Status Hazeline

Hazeline keluar dari mobil setelah berhenti di depan rumah besar milik Manu. Dia masih berdiri di tempatnya saat Nathan juga keluar dari mobil. Lelaki itu menatap keatas balkon. Tidak ada Manu yang berdiri disana, jadi apa yang ditakutkan Hazeline?

"Nyonya, anda tidak masuk?"

Hazeline tersentak. Dia menatap Nathan dengan raut cemas.

"Masuklah, Nyonya. Udara malam sangat dingin."

Hazeline meremas ujung dressnya. Nathan tahu dia tengah takut. Tapi Nathan tidak bisa melakukan apa-apa, sebab yang akan gadis itu hadapi adalah suaminya sendiri, bukan penjahat yang bisa Nathan selesaikan sendiri.

Nathan tak ingin berlama-lama bersama Hazeline berdua diluar. Dia melangkah masuk, namun ia terhenti karena lagi-lagi Hazeline menarik lengan jasnya.

"Nathan.."

Lelaki itu menoleh kebelakang. "Ya, Nyonya. Ada yang bisa saya bantu?"

Hazeline menunduk, "Bisa antarkan aku kedalam? Aku takut.."

Nathan sangat ingin melakukan itu. Tapi dia cukup tahu batasan. Apalagi dia juga tidak bisa sembarang masuk ke ruang utama jika bukan karena titah Manu.

"Maaf, Nyonya. Saya tidak bisa melakukan itu. Tapi Nyonya harus tahu bahwa tuan Manu tidak lagi marah pada anda."

Hazeline mendesah halus. Dia kemudian berdiri tegak dan berjalan lambat masuk kedalam rumah besar tuan Manu.

Nathan hanya menatapnya sampai sosok Hazeline hilang dari pandangannya. Gadis itu sungguh manis. Sejak awal Hazeline hadir sebenarnya sudah Nathan duga bahwa wanita itu tidak akan bahagia.

Ternyata dugaannya benar. Beberapa bulan melihat kesedihan di mata Hazeline, membuat Nathan tergerak membantunya sedikit. Nathan cukup tahu batasan, karena ia tak mau siapapun salah sangka padanya. Walau ia memang menyukai Hazeline, namun perasaan ini hanyalah sebatas kagum pada kecantikan Hazeline, sekaligus kasihan dengan nasib gadis itu. Seandainya Manu bisa memperlakukannya sedikit lebih baik, mungkin Hazeline tidak lagi bersorot mata sendu.

"Hei!"

Nathan terkesiap saat seseorang menepuk pundaknya.

"Dari tadi kau melihat kearah Nyonya Hazel. Kau menyukainya, ya?" Tuduh Roy, salah satu pengawal Manu yang berjaga diluar saat ini.

"Bicara apa kau, hah." Elak Nathan sembari melonggarkan dasinya.

"Siapa yang tidak suka dengan Nyonya Hazeline? Dia cantik, baik, pandai memasak pula. Tak jarang kita diberinya makanan hasil masakan yang tak dimakan tuan besar."

"Jaga bicaramu. Kau tahu dimana posisimu, kan?" Tukas Nathan memperingatkan. Ia kemudian berjalan kearah bangku taman depan.

"Aku serius. Aku pikir, sungguh beruntung tuan besar memiliki istri seperti Nyonya Hazel. Matanya berwarna coklat. Kalau tersenyum, wajahnya sangat teduh." Celoteh Roy mengekori Nathan.

Nathan duduk di bangku panjang sembari melipat kakinya. Tangannya merentang di sandaran bangku, rasa lelahnya mulai terasa.

"Hei, Roy. Sialan, aku mencarimu ternyata kau ada disini." Kali ini Nicky, punya status yang sama dengan Roy.

"Aku beristirahat sebentar disini. Sekaligus aku mendapat berita baru kalau tuan kita Nathan ternyata menyukai istri tuan besar."

"Jaga mulutmu, Roy. Kau tahu racun apa yang kau sebar?" Tukas Nathan dengan menajamkan matanya.

"Ah, itu ternyata." Nick ikut duduk didepan mereka, meletakkan rokoknya diatas meja besi. "Kami sudah mengira kau menyukai Nyonya Hazeline."

"Apa?"

"Kau selalu membantunya dan memberinya sapu tangan. Diam-diam kau menatap Nyonya Hazeline tanpa kedip." Sambung Nick lagi.

Alis Nathan bertaut. Apa selama ini dia seperti itu?

"Itu bagus kalau kau bisa membawa perempuan itu kabur dari sini. Kami mendukung." Roy ikut-ikutan.

Nathan berdiri dari tempatnya. Percakapan malam ini diluar nalar. Dia tak ingin melanjutkan perbincangan yang bisa saja membuat lehernya putus.

~

Hazeline berjalan perlahan. Dia menaiki tangga sembari terus menatap keatas, barangkali Manu berdiri disana. Tapi tidak, lampu di ruang atas sudah redup, kemungkinan Manu sudah tidur. Baguslah, Hazeline lebih senang kalau Manu tidur sehingga ia bisa leluasa.

Perlahan Hazeline memutar handel pintu hingga terbuka sedikit. Hazeline mengintip, tak ia dapati Manu di kursi besar tempat dimana Manu duduk dengan majalah di tangannya.

Hazeline melebarkan pintu dan dilihatnya tubuh Manu terbaring diatas ranjang besar bersprei merah. Lelaki itu tertidur. Hazeline melepaskan napas yang sejak tadi ia tahan. Dengan perlahan Hazeline menutup pintu dan ia pun segera menuju walk in closet untuk berganti pakaian.

Hazeline membuka lemari dengan perlahan, memilih satu gaun tidur yang sudah tersedia. Dia menutup pintu lemari dan berbalik, namun alangkah terkejutnya Hazeline mendapati tubuh besar Manu sudah menjulang dihadapannya.

Manu mendekat sampai tubuh Hazeline merapat ke lemari dibelakangnya. Mata Manu memindai hingga ke kaki Hazeline yang terkena kuah tadi. Cukup lama ia memperhatikan gadis itu, sampai Manu berbalik dan kembali ke ranjangnya.

Seketika Hazeline melemas karena terkejut dengan aksi Manu tadi. Entah apa yang Manu lakukan, hanya menatap Hazeline lalu kembali tidur.

Hazeline pun tak begitu peduli. Ia masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum tidur.

Setelah beberapa saat, Hazeline membaringkan perlahan tubuhnya. Dilihatnya Manu sudah menutup mata dengan berbaring kearahnya. Ia tak ingin Manu terbangun, hingga dengan sangat lambat Hazeline mendaratkan tubuhnya di sisi Manu.

Hazeline menekan tombol untuk memadamkan lampu. Sedetik setelah lampu redup, Hazeline tersentak kaget tatkala sebuah tubuh besar mengungkung dirinya.

"Lama sekali."

Suara berat Manu begitu menusuk telinganya. Hazeline merasa tegang. Tadinya ia sudah sangat lega saat Manu tidur. Ternyata lelaki itu menunggunya selesai mandi.

"M-maaf.." Ucap Hazeline terbata.

Tak ada jawaban. Hazeline hanya merasakan napas hangat Manu di lehernya.

Perlahan lelaki itu menghisap kulit leher Hazeline, membuat gadis itu mengedik geli. Kecupan demi kecupan diberikan Manu dan kali ini, Hazeline merasa Manu berbeda. Lelaki itu melakukannya dengan lembut.

"Kau membuatku terlalu lama menunggu." Bisik Manu lagi padanya.

"A-aku-" belum sempat Hazeline berbicara, Manu sudah membungkam bibir Hazeline dengan bibirnya. Manu meraih kedua tangan Hazeline dan melingkarkannya ke lehernya. Manu kembali mellumat bibir Hazeline. ******* itu terasa begitu manis. Hazeline bisa merasakannya. Entah apa yang dikonsumsi Manu sampai manisnya masih terasa di bibir lelaki itu.

Hazeline terlena. Ia memejamkan mata, membiarkan Manu melakukan itu sesukanya, karena ia pun menyukai itu. Sentuhan lembut nan hangat, belum pernah ia merasakannya terlebih dari Manu. Tanpa sadar gadis itu meremas rambut Manu, dan lelaki itu tidak pula keberatan.

"Mendesahlah." Bisik Manu.

Hazeline meremas sprei saat Manu memulai aksinya. Dan benar, Hazeline sampai tak kuasa menahan suara yang Manu ingin dengar. Malam itu, Hazeline melupakan rasa takutnya karena Manu mengganti rasa itu dengan kenikmatan yang luar biasa, yang belum pernah Hazeline rasakan sebelumnya.

...💐...

Hazeline berlari keluar kamar. Ia tampak terburu-buru turun dari tangga dengan wajah seperti telah melihat hantu. Sampai Robert dan Nathan yang ada di lantai bawah melangkah lebar mendekati wanita itu, khawatir ada sesuatu yang terjadi padanya.

"Robert!" Pekik Hazeline setelah berhasil menuruni anak tangga terakhir.

"Kau tidak membangunkan aku? Kau tahu jam berapa ini? Apa Manu sudah pergi? Kenapa kau tidak membangunkan aku, hah?" Tanya wanita itu dengan wajah yang tak bisa ditebak.

Robert, seperti biasa, bersikap tenang menanggapi semua yang terjadi.

"Tuan besar sudah pergi, Nyonya. Dia yang meminta kami untuk tidak membangunkan anda."

"Apa?"

"Nyonya diminta membawa bekal ke kantor tuan besar untuk makan siangnya. Nathan yang akan mengantar anda."

Sejenak Hazeline terdiam. Manu yang meminta untuk tidak membangunkannya? Tapi kenapa?

"Saya akan mengantar Nyonya ke kantor tuan besar." Ucap Nathan. Kemudian ia tertunduk saja sampai Hazeline merasa ada yang tak beres darinya.

Hazeline sampai menunduk melihat dirinya. Ternyata dia memakai gaun tidur tipis berwarna merah jambu. Tapi pakaian ini masih dibilang wajar. Kenapa Nathan sampai tak mau melihat kearahnya?

"Sebaiknya Nona bersiap. Makanannya sudah dimasak, jadi Nona hanya mengantarkannya saja. Ini perintah tuan besar." Ucap Robert lagi.

Hazeline yang merasa sesuatu pasti terjadi pada dirinya pun langsung menaiki tangga. Ia masuk ke kamar dan langsung berdiri di ruang walk in closet. Ia menganga melihat gambaran dirinya di cermin.

"Astaga." Hazeline mutup mulutnya. Ia lalu mendekat ke cermin besar itu, melihat lehernya penuh dengan merah kebiruan yang ditandai oleh Manu. Dia malu sekali. Pantas saja Nathan bahkan tak melihatnya. Sial, batinnya.

Satu jam kemudian, Hazeline turun ke lantai satu. Dia sudah menutupi kemerahan di lehernya dengan foundation supaya tak lagi membuatnya malu.

"Mari, Nyonya." Ajak Nathan padanya, lalu mereka pun menuju kantor Manu.

Sesampainya disana, Hazeline langsung disambut oleh para staff kantor. Tentu mereka mengenal siapa wanita berpenampilan sederhana namun sungguh anggun ini. Istri tuan besar itu menebar senyum manisnya pada semua staff, bukan tanpa alasan. Ada bunga di hati Hazeline sebab perlakuan Manu tadi malam padanya. Akhirnya, Manu bisa bersikap manis padanya. Dan itu terbukti saat Manu tak membangunkannya, malah memintanya datang ke kantor membawa makan siang.

"Kemana Catrin?" Gumam Hazeline saat melihat meja sekertaris Manu kosong.

Hazeline menoleh kesana kemari mencari gadis muda itu. Ia tak berani langsung masuk jika bukan Catrin yang membukakan pintu untuknya.

Tetapi sepertinya Hazeline mendengar suara dari dalam ruangan Manu. Pintunya ternyata terbuka sedikit, Hazeline pun memberanikan diri membukanya perlahan. Ia penasaran sebab mendengar suara Catrin juga ada di dalam.

Namun alangkah terkejutnya Hazeline saat melihat Manu memangku Catrin di pahanya. Seketika makanan yang dipegang Hazeline sejak tadi terjatuh sampai membuat Catrin dan Manu terkesiap. Dengan cepat Catrin berdiri, wajahnya berubah pucat apalagi aksinya ketahuan oleh istri bosnya itu.

Hazeline sampai tak bisa berkata-kata. Lidahnya kelu, tangannya juga bergetar tak kuasa menyaksikan apa yang ada di depannya. Ternyata seperti inikah yang Manu lakukan padanya diluar rumah? Padahal, malam tadi rasanya sangat indah. Namun dengan cepat Hazeline menyadari sesuatu, yaitu Statusnya. Apa yang Manu lakukan, rupanya bukan semata-mata karena kasih sayang. Tetapi ia melakukan itu demi kebutuhannya sebagai pria. Dan itu membuat Hazeline tahu, statusnya dengan Manu bukan suami istri pada umumnya. Manu hanya menjadikannya pelampiasan hasratnya saat dirumah. Hanya itu.

TBC...

(Visual Immanuel Benzi)

(Visual Hazeline)

(Visual Nathan)

** Visual ini adalah pandangan Aku sendiri ya Pen. Silakan kalau punya Visual lain yang dirasa cocok🤗🤗**

Terpopuler

Comments

Siti Umi

Siti Umi

koq gitu sih manu?

2023-04-19

1

Dewi Indah

Dewi Indah

habis diangkat setinggi tingginya, lalu di jatuhkan ke jurang yang terdalam, brengseknya kau manu😡, semoga dpt balasan yg setimpal

2023-04-19

0

MamaKenzo

MamaKenzo

sedih ya klo hny kita yg mencintai tp tak ada balasan dari orgny mlh kita melihat penghiyanatan d depan mata apa itu yg namanya bagai hati d sayat sembilu😭😭😭?

2023-04-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!