinya berkecamuk tak jelas. Kelvin yang tidak ingin melihat kemesraan Viona dan Lionel itu langsung pergi ke kantornya. Dengan kencangnya ia mengemudikan sepeda motornya.
Kelvin kini telah sampai di ruangannya. Ia menghempaskan tubuhnya kasar di sofa depan meja kantornya. Tampak wajahnya terukir kemarahan.
“Tidak bisa dibiarkan” gumamnya menggertakkan giginya.
Tok tok tok
Suara pintu diketuk oleh seseorang membuyarkan amarahnya. Masuklah Hans dengan beberapa berkas. Kemudian Hans menyodorkan berkas itu pada Kelvin yang masih terduduk di sofanya dengan wajah menyeramkan. Hans yang melihat itu merasa ada aura kemarahan yang akan meledak.
“Hei! Kau kenapa? Kenapa mukamu garang seperti itu? Katakan siapa yang sudah berani membuatmu begini?!” Hans sebenarnya merasa ragu untuk menegurnya, namun karena rasa penasarannya itu jauh lebih tinggi daripada rasa takutnya itu, maka ia pun menanyakannya pada sahabat kecilnya itu.
“Apa yang kau bawa ini?” bukannya menjawab tapi Kelvin bertanya balik pada Hans mengenai berkas yang ia bawa.
“Berkas untuk rapat siang nanti. Perlu kau pelajari. Katakan! Siapa dia?” Hans masih merasa kepo.
Kelvin pun menoleh dan memelototinya. Hans yang merasa akan diterkam, iapun menggeser tubuhnya perlahan kemudian kabur dari ruangan Kelvin.
‘Hmm aku harus cari tahu!’ batin Hans kemudian melangkah pergi meninggalkan ruangan Kelvin sang Ceo perusahaan.
‘Kenapa tiba-tiba hatiku mendidih melihat mereka? Apa ada yang salah dengan diriku? Ya, meskipun baru ketiga kalinya kita bertemu, tapi kamu adalah wanita pertama yang selalu mengajakku berdebat. Kau sangat berbeda dengan mereka yang hanya memujaku. Diantara para gadis yang pernah bertemu denganku, hanya kau gadis yang berani melawanku. Aku suka itu. Kau sungguh wanita garang. Baiklah, aku akan menyelidikimu’ batin Kelvin lalu tersenyum.
“Kau kemarilah!” perintahnya pada seseorang dari sambungan telepon kantornya.
Tok tok tok
Pintunya kembali diketuk.
“Masuklah!” jawabnya.
“Setelah kau mengusirku, kenapa sekarang kau memanggilku?” tanya Hans kesal dibuatnya. Ya yang ditelepon Kelvin barusan adalah Hans.
“Tolong selidikilah wanita yang bernama Viona itu. Siapa dia sebenarnya?” perintahnya pada Hans.
“Hei tuan muda yang terhormat dan paling tampan! Siapa yang kau maksud itu? Siapa Viona itu? Dan..bagaimana bisa aku menyelidikinya jika orangnya saja atau nama lengkapnya saja aku tidak tahu. Aneh kau ini” kesal Hans pada sahabatnya itu.
“Dasar kau tidak bisa kerja. Begitu saja kau minta aku memberitahumu. Jika aku tahu maka aku tidak akan meminta bantuanmu” jawab Kelvin skakmat Hans.
“Hah dasar kau. Bos macam apa kau ini. Memberi tugas pada bawahan tidak jelas. Bagaimana bisa bekerja?” sahut Hans tak mau kalah.
Kelvin yang merasa bodoh saat ini hanya bisa diam. Dia akan mengikuti kemanapun wanita itu pergi. Apalagi kini dia sudah tahu tempat tinggalnya.
“Sangat sederhana. Tapi elegan dan berkelas” gumamnya yang kini di dengar oleh Hans.
“Dia? Kau tertarik dengannya? Ah dasar kau tidak jelas. Aku akan kembali ke ruanganku. Jangan minta bantuan jika tak jelas informasinya” ucap Hans lalu kembali ke ruangannya yang tak dihiraukan oleh Kelvin.
“Jangan lupa satu jam lagi kau akan ada pemotretan” ingat Hans membuka pintu ruangan Kelvin kembali sedikit lalu menutupnya kembali.
Kelvin yang melihat kelakuan sahabatnya itu hanya diam saja. Dia masih ingat bahwa pagi ini ada pemotretan untuk majalah bisnisnya.
Tak terasa satu jam telah berlalu. Kini Kelvin sudah berada di ruang pemotretan. Dia tampil cool dan begitu tampan. Pemotretan kali ini adalah untuk mengenalkan hasil dari salah satu model produk pakaiannya. Dia juga kerap diundang dalam catwalk di beberapa event ternama. Namanya juga sudah melambung tinggi. Bahkan banyak para penggemarnya dari kalangan sosialita dan kaum remaja yang selalu menggadang-nggadangnya.
Berbeda dengan Viona yang tidak pernah mengenal dan tahu mengenai Kelvin. Sebagai single parents dari dua anak yang sudah memasuki usia sekolah dengan biaya yang tidak sedikit itu dia bekerja membanting tulang memajukan usahanya. Dia hanya sibuk dengan dunia kerjanya dan juga anak-anaknya. Begitu pula dengan anak-anak mereka. Mereka terlalu sibuk dengan sekolahnya dan latihannya.
Waktu berjalan begitu cepatnya. Waktu untuk pulang kantor pun telah tiba.
“Kau akan langsung pulang atau menyelidiki wanita itu?” goda Hans menyeringai.
“Kau sungguh mau tahu?” ucap Kelvin lalu keluar ruangannya mengabaikan Hans.
“Hei!” teriak Hans lalu berlari mengejar Kelvin mengikuti langkah cepat Kelvin.
Kelvin bersiap untuk melajukan sepeda motornya ke rumah sederhana Viona. Di sana Kelvin memasang google maps untuk mengetahui alamat rumah Viona. Setelah mendapatkannya, diapun pergi. Dia akan mengawasi pergerakan dari ponsel canggihnya. Dia tersenyum smirk lalu kembali memutar kemudinya dan kembali pulang ke apartemennya.
Setelah sampai di apartemen dia langsung melepas semua pakaiannya dan melepas penat hari ini dalam bathubnya.
“Kenapa hari ini aku sudah menjadi penguntit ya hanya demi wanita sederhana dan keras kepala itu?” gumamnya sendiri.
“Ah dasar wanita aneh. Dia sama sekali tidak tertarik padaku? Tentu saja tidak jika setiap kali bertemu dia selalu mengajak bertengkar. Kau harus bertanggung jawab. Dan lihat saja nanti, kau akan jatuh dalam pesonaku. Si Kelvin pengusaha muda tersukses yang paling tampan ini. Haha..kenapa masih ada wanita aneh seperti dia ya?” lanjutnya.
Setelah terasa segar badannya, Kelvin bangkit dan segera mengeringkan tubuhnya dengan handuknya. Sedangkan rambutnya yang masih basah itu ia biarkan saja membasahi tubuhnya yang atletis dan bidang itu. Karena seorang model dia memiliki tubuh yang proporsional dan wajah rupawan. Siapapun mampu ia hipnotis. Tapi hanya Viona yang tidak mampu ia hipnotis. Dengan balutan handuk yang melingkar diperutnya yang rata itu bak sebuah roti sobek, membuat siapapun yang melihatnya pasti sungguh tergoda.
Menjelang malam Kelvin pun berniat keluar untuk menemui Erika. Namun ia urung karena masih ada pekerjaan yang tidak bisa ia tunda lagi. Pekerjaan yang mengharuskan besok pagi dikirim ke perusahaan rekanannya.
Ting
Sebuah pesan dari Erika.
“Kelvin, kapan kita bertemu? Kapan kamu punya waktu untukku?” begitulah kira-kira isi pesan Erika.
Bukannya membalas, Kelvin menutup kembali pesan itu. Hingga Erika berulang kali mengirim pesan dan melakukan panggilan telepon. Namun kembali Kelvin mengabaikannya. Karena merasa bosan di apartemen, akhirnya Kelvin pergi keluar untuk mencari udara segar. Dia akan pergi ke swalayan membeli beberapa minuman. Karena di apartemen dia tidak memiliki pelayan. Semua kebutuhannya dia sanggup melakukannya sendiri kecuali untuk bersih-bersih rumah dia akan meminta petugas kebersihan apartemen untuk membersihkannya. Kelvin keluar mengendari mobil mewahnya.
Viona yang sudah dibalut dengan pakaian yang tampak rapi itu bermaksud untuk pergi keluar membeli sesuatu kebutuhan untuk anak-anak besok pagi. Kakinya yang terkilir sudah agak membaik. Viona bukanlah wanita manja yang selalu memanjakan penyakitnya. Dengan berjalan pelan, Viona keluar rumah setelah berpamitan dengan kedua buah hatinya. Awalnya Shanum ingin menemaninya, namun Viona tahu jika tugas sekolah Shanum juga banyak jadi Viona membiarkan Shanum berdiam diri di rumah mengerjakan tugas sekolahnya bersama sdiknya. Viona pergi menggunakan taksi online seperti biasanya. Kehidupan yang sederhana itu selalu melekat didirinya. Meskipun dibalik itu semua ada sebuah kemewahan yang ia miliki.
Tampak swalayan begitu ramai pengunjung di malam hari. Viona yang tiba berjalan masuk mengambil troli belanjaan. Karena terjadi kegaduhan kecil, tanpa sengaja Kelvin yang berada dalam satu swalayan itu menoleh dan melihat apa yang sebenarnya terjadi.
“Troli ini aku dulu yang ambil! Kau ambil yang lain!” bentak seorang gadis pada Viona yang berdiri termangu.
Viona hanya tersenyum lalu tangannya meraih troli yang lain.
‘Erika! Dia ada di sini? Dia tidak boleh melihatku’ batin Kelvin lalu mencari tempat persembunyian. Belanjaan yang tadi ia ambil ia kembalikan lagi. Sedangkan Viona yang ia lihat tadi dibentak oleh Erika, tetap Kelvin awasi dari tempat persembunyiannya.
Berjalanlah Erika dan Viona hampir beriringan. Erika yang merasa sedang diikuti oleh Viona menoleh dan membentaknya kembali. Hal itu kembali menjadi pusat perhatian orang-orang di swalayan itu.
“Kau mengikutiku? Atau kau akan mencuri dompetku dari belakang?!” kata-kata kasar Erika itu membuat Kelvin dari jauh itu marah ingin meluapkan emosinya pada Erika langsung.
‘Kau sudah membentaknya dua kali. Kau akan lihat apa yang akan terjadi nanti’ batin Kelvin kesal.
Sedangkan Viona yang tidak mau berdebat itu, berjalan menghindari Erika. Dia lebih memilih jalan yang lain padahal ia akan berbelanja yang searah dengan Erika. Dia akan berjalan memutar.
“Hei! Kau wanita dungu! Apa kau tidak mengerti kata-kataku?” teriak Erika semakin menjadi akibat Viona mengacuhkannya.
“Maaf, anda bicara padaku? Atau dengan siapa? Aku tidak mengerti kata-katamu yang mana” ucap Viona membuat Erika semakin naik pitam.
“Kau berani padaku, wanita sialan!” Erika yang hendak menampar pipi Viona itu tangannya ditangkis seseorang. Erika terperanjat ketika melihat sosok yang menghalanginya. Erika geram menggertakkan gigi-giginya. Sedangkan Viona yang hendak ditampar oleh Erika, sangat geram dirinya diperlakukan seperti itu. Dimana dirinya dipermalukan di tempat umum. Jika tidak ada yang menghalau tangannya mungkin Viona akan membalasnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Zhu Yun💫
Kelvin penuh percaya diri 🤣
2023-04-06
0