Love Island

Love Island

Bab 1. Tragedi.

Tak pernah sedikit pun terbayangkan di benak Lilyana, kehidupannya yang berharga dan bahagia bersama kedua orang tua tercinta kini harus berakhir secara tragis. Gadis berusia dua puluh tahun itu harus menyaksikan bagaimana malaikat kemaatian berwujud seorang pria berpakaian serba hitam, masuk ke dalam rumah mereka pada pukul setengah dua dini hari.

Suara teriakan Maria, sang ibu lah yang pertama kali tertangkap indera pendengaran Lilyana. Gadis itu bergegas lari menuju sumber suara, dan mendapati sang ibu sudah terkapar di lantai kamar dengan posisi kepala terkulai di bawah kaki seorang pria bertubuh tinggi menjulang. Sementara Joseph, ayahnya, terlihat tidak bergerak tak jauh dari tempat sang istri, dengan genangan daarrah tercecer di sekitar tubuhnya.

Lilyana syok, tubuhnya gemetar luar biasa. Air mata bahkan sudah mulai membanjiri pipi gadis itu seketika. Berusaha menguatkan hati, ia mencoba bergerak menghampiri Maria. Namun, beliau yang melihat sosok putri semata wayangnya datang, refleks menggelengkan kepala.

"Jangan!" seru Maria tanpa suara. Lelehan air mata turut mengalir membasahi pipinya.

Lilyana berhenti melangkah. Sedetik kemudian mata gadis itu menatap horor sebuah pisstool kaliber 45 yang tergenggam di tangan kanan si pria penginjak kepala ibunya, wanita terhormat yang begitu ia cintai setulus hati. Amarah sontak menguasai hati gadis muda itu. Tanpa memerdulikan keselamatannya sendiri, ia berlari menerobos masuk ke dalam kamar kedua orang tuanya.

"Baajjiingaan!" Teriakan Lilyana menggema memenuhi hampir seisi rumah. Ia memukul punggung sang pria dan meminta agar kakinya terangkat dari kepala sang ibu. Namun, pria itu sama sekali tidak bergerak. Ia bahkan tidak terlihat kaget karena mendapat serangan mendadak dari penghuni rumah lain.

"Oh, masih ada satu rupanya." Suara si pria misterius tersebut lantas terdengar di telinga Lilyana. Suara yang mampu menggetarkan sekaligus memadamkan api kemarahan gadis itu.

Tubuh Lilyana semakin gemetaran saat pria itu mulai menatapnya dengan pandangan bengis. Walau wajah si pria tertutup topeng hitam, Lilyana tetap bisa merasakan aura kelam dan kebencian yang menguar darinya.

Sedetik kemudian Lilyana tumbang, sebab si pria menghaantam kepalanya dengan gagang piistool.

"Jangan lakukan apa pun pada putriku, please!" pinta Maria dengan suara tercekat nan putus asa. Tangannya yang lemah berusaha menahan kaki si pria agar tetap berada di atas kepalanya, mencegah agar tidak menghampiri Lilyana yang kini terjatuh tepat di sebelah sang suami.

Air mata Lilyana semakin mengalir deras ketika mendapati sosok sang ayah telah tiada dengan luka teembaak di keningnya. "Ayah!" jerit Lilyana. Tangan gadis itu hendak menggapai wajah beliau, tetapi suara Maria tiba-tiba terdengar lantang.

"Lily, pergi dari sini!"

Lilyana refleks mengalihkan pandangannya pada sang ibu yang rupanya sedang berusaha menahan kaki pria asing itu.

"Bu!" teriak Lilyana. Ia hendak bangkit agar bisa membantu sang ibu. Namun, Maria malah semakin keras memintanya untuk pergi.

"Pergi, Nak!" Sebaris senyum tulus terpatri di wajah cantik ibunya, sebelum kemudian ... satu peluuru melesat menembus kepala beliau.

"IBUUUUU!"

...**********...

Lilyana tak juga menghentikan langkah kakinya sejak berhasil melarikan diri dari rumah. Ia terus membelah jalanan yang mulai digenangi air hujan yang turun deras. Gadis itu tak peduli pada tubuhnya yang sudah kedinginan dan basah kuyup, sebab keinginannya saat ini adalah lolos dari kejaran pria-pria lain.

Ia tidak menyangka setelah berhasil melarikan diri dengan melompati balkon kamar orang tuanya, terdapat sekumpulan pria berpakaian serupa tengah berjaga di halaman rumah. Mereka bergegas mengejar Lilyana atas perintah pria misterius yang berada di kamar orang tuanya tersebut.

Beruntung dewi fortuna masih melindungi gadis itu. Dalam keadaan hujan deras, ia berhasil meloloskan diri dari kejaran mereka.

Sambil berlari, pikiran Lilyana terus tertuju pada nasib kedua orang tuanya. Maria dan Joseph yang telah teewwas tepat di hadapan gadis itu. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa ada orang asing yang tiba-tiba datang dan membunvvh keluarganya? Padahal setahu Lilyana, mereka tidak memiliki musuh.

Sepasang suami istri itu bahkan dikenal sangat baik dan peduli. Mereka bahkan tak segan membantu siapa pun yang sedang membutuhkan, baik itu keluarga mau pun teman. Perusahaan yang dibangun Joseph sejak masih belum menikah juga berjalan dengan baik dan lancar. Tak ada kejanggalan. Semua tampak normal-normal saja.

Mungkinkah keadaan normal itu yang membawa nyawa kedua orang tuanya melayang sia-sia?

Lilyana menangis keras. Jeritannya teredam sempurna oleh suara hujan dan petir yang mulai menggelegar. Kaki gadis itu tanpa lelah terus berlari, hingga memasuki area perkebunan dan akhirnya berhenti bersandar pada salah satu pohon buah.

Napas Lilyana naik turun. Ia sama sekali tidak tahu sejauh mana dirinya berlari. Matanya yang berkabut karena terhalang guyuran hujan, tiba-tiba menangkap sosok Joseph dan Maria yang berdiri dan tersenyum kepadanya.

"Yah, Bu ...!" panggil Lilyana keras. Tangannya terulur seolah hendak menggapai mereka.

Joseph dan Maria tetap berdiri di sana selama beberapa saat, sebelum kemudian pergi menghilang.

"Ayah, Ibu, jangan tinggalkan aku!" jerit Lilyana. Namun, hal tersebut tampak sia-sia karena saat ini hanya ada pohon-pohon besar yang berdiri mengelilinginya.

Fisiknya yang sudah mencapai ambang batas membuat Lilyana tak sadarkan diri seketika.

...**********...

"Sarapanmu selalu yang terbaik," ucap Leo, pria berusia enam puluh tahun yang kini tengah menikmati masa pensiunnya dari militer, bersama sang istri tercinta.

"Terima kasih, Sayang," ucap Anna, sang istri yang masih terlihat cantik dan bugar di usianya yang hampir memasuki kepala enam.

Leo mengecup kening Anna dan bergegas pamit pergi untuk memeriksa keadaan ladang kebunnya pasca diguyur hujan lebat semalam. Pria pemilik kebun buah di desa kecil tersebut, kini lebih banyak menyibukkan diri dengan mengurus lahan seluas satu hektar itu. Lahan yang tidak terlalu luas baginya, membuat Leo tidak memiliki karyawan tetap. Kendati demikian, setiap panen ia akan dibantu sejumlah tetangga dengan bayaran yang cukup.

"Pergilah, aku akan menyusul," ujar Anna.

Leo bergegas pergi sembari mendorong gerobak merah miliknya. Siapa tahu ada buah-buahan yang rusak dan tercecer di tanah.

Tanpa menaruh curiga, pria itu menyusuri perkebunan sedikit demi sedikit hingga pada akhirnya mata tua Leo menangkap sesosok tubuh terbujur di bawah salah satu pohon apel miliknya.

Leo terkesiap. Kakinya berlari kecil menghampiri tubuh itu sembari menajamkan seluruh panca inderanya demi melindungi diri kalau-kalau terjadi sesuatu, sebab bisa saja itu adalah sebuah jebakan. Namun, seluruh kecurigaannya hilang begitu menyadari bahwa tubuh itu adalah milik seorang gadis muda yang masih hidup.

"Nona, bangun Nona ...!" panggil Leo seraya menepuk-nepuk pipi gadis asing tersebut. Matanya tak lepas menelisik keadaan si gadis yang tampak kacau dan pucat. Bahkan ia bisa melihat beberapa luka di kaki gadis itu.

Leo bergegas mengambil walkie talkie dari saku celananya untuk memanggil sang istri. Tak lupa ia meminta Anna untuk membawa selimut dan kotak P3K yang selalu tersedia di rumah.

Terpopuler

Comments

ZidniNeve IG : @irmayanti_816

ZidniNeve IG : @irmayanti_816

keren ceritanya

2023-04-15

0

Maria_azis

Maria_azis

aku suka ceritanya Mak, bagus 🤗🤗😍😉

2023-04-06

1

Maria_azis

Maria_azis

kenapa selalu Maria sih, yang menderita 😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭

2023-04-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!