Bab 2. Kebaikan untuk Lilyana.

Setelah menunggu hampir seharian, akhirnya mata Lilyana terbuka. Hal pertama yang dilihat gadis itu ketika matanya terbuka adalah plafon kayu yang dicat warna-warni dengan lampu gantung unik berbentuk uliran-uliran. Tak hanya itu saja, ia juga mendapati beberapa perabotan khas rumah dan sebuah lemari kayu tepat di hadapannya.

Lilyana terkejut bukan kepalang. Alih-alih tanah basah dan kotor, ia justru mendapati tubuhnya sudah kering dengan pakaian baru yang hangat. Ia juga terbaring di ranjang empuk dengan dipan kayu tua.

Jantung Lilyana bergemuruh. Hal-hal buruk tiba-tiba saja berseliweran memenuhi isi kepalanya. Mungkinkah gadis itu sudah tertangkap? Mungkinkah saat ini ia disekap?

"Aku harus kabur dari sini!" Tanpa memedulikan kondisinya yang masih lemah, Lilyana memutuskan untuk pergi dari sana sesegera mungkin. Namun, gadis itu langsung terjerembab ke lantai ketika bangkit dari ranjang, disusul rasa sakit di kepala dan kakinya yang tiba-tiba muncul.

"Oh Tuhan!" Pekik seorang wanita tua yang baru saja datang ke dalam kamar tersebut. Wanita tua itu membantu Lilyana kembali ke ranjangnya.

"Jangan bangun dulu, tubuhmu lemah sekali. Kau dehidrasi dan kakimu luka," ucap si wanita ramah.

Lilyana yang ketakutan berusaha menghindari wanita itu.

"Tidak perlu takut. Suami saya menemukanmu di kebun kami tadi pagi," ujarnya kemudian. "Nama saya Anna. Siapa namamu, Nak?" tanya Maria lembut.

Lilyana masih terdiam dengan wajah terbelalak dan bingung, hingga beberapa saat kemudian, seorang pria tua yang masih terlihat gagah masuk ke dalam kamar seraya membawa nampan berisi makanan dan minuman. "Nama saya Leo, kamu tidak perlu takut anak muda."

Begitu nampan diletakkan Leo di atas ranjang, perhatian Lilyana segera teralihkan. Wangi pandan dari roti dan jahe dari teh buatan Leo sontak membuat perut Lilyana bergemuruh. Anna duduk di sebelah gadis itu dan meletakkan setangkup besar roti isi tersebut ke tangannya. "Makan dan beristirahatlah kembali."

Lilyana bergeming. Mata gadis itu memandangi roti yang kini ada di tangan kanannya. "T te terima kasih." Akhirnya sepenggal kata dengan nada terbata keluar dari mulut gadis cantik tersebut.

Leo dan Anna tersenyum penuh kelegaan. Mereka berdua pun membiarkan Lilyana di kamar tersebut seorang diri.

...**********...

"Tidak ada satu pun jejak tentang gadis itu, Tuan. Hujan deras membuat kami kesulitan." Seorang pria bertubuh tinggi tegap bersimpuh di hadapan tuannya yang sedang duduk di sofa sembari menyilangkan kaki. Ia tampak asik menghisap cerutunya dalam-dalam sebelum kemudian mengembuskan napas ke wajah pria tersebut. Tak hanya itu saja, ia juga mematikan cerutu tersebut dengan menekan baranya ke punggung tangan si pria.

Jeritan sang pria menggema seketika hingga terdengar sampai ke luar ruangan. Beberapa pria lain yang ikut menunggu di sana hanya bisa terdiam ketakutan.

"Kau sama sekali tidak berguna!" seru pria itu dingin.

"S sa saya akan mencarinya kembali Tuan. Saya berjanji!"

Si pria tertawa kecil. "Jangan pernah mengucapkan janji padaku, jika tak ingin bernasib sama seperti orang-orang semalam!" Setelah berkata demikian, ia bangkit dari kursinya dan pergi meninggalkan ruangan.

Si pria buru-buru berdiri guna membungkuk hormat pada tuannya tersebut. Namun, sebuah suara tembakan terdengar beberapa saat kemudian.

"Singkirkan dia!" Hanya itu sepatah kata yang terucap dari mulut sang tuan, ketika keluar dari ruangannya. Tanpa menoleh sedikit pun, ia pergi meninggalkan tempat tersebut.

...**********...

"Sayang, bukan begitu caranya!" Anna lagi-lagi dibuat jengkel dengan tingkah Leo yang sedang berusaha membantu sang istri membuat kue.

"Bukankah sudah benar yang aku lakukan? Lihat, adonan tepung ini tetap tercampur dengan baik, bukan?" kata Leo sambil menunjukkan hasil karyanya.

Anna sontak menggelengkan kepala kuat-kuat. "Adonanmu memang tercampur sempurna, tapi ini keras!" serunya jengkel.

"Yang benar?" Leo terbelalak sempurna.

Sambil tertawa, Anna pun mendorong suaminya untuk diam dan menunggu di ruang televisi saja. Disaat itu lah Lilyana muncul dan berdiri di ambang pintu kamar.

Melihat sosok Lilyana yang sedang mengintip malu-malu, Anna pun refleks melambaikan tangannya. "Nak, kemarilah!"

Leo ikut memanggil gadis itu.

Lilyana perlahan keluar dari kamarnya dan berjalan menuju mereka. Matanya tak lepas memandangi sekeliling rumah yang sembilan puluh persen terbuat dari kayu tersebut.

Anna memegang kedua pundak Lilyana dan mengantarnya ke ruang televisi bersama Leo. "Tunggu di sini ya? Akan aku buatkan kue yang enak sebagai kudapan sebelum makan malam," ujarnya.

Lilyana tak bisa menjawab apa pun selain anggukan kepala. Bersama Leo, mereka menonton acara televisi di sana.

"Breaking News! Sepasang suami istri ditemukan tewaas mengenaskan di dalam rumah. Terdapat luka tembak fatal di kepala keduanya. Polisi masih menelurusi tempat kejadian perkara. Berita terbaru mengatakan putri tunggal mereka belum ditemukan!"

Di layar televisi terpampang jelas rumah Lilyana yang kini dipenuhi polisi dan para pemburu berita. Lilyana bergetar ketakutan. Matanya terbelalak lebar begitu mendengar berita tersebut.

Mengetahui reaksi Lilyana yang aneh, Leo mencoba menenangkannya. "Hei, Nak, ada apa? Apa yang membuatmu ketakutan?" tanya Leo.

Lilyana tidak menjawab. Ia kini meringkuk di atas sofa seraya berteriak meminta Leo untuk mematikan televisi.

"Ada apa ini?" Anna seketika datang tergopoh-gopoh begitu mendengar teriakan Lilyana.

Leo mengangkat bahunya. Namun, ia yang masih memiliki ketajaman dan kepekaan tentu saja menyadari sesuatu yang terjadi pada Lilyana. "Kau adalah anak dari sepasang suami istri itu, kan?"

Mendengar pertanyaan Leo, tangis Lilyana pecah. Anna bergegas memeluk tubuh gadis muda itu dan menenangkannya. Ia ikut menyaksikan layar televisi yang masih meliput berita soal kematian kedua orang tua Lilyana.

"Ya Tuhan!" gumam Anna. "Tenanglah Sayang, kau aman bersama kami."

...**********...

Butuh waktu lama bagi Lilyana untuk menenangkan diri dan menceritakan semua yang terjadi semalam, kepada sepasang suami istri itu. Tak lupa ia juga memperkenalkan namanya pada mereka berdua.

Anna hanya bisa tercengang dan perihatin mendapati cerita Lilyana yang berusaha kabur dari kejaran pria asing tersebut. Pasalnya jarak rumah Lilyana ke sini sangat jauh.

"Kau pasti sangat menderita, Nak," ucap Anna lirih sembari mengelus lembut lengannya.

"Maafkan aku karena sudah merepotkan. Besok pagi aku akan pergi dari sini," ujar Lilyana.

"Tidak Lilyana, itu berbahaya! Aku tahu benar orang-orang seperti mereka! Mereka tidak akan begitu saja menyerah sampai benar-benar menemukanmu." Leo mengambil suara.

"Benar apa yang dikatakan suamiku. Tinggallah di sini, maka kau akan aman bersama kami." Anna ikut meyakinkan Lilyana.

"Aku tak ingin kalian berdua terseret denganku nanti," ujar gadis itu.

Leo menggelengkan kepala. "Kau tenang saja. Tak ada yang berhasil menerobos rumah kayuku. Meski aku sudah pensiun, aku masih tetap bisa meminta bantuan bawahanku."

Lilyana terdiam sejenak, lalu menganggukkan kepalanya. "T terima kasih!" Tangis kembali pecah dari bibirnya.

Terpopuler

Comments

ZidniNeve IG : @irmayanti_816

ZidniNeve IG : @irmayanti_816

suka sama ceritanya

2023-04-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!