"Lily, kau ada di dalam?" Suara ketukan pintu disertai panggilan terdengar dari luar kamar yang ditempati Lilyana.
"Ya, masuk Aunty!" jawab Lilyana lantang. Gadis itu rupanya tengah menangis sendirian di sana. Maklum saja, biar bagaimana pun kejadian malam itu tidak akan pernah terlupakan.
Sambil menghapus jejak air matanya, Lilyana bangkit dari ranjang untuk membuka pintu.
Pintu terbuka. Sosok Anna berdiri seraya memamerkan senyumnya. Penampilannya lebih rapi, seolah tengah bersiap untuk pergi. "Lily bersiaplah, kita akan pergi mengunjungi kerabat jauh Leo," titah Anna.
"Aku di rumah saja, Aunty," tolak Lilyana halus.
"Kenapa? Berbahaya sendirian di rumah, Nak. Sebab kami baru akan pulang esok pagi." Anna menatap Lilyana dengan pandangan khawatir.
"Tidak apa-apa Aunty, aku pasti akan baik-baik saja di rumah. Lagi pula aku akan langaung tidur."
"Kau yakin, Nak?" Leo muncul sesaat kemudian. Pria itu sudah rapi dengan beberapa barang bawaannya berupa botol-botol wine, buah, dan sayur-sayuran hasil panen tetangganya.
"Iya Uncle, kalian bersenang-senang lah, tidak perlu mengkhawatirkanku." Sebaris senyum terpatri di wajah cantik Lilyana.
Leo dan Anna saling melemparkan pandangan sejenak, sebelum akhirnya mengalah. Leo pun merogoh kantong celananya dan memberikan sebuah ponsel satelit pada Lilyana.
"Pegang ini untuk jaga-jaga, Lilyana. Kalau ada apa-apa tekan saja angka satu, maka bantuan akan segera datang." Leo kemudian meyakinkan sekali lagi, agar Lilyana mau ikut bersama mereka. Namun, Lilyana menolak.
"Aku akan baik-baik saja," ucap Lilyana.
Leo dan Anna mengangguk. Mereka berdua pun memeluk Lilyana secara bergantian. "Kami akan menghubungimu."
Lilyana mengangguk. Tak lupa ia juga berterima kasih pada mereka karena telah sudi menampung dan menyayanginya selama ini.
Leo dan Anna pun pergi. Setelah memastikan pintu dan jendela terkunci dengan baik, Lilyana memutuskan untuk beristirahat di dalam kamar.
...**********...
Lilyana yang sedang tertidur pulas tiba-tiba dikejutkan dengan suara hantaman benda keras di luar rumah. Gadis berusia dua puluh tahun itu bergegas bangun dari ranjangnya dan memgambil tongkat baseball milik Leo yang memang sengaja ia ambil. Lilyana berjalan perlahan menuju jendela kamar untuk mengintip keluar.
Tepat di luar halaman ia mendapati seberkas cahaya kekuningan seperti cahaya mobil. Namun, sedetik kemudian cahaya tersebut padam.
Suara-suara aneh kembali terdengar. Kini persis di depan pintu masuk rumah Leo dan Anna.
Tak perlu cenayang untuk menebak, bahwa mungkin saja tempat persembunyiannya saat ini telah diketahui, dan pria yang bertemu dengannya tadi sore adalah salah satu pria yang sedang mengejarnya.
Lilyana panik. Ia tentu tak ingin kediaman Leo dan Anna kena imbasnya. Gadis itu kemudian melirik ponsel satelit yang diberikan Leo dan mengambilnya. Namun, saat ia hendak menekan angka satu, tiba-tiba Lilyana mengurungkan niatnya.
Ini mungkin waktu yang tepat untuk melarikan diri demi menjaga Leo dan Anna agar tetap hidup dengan selamat. Melawan bukanlah solusi yang tepat, sebab suatu saat nanti mereka akan kembali memburu sepasang suami istri itu.
Alhasil, dengan gerakan perlahan mungkin, Lilyana mengambil tas kecil milik Anna dan memasukkan beberapa helai pakaian yang memang dibelikan untuknya. Tak lupa ia juga berganti pakaian dan memakai sepatu secepat mungkin.
Setelah semua persiapan selesai, Lilyana bergegas pergi menuju dapur untuk membawa dua tangkup roti isi dan dan sebotol air mineral. Sebelum benar-benar pergi, Lilyana menyempatkan diri menulis pesan singkat di secarik kertas dan menyematkannya di sisi oven.
Gadis itu kemudian berlari menuju ruang stok makanan dan membuka pintu kayu yang terdapat di lantai ruangan tersebut. Leo pernah memberitahunya, kalau tempat itu adalah jalan bawah tanah yang pernah ia buat bersama teman-temannya. Jalan yang mereka buat memang tidak terlalu jauh, hanya sampai di ujung bukti belakang perkebunan. Namun, sepertinya cukup bagi Lilyana untuk melarikan diri saat ini.
Ditemani seberkas cahaya lampu senter, gadis itu mulai berjalan menyusuri tempat yang mirip dengan goa tersebut. Lilyana berusaha keras menyingkirkan ketakutannya. Sejak kematian Joseph dan Maria, ia bertekad untuk menempa diri agar kuat menghadapi segala kesulitan.
Tepat ketika Lilyana menutup pintu ruang bawah tanahnya, pintu rumah Leo pun didobrak paksa. Beberapa orang pria berpakaian hitam masuk ke dalam rumah dan mulai mengacak-acak seisinya. Mereka mencari Lilyana yang diyakini berada di tempat tersebut.
"Cari sampai dapat!" teriak salah seorang pria yang tampaknya memiliki wewenang sebagai pemimpin mereka.
Sayangnya Lilyana tidak dapat ditemukan. Mereka hanya menemukan secarik kertas yang ditinggalkan gadis itu.
"Brreengsekk!" teriak pria itu. Ia meremas kertas tersebut dan membuangnya begitu saja ke lantai. Sesaat kemudian suara langkah kaki disertai teriakan, terdengar dari luar.
"Hei, siapa kalian?" Ternyata belasan orang tetangga yang tinggal tak jauh dari rumah Leo turut mendengar kegaduhan. Setelah memastikan bahwa ada sekelompok orang yang hendak membobol rumah tersebut, mereka sontak datang beramai-ramai sambil membawa berbagai macam peralatan dan senjata rumahan.
Sebenarnya ini bukan kali pertama rumah Leo dibobol oleh penyusup. Maklum saja, pekerjaannya di masa lalu membuat pria itu cukup memiliki banyak musuh. Jadi tetangga sudah tidak kaget lagi, dan tetap mengira bahwa target utama sang pembobol adalah Leo.
Hal itu jugalah yang membuat Leo memutuskan membuat jalan bawah tanah dengan bantuan teman-temannya.
"Keluar kalian! Kalian sudah kami kepung!" Teriakan kembali terdengar.
"Siiaal!" umpat sang pemimpin. Mereka bisa saja menghabisi orang-orang desa itu, tetapi hal tersebut pasti akan memancing kehebohan dan juga kemarahan bos besar mereka.
"MUNDUR!" Tanpa menunggu lama, pria-pria misterius itu bergegas pergi meninggalkan tempat rumah Leo.
Lilyana nyaris saja ditemukan, sebab salah seorang pria yang mencarinya ternyata hendak memasuki ruang penyimpanan makanan. Beruntung kehadiran para tetangga menyelamatkannya secara tidak langsung.
Butuh waktu sekitar dua jam bagi Lilyana untuk sampai di ujung perkebunan, karena gadis itu sempat beristirahat sejenak di sana. Hawa yang panas dan cukup mencekam membuat Lilyana sempat kesulitan berjalan. Kini ia bisa bernapas lega karena telah berhasil keluar dari sana.
Lilyana mengedarkan pandangannya ke sekeliling bukit, lalu memutuskan untuk berjalan memasuki hutan yang berada di balik bukit tersebut. Setelah cukup jauh, baru lah ia beristirahat di sana, sebelum kemudian melanjutkan perjalanan saat fajar.
Lilyana mengambil sebotol air mineral di tas dan mulai menenggaknya. Akan tetapi, tangannya tanpa sengaja memegang sebuah amplop coklat yang tak pernah ia masukkan sebelumnya.
Lilyana mengerutkan keningnya, tatkala mendapati tulisan di luar amplop tersebut.
'Untukmu Lilyana. Jika kau menggunakan tas ini, itu artinya kau telah memutuskan untuk pergi. Oleh sebab itu, aku menyiapkan sejumlah uang yang cukup untuk bekalmu di luar sana.
Bertahanlah Lilyana. Larilah sejauh mungkin dan temukan kebahagiaanmu yang baru. Bila lelah dan ingin pulang, pintu rumah kami selalu terbuka untukmu.
Terima kasih karena kau telah memberi kami kesempatan untuk memiliki seorang putri cantik, yaitu dirimu.'
Air mata sontak mengalir membasahi pipi Lilyana. Gadis itu memeluk erat amplop berisi sejumlah uang dengan nominal yang sangat banyak, sembari mengucapkan kata terima kasih berulang-ulang kali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
ZidniNeve IG : @irmayanti_816
seru ceritanya. capek jadi lyana kabur mulu
2023-04-15
0
YS,Pertiwi
apik....bikin aku nangis loh thor👍👍💪💪💪💪
2023-04-04
0