Something Between Us

Something Between Us

Hazeline

Di sebuah ruang di lantai dua, ruang kaca dengan tirai putih yang melambai lembut bersama hembusan angin, seorang wanita berusia 28 tahun tengah melukis dengan wajah berseri. Sesuai dengan suasana hatinya, wanita itu melukis sebuah taman bunga yang pernah ia lihat di internet. Taman yang sangat ingin ia kunjungi.

Mungkin dia tidak akan pernah bisa pergi ke taman bunga itu, hingga yang bisa ia lakukan hanyalah melukis dan memajangnya di dinding untuk ia lihat setiap hari. Dinding yang sudah hampir penuh dengan semua lukisan Hazeline.

Ya, Hazeline. Wanita bermata coklat dengan rambut sepinggang yang ia biarkan tergerai dan bergerak dibelakang punggungnya.

Hazeline menghentikan aktifitasnya saat mendengar pintu diketuk. Lambat ia menjawab sebab ia sedang tidak ingin diganggu, sebenarnya. Namun ia tahu, di rumah ini, satu-satunya yang berkuasa adalah Immanuel Benzi. Dan saat ini yang mengetuk pintu adalah ketua pelayan di rumah mewah ini. Atau bisa disebut.. pengawas neraka yang tugasnya selalu memberi titah dari Manu untuk Hazeline kerjakan.

Pintu terbuka dan benar, Robert, pria paruh baya itu masuk sembari membawa sebuah benda yang sangat Hazeline benci. Daftar makanan yang harus ia masak.

Hazeline meletakkan kuas. Dengan sengaja ia hembuskan napas kuat-kuat. Makanan apa lagi yang Manu ingin dia masakkan?

"Permisi, Nyonya. Ini makanan yang Tuan inginkan besok untuk sarapan dan makan malamnya."

"Makan malam?" Tanyanya ulang. Karena biasanya Manu hanya menyuruhnya masak untuk sarapan pagi.

"Benar, Nyonya. Tuan menyuruh anda memasak makan malam untuknya."

Hazeline menerima daftar menu itu. Ia tatap dengan malas. Ah, masakan Jepang lagi.

"Baiklah. Terima kasih." Ucap Hazel, ingin pria tua itu segera pergi dari hadapannya.

"Satu lagi, Nyonya."

Hazeline menghela napas kesal. "Apa lagi?"

"Tuan sudah menyiapkan dress untuk Nyonya pakai makan malam besok."

"Hah?"

Pria tua itu menunduk, kemudian pergi. Sementara Hazeline masih menganga. Kenapa pakai dress segala? Wanita itu jadi takut. Makan malam bersama Manu? Sungguh, ini mimpi buruk kedua setelah yang pertama, menikah dengan monster itu.

...💐...

Dengan perlahan Hazeline meletakkan hasil masakannya di depan Manu yang sudah menunggu dengan wajah datar. Hazeline menuangkannya ke piring Manu dengan hati-hati. Jika terkena percikan kuahnya sedikit saja, Manu bisa mengamuk.

Hazeline mundur beberapa langkah, membiarkan Manu mencicipinya. Wanita itu mengenggam ujung dressnya, takut hal yang biasa akan terjadi lagi. Dan benar..

Piring itu Manu campakkan hingga pecah ke lantai. Hazeline hanya menghela napas. Sudah kesekian kali Manu melakukan ini padanya. Manu selalu menyuruhnya memasak walau ia hanya memakan sesuap kemudian memecahkan piringnya.

Manu berdiri, membenarkan posisi dasinya. Tanpa mengatakan apa-apa, dia pergi diikuti beberapa orang yang sejak tadi berdiri dibelakangnya.

Hazeline berjongkok untuk membersihkan serpihan kaca dengan hati yang merintih. Perlakuan Manu padanya selalu kasar. Pria itu juga tidak berbicara pada Hazeline jika bukan hal penting.

Seseorang ikut berjongkok, membantu Hazeline mengumpulkan serpihan kaca.

"Seperti biasa, melempar piring setelah satu suapan. Kenapa dia memintaku memasak setiap hari jika masakanku tidak sesuai di lidahnya?" Ucap Hazeline dengan suara bergetar karena menahan tangisnya.

Lelaki itu menyerahkan sapu tangan kepada Hazeline, sampai Hazeline mendongak dan menghentikan aktifitasnya.

"Tidak ada gunanya menangisi hal yang sama setiap hari. Itu tidak akan mengubah apapun." Ucapnya dengan lembut terdengar di telinga.

Hazeline menatap mata lelaki itu. Dia teramat baik, selalu saja membantu Hazeline setelah Manu membuatnya kesusahan.

"Kuharap kau bisa lebih kuat, Nyonya." Sambungnya lagi kemudian berdiri setelah Zeline menerima sapu tangannya.

Zeline masih mematung melihat punggung itu menjauh. Pandangannya menunduk, sapu tangan hitam kini ada di tangannya. Ini sapu tangan ke enam yang Hazeline pegang, ada berapa milik lelaki itu sebenarnya?

Dia Nathan, sekertaris yang menjadi tangan kanan Manu. Sebenarnya wajah Nathan sama dinginnya dengan Manu. Lelaki itu juga punya sifat yang kejam jika tuannya diusik. Namun tak sekejam Manu, Nathan terkadang menunjukkan sikap selembut sutranya pada Hazeline disaat perempuan itu tersiksa oleh Manu.

Nathan yang selalu ada disaat Hazeline terpuruk karena perlakuan kasar Manu membuat seorang Zeline pun perlahan mengaguminya, walau Zeline tahu bahwa lelaki itu melakukannya karena ia kasihan terhadap istri Manu itu.

"Nyonya, biar kami saja."

Dua orang pembantu rumah tangga dengan segera membersihkannya. Sejak tadi mereka menahan diri sampai Manu dan Nathan benar-benar pergi.

"Apa kau sudah mencoba masakanku, Bi?" Tanya Hazeline pada perempuan paruh baya yang ikut berjongkok di depannya.

"Sudah, Nyonya. Masakan Nyonya enak seperti biasa."

Zeline menghela napas. Ada dua puluh lima pekerja di rumah itu. Dia sudah menyuruh semuanya mencicipi masakannya dan semua bilang masakan Hazeline sangat enak. Tentu itu membuat Hazeline semakin gila menghadapi sikap Manu. Dia tidak paham makanan apa yang diinginkan Manu, masakan seperti apa yang ia mau. Jika memang masakannya tidak sedap, kenapa Manu terus memerintahkannya untuk masak?

"Terima kasih sudah membantu, Bi. Aku masuk dulu."

Hazeline pun berdiri dan melangkah masuk kembali ke ruang melukisnya. Jika wanita itu mendapat perlakuan buruk dari Manu, dia memang selalu ke ruangan itu untuk menenangkan perasaannya.

Hazeline menghempaskan tubuhnya keatas sofa. Pandangannya mengarah pada satu lukisan yang tertutup kain putih di sudut ruang. Sebuah lukisan yang belum ia selesaikan selama dua bulan terakhir.

Hazeline sudah tidak berniat melanjutkannya. Dia juga bingung, kenapa ia tergerak melukis tubuh Manu sejak malam itu. Malam dimana Manu pertama kali menyentuhnya. Malam pertama mereka melakukannya, malam pertama kali Hazeline merasakan kelembutan yang Manu berikan padanya.

Namun Hazeline menghentikan itu lantaran Manu kembali bersikap arogan dan kasar padanya. Kemana Manu yang lembut itu? Padahal Hazeline sempat terpikat dengan suara dan perlakuan Manu. Hanya malam itu saja.

Di hari selanjutnya, Manu tak lagi melakukannya dengan lembut. Terkadang Hazeline sampai harus menutup semua bekas yang Manu berikan di lehernya. Sampai pernah Hazeline hanya terbaring di kamar karena ulah Manu yang bengis. Sejak itu, Hazeline tidak menaruh hati sedikitpun pada Manu. Laki-laki yang menjadi cinta pertamanya sejak di bangku perkuliahan, tempat dimana ia dan Manu bertemu untuk pertama kali.

Mengingat itu seharusnya dada Hazeline berdebar, saat dimana ia bisa merasakan jatuh cinta pada seorang pria yang luar biasa itu hingga Hazeline pun berhasil menikah dengannya. Namun tidak, Hazeline menjadikan itu mimpi buruk untuknya.

Tetapi yang terjadi sekarang adalah Hazeline menyesalinya. Wanita itu menyesali semua yang pernah terjadi pada perasaannya terhadap seorang Manu. Ia mengira, menikah dengan pria yang ia cinta akan membuatnya bahagia. Namun ternyata tidak, Hazeline justru dilanda ketakutan setiap kali Manu pulang. Dia tidak boleh tidur jika Manu belum kembali ke rumah. Ia bahkan tidak berpikir masalah kecil bisa menjadi besar jika itu bersama Manu.

To Be Continued...

...**...

Terpopuler

Comments

S.Syahadah

S.Syahadah

baru mampir pen maafkeun soal ny aku ga bisa baca yg ongoing 😅

2023-09-23

0

Mystera11

Mystera11

baru mampir pen... biar ngga penasaran bacanya,,, ngumpulin babx banyak dlu🤭

2023-07-04

0

enungdedy

enungdedy

aq nunggu babny bnyak dulu baru baca😄

2023-05-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!