Bab 5. Pulau Tak Bernama.

Suara hantaman benda keras lagi-lagi terdengar memekakkan telinga. Para pria berpakaian serba hitam yang berbaris rapi di depan pemimpin mereka, hanya bisa ketakutan mendapati nasib satu rekan mereka terkapar tak berdaya di lantai dengan darraah yang menggenang di sekitar tubuhnya.

Mereka semua serempak bersimpuh, memohon ampun pada sang bos agar tidak mengalami nasib serupa.

"Kami akan berusaha keras mencari gadis itu, Tuan Alexander!" ujar salah seorang pria dengan tegas, tetapi sambil menundukkan kepala.

Pria bermata biru itu mendecih sinis lalu menampar keras pria yang baru saja membuka suaranya tersebut. "Mendapatkan seorang gadis ingusan saja kalian tidak becus! Apa kalian semua mau aku asingkan seperti orang itu, hah!"

Mereka menggelengkan kepala.

Alex menghentakkan kakinya lalu membanting stick golf yang dia pegang ke lantai. "Keluar kalian semua, KELUAR!" teriaknya lantang.

Tanpa pikir panjang, barisan anak buah Alex pun membubarkan diri. Tak lupa mereka juga membopong salah satu rekan yang tampak sekarat di sana.

Alex mendudukkan dirinya di kursi. Lagi-lagi ia harus menerima kabar menyebalkan tentang gadis itu. Gadis dari keluarga Kenric yang sejak dulu dibencinya.

Alex tidak habis pikir, gadis itu mampu bersembunyi dengan baik selama ini. Terlebih, Lilyana ternyata tinggal di kediaman seorang pensiunan kolonel angkatan darat. Pantas saja mereka tidak bisa mendeteksi keberadaannya. Namun, gadis itu telah kabur tepat sebelum mereka datang. Alhasil Lilyana tak bisa lagi berlindung dan ia yakin akan lebih mudah menangkapnya.

...**********...

Anna hanya bisa meratapi kepergian Lilyana dengan duduk di atas ranjang tidur yang selama ini ditempati gadis itu. Ia tak peduli pada rumahnya yang kini dalam kondisi berantakan, sebab pikirannya hanya tertuju pada Lilyana.

Tepat pukul enam pagi mereka berdua tiba kembali ke rumah setelah mendapat laporan, bahwa terjadi pembobolan paksa oleh para penyusup misterius. Beruntung para tetangga tidak mengetahui jika Lilyana sebenarnya tinggal di rumah seorang diri, jadi Leo bisa dengan mudah membuat cerita kalau Lilyana tidak ikut kembali ke rumah bersama mereka demi keamanan.

Leo menatap sang istri dengan raut perihatin, lalu menghampirinya. "Lilyana meninggalkan ini untuk kita," kata pria itu seraya menyerahkan secarik kertas yang sudah kusut kepada sang istri.

Dengan tangan bergetar, Anna membuka catatan tersebut.

'Uncle, Aunty, terima kasih atas segala kebaikan yang kalian beri untukku selama ini. Sejujurnya aku merasa sangat senang di sini, tetapi aku tidak bisa terus-terusan menggantungkan hidup pada kalian. Jadi aku memutuskan untuk pergi. Ini saat yang tepat.

Maaf jika selama tinggal di sini, aku sudah merepotkan. Kuharap kita bisa bertemu lagi suatu saat nanti.

Aku kembalikan ponsel satelit ini.

Salam cinta, Lilyana!'

Tangis Anna pecah setelah membaca catatan singkat yang ditulis Lilyana. Leo sontak memeluk sang istri erat guna menenangkannya.

"Ia pasti akan baik-baik saja di luar sana, kan?" tanya Anna lirih.

Leo mengangguk mantap. "Pasti. Lilyana adalah gadis yang kuat, dan aku yakin akan kemampuannya melewati semua ini!"

Anna mengembuskan napas agar tangisnya berhenti. Dalam hati ia berdoa atas keselamatan gadis muda yang baru mereka kenal itu.

...**********...

Setelah tertidur selama hampir dua jam, Lilyana pergi menyusuri ke dalam hutan. Di sana ia bertemu dengan dua orang warga yang sedang mencari kayu bakar. Kedua warga tersebut dengan ramah menunjukkan jalan menuju kota kecil lain, ketika Lilyana menanyakannya.

Lilyana berterima kasih lalu melanjutkan perjalanan lagi sampai akhirnya menemukan sebuah jalan besar dengan lumbung gandum yang mengelilinginya. Berjalan sedikit ia menemukan halte yang sudah usang, tapi masih aktif beroperasi.

Sebuah bus tiba sepuluh menit kemudian. Lilyana membayar ongkos bus menggunakan uang tunai yang ia miliki. Gadis itu tak perlu khawatir akan penampilannya, karena ia menggunakan masker dan topi, serta jaket tebal untuk membungkus tubuh mungilnya.

Lilyana yang memang tidak memiliki tujuan, sengaja menaiki bus dari satu halte ke halte lainnya sampai tiba di sebuah pasar pinggir pantai yang ramai oleh pengunjung. Ia berniat untuk mengisi perutnya terlebih dahulu di tempat itu.

Dewi keberuntungan sepertinya sedang bersama Lilyana. sebab pedagang makanan yang ia singgahi ternyata sedang berbincang dengan seseorang mengenai jadwal penyebrangan menuju pulau kecil tak bernama, yang hanya membuka rute ke sana setiap satu bulan sekali.

"Maaf, kalau saya menginterupsi. Kira-kira jadwal penyebrangannya jam berapa ya, Pak, Bu?" tanya Lilyana tiba-tiba.

Kedua orang tersebut lantas menoleh ke arah Lilyana. "Mungkin setengah jam lagi. Memangnya kau hendak ke sana, Nak?" Si pria lah yang membuka suara duluan.

Lilyana menganggukkan kepala. Ia bertingkah seperti sudah mengetahui soal pulau tersebut.

"Pantas saja penampilanmu seperti seorang backpacker. Tampaknya kau senang berpetualang ya?" Kali ini si pedagang lah yang menyahuti.

Lilyana tersenyum kecil. Di sini ia tak perlu khawatir wajahnya terlihat. "Saya sekalian ingin mengunjungi kerabat di sana," jawabnya asal.

"Ah, begitu rupanya. Keluargamu pasti masih muda. Maklum saja kebanyakan penghuni pulau itu rata-rata di bawah 45 tahun."

Lilyana hanya mengangguk saja. Setelah selesai memghabiskan makanannya, ia pun pergi menuju tempat dimana kapal penyebrangan menuju pulau tak bernama itu tiba.

Tak butuh waktu lama kapal bernama Monster-land itu pun akhirnya tiba. Kapal tersebut ternyata merupakan kapal motor milik warga setempat. Penampilannya terlihat cukup tua dan mengkhawatirkan. Namun, Lilyana tak bisa mundur. Pulau terpencil itu adalah satu-satunya tempat persembunyian yang cocok untuknya.

"Pulau tak bernama, masuk sini!" teriak seorang pria yang berdiri di ujung kapal seraya melambaikan tangannya.

Belasan orang yang sebagian besar adalah pria mulai memasuki kapal. Lilyana ikut masuk ke dalam sana.

"Hei, aku baru melihatmu!" tunjuk pria itu ke arah Lilyana.

Lilyana meneguk ludahnya gugup. "Ya, saya perantau dari tempat jauh." Jawabnya.

Pria tersebut menyematkan rokoknya di mulut dan bertolak pinggang. Ia menelisik penampilan Lilyana dari atas ke bawah. "seratus lima puluh dollar untuk perantau!" katanya kemudian.

Diam-diam Lilyana mengembuskan napasnya. Ia kira pria itu mengenali penyamarannya.

"Oke!" Kendati biayanya sangat mahal, Lilyana tetap membayarnya tanpa protes.

Pria itu dengan senang hati menerima uang dari Lilyana, sebelum akhirnya mempersilakan gadis itu untuk masuk.

"Nikmati perjalanan ini. Butuh waktu tiga jam untuk sampai, jadi bersantailah," ucapnya ramah.

Lilyana hanya menganggukkan kepala lalu mulai berbaur dengan penumpang yang lain.

Terpopuler

Comments

ZidniNeve IG : @irmayanti_816

ZidniNeve IG : @irmayanti_816

mantap thor

2023-04-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!