Marwah Jingga
"Wa' lihat nih apa yang aku bawa buat kamu," ucap Risma dengan tangan menyerahkan selebaran brosur pada sahabatnya itu.
"Waaah, MasyaAlllah, ini yang udah lama aku tunggu-tunggu. Makasih banget ya Ris," jawab Marwah dengan senyum lebar diwajahnya. Matanya langsung melahap semua informasi yang ada di dalam brosur itu.
Risma ikut tersenyum. Ia sangat senang melihat antusiasme dari seorang Marwah Jingga, yang mempunyai bakat seni terpendam. Suaranya sangat merdu jika bernyanyi apalagi membaca Alquran. Dan isi brosur itu adalah pengumuman sebuah lomba nyanyi nasyid di alun-alun kota pada malam ke 12 Ramadhan.
"Ini luar biasa RIs, hadiahnya sangat fantastis. Insyaallah kalau menang, aku bisa lanjut ke Universitas. Ada beasiswanya RIS." Marwah tampak begitu takjub dengan iklan lomba yang ada dalam brosur itu.
"Kita daftar sekarang aja yuk," ucapnya lagi dengan semangat yang sangat tinggi di wajahnya.
"Ayuklah. Semoga kamu menang ya Wa' semangat!!" ujar Risma dengan tangan mengepal ke udara.
"Aamiin ya Allah." Marwah menjawab dengan dada berdebar. Sejak bencana covid 19 menyerang seluruh dunia termasuk Indonesia beberapa tahun ini semua urusan sangat dibatasi bahkan dilarang untuk dilakukan.
Dan sekarang saat kondisi sudah mulai pulih, ekonomi pun mulai bergerak sebuah momentum yang sudah lama ia nantikan kini terlaksana juga. Entah siapa penyumbang dana dari kegiatan ini hingga bisa terlaksana di sebuah kota kecil seperti tempatnya sekarang tinggal.
"Gak usah kamu pikirkan siapa yang mendanai ini Wa'. Usahakan saja kamu menang. Supaya kamu bisa lanjut belajar di Universitas."
"Ah iya ya. Yang jelasnya adalah dia orang baik. Dan semoga saja keluarganya dilimpahkan kebahagiaan oleh Allah, Aamiin."
"Doakan dirimu menang dulu baru doakan orang itu, hehehe," kekeh Risma dengan wajah lucunya. Ia pun mulai menstater motornya dan meminta sahabatnya itu naik. Lomba sisa beberapa hari lagi. Dan ia harus mendaftar sebelum tutup.
"Tempatnya di Sekretariat Masjid Agung 'kan?" tanya Risma untuk meyakinkan dirinya karena ia juga belum membaca brosur itu dengan baik.
"Iya."
Bruuum
Risma pun melajukan motornya sore itu ke arah masjid agung kota T. Sepanjang jalan mata mereka dimanjakan oleh menu takjil untuk buka puasa yang berjejer menggoda iman untuk segera membelinya.
"Ibu, sangat suka kue putu dan cantik manis, nanti pulangnya lewat sini lagi ya Ris? aku bawa uang nih untuk belikan ibu." Marwah merogoh sakunya memastikan uang infak dari orang tua santri yang ia ajar mengaji masih ada di dalam sakunya.
"Iya Wa' Aku juga ngiler banget lihat pastelnya." Risma menjawab dengan mata sesekali memperhatikan jejeran etalase takjil di pinggir jalan menuju tempat yang akan mereka kunjungi. Sekitar 10 menit kemudian mereka pun sampai dengan selamat.
"Alhamdulillah sampai," ucap Risma saat mereka berdua sudah sampai di pelataran Masjid itu. Marwah Jingga turun dari motor matic sahabatnya kemudian merapikan pakaiannya, terutama jilbab pasmina yang ia gunakan karena terkena angin.
"Udah siap? Bismilah. Ayo," ajak Risma dan mulai menuju kantor sekretariat. Mereka pun mendaftar pada nomor urut 10.
"Ternyata udah banyak pendaftar ya mas," ujar Marwah pada panitia yang sedang melayaninya di meja pendaftaran.
"Iya Mbak. Dan untungnya mbak datangnya cepat. Karena sebentar lagi pendaftaran ditutup."
"Hah? kok gitu? Di brosur ini kan masih terbuka untuk beberapa hari lagi."
"Maaf mbak. Itu adalah brosur lama. Dan kami sudah merevisinya. Untuk lombanya akan diadakan dua hari lagi. Karena donatur acara ini ada acara di Jakarta dan harus segera pergi. Akan tetapi beliau ingin sekali hadir disini menyaksikan acara ini."
"Oh gitu ya, artinya untuk persiapannya sisa dua hari ini dong ya Mas."
"Iya Mbak. Silahkan dipelajari teknisnya ya." Panitia itu pun segera memberikan selembar kertas untuk dipelajari oleh Marwah Jingga sebagai aturan dalam lomba itu.
"Makasih banyak ya Mas." Gadis itu pun meraih kertas itu dan segera pamit. Ia masih ada jadwal mengajar anak santri di Mushola sebelum waktu berbuka tiba. Ya, sejak ia tamat SMA, ia diminta oleh pengurus Mushola di dekat rumahnya untuk mengajar anak-anak mengaji.
"Ayo, kita pulang Ris, udah selesai daftarnya."
"Alhamdulillah, kamu baca bismillah kan tadi waktu mendaftar?" Risma menatapnya dengan tatapan tanya.
"Ya iyalah, semua kegiatan harus dimulai dengan menyebut nama Allah, semoga berkah mbak Risma sayang, ayo cepetan antar aku ke Mushola lagi." Marwah menjawab seraya mendudukkan dirinya di atas boncengan sahabatnya itu.
"Gak jadi beli takjil?"
"Ya jadi dong, Ibu akan senang sekali berbuka dengan kurma dan juga kue favoritnya." Tiba-tiba saja Marwah merasakan hatinya menghangat. Ia berharap ibunya panjang umur dan masih bisa menghabiskan Ramadhan ini bersama-sama sampai ramadhan berikutnya. Ibunya sekarang ini sering sakit-sakitan tapi masih sangat kuat untuk berpuasa.
Setelah membelikan takjil untuknya dan ibunya. Ia pun melanjutkan perjalanan mereka ke Mushola karena anak-anak santri pasti sudah menunggu. Untuk takjilnya akan ia bawa ke rumah bersamaan saat selesai mengajar.
"Makasih banyak ya Ris, udah ngojekin aku, hehehe." Marwah turun dari motor sahabatnya itu dengan senyum diwajahnya.
"Iya Mbak Marwah. Lain kali kalo ngojek harus bayar ya," canda Risma yang langsung dijawab dengan bibir mengerucut dari Marwah.
"Hahaha, canda kok. Nanti aja pas kamu menang lomba kamu harus traktir aku makan durian, gimana?" Risma tertawa dengan memberikan penawarannya.
"Aamiin, insyaallah. Udah ah, anak santri udah nungguin tuh. Makasih ya Ris."
"Okeh!"
Bruuum
Gadis itu pergi meninggalkan Marwah di depan halaman Mushola. Gadis itu masuk ke tempat itu setelah mengambil air wudhu.
Pengertian Idzhar Syafawi, Idzhar Syafawi yaitu bagian dari ilmu tajwid yang terjadi ketika huruf hijaiyah Mim Sukun ( مْ ) ketemu dengan seluruh huruf hijaiyah, selain huruf hijaiyah Mim dan huruf hijaiyah Ba. Idzhar berarti terang [jelas] atau tak berdengung Syafawi…
"Assalamualaikum mbak Marwah," ucap seorang perempuan tua setelah mengetuk pintu Mushola tempat anak-anak mengaji sore itu. Marwah langsung menghentikan penjelasannya di papan tulis.
"Waalaikumussalam warahmatullahi Bu Nini," jawab Marwah Jingga. Gadis berusia 18 tahun itu mengangkat tangan kanannya ke atas meminta izin pada santri untuk berhenti sejenak.
Sungguh ia ingin tahu keperluan Bu Nini tetangganya itu sampai datang ke Mushola.
"Masuk Bu, ada apa ya?" Marwah mempersilahkan perempuan tua itu untuk masuk dan duduk.
"Jangan kaget ya Mbak. Ibu sekarang sudah dibawa ke rumah sakit karena tiba-tiba saja pingsan. Dan maaf karena tidak menunggumu terlebih dahulu."
"Innalilahi. Ibu," ucap Marwah dengan perasaan yang sangat kaget. Tanpa terasa airmatanya tiba-tiba keluar dari pelupuk matanya.
🌻🌻🌻
*Bersambung.
Hai readers tersayang, jumpa lagi kita di sebuah kisah baru tentang kisah hidup di Marwah Jingga. Selamat menikmati. Eh, jangan lupa kasih bintang lima dong. Like dan komentarnya ditunggu ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
𝐊𝐈𝐌💋𝐇𝐖𝐀①④🆁&🆉👻ᴸᴷ
hadir dan nyimak dulu 😉😉😉
2023-04-17
0
➳ᴹᴿˢ᭄°𝓓𝓮𝓪
next semangat
2023-04-17
0
@Risa Virgo Always Beautiful
Jingga kamu punya bakat seni terpendam
2023-04-17
0