Pria yang tidak dikenal itu berhasil melepas permen karet yang tertempel di kursi itu tapi tidak di pakaian gadis itu. Akhirnya dengan kecepatan tangannya, ia memodifikasi ujung gaun Marwah Jingga yang menjuntai ke lantai dengan menempelkan nya lagi ke atas membentuk kembang yang sangat cantik.
"Gaun ini mungkin akan pensiun sebentar lagi, tapi yakinlah bahwa ini adalah desain pertamaku yang sangat memukau, hehehe," kekeh pria itu dengan wajah lucunya.
"A-apa?" gugup Marwah.
"Panggilan untuk yang terakhir kalinya, Marwah Jingga dengan nomor urut 2! Setelah ini maka peserta ini akan dinyatakan gugur!" Sekali lagi suara MC bergema memanggil namanya.
"Ayo cepat naik!" ujar pria itu seraya mendorong tubuh Marwah Jingga ke arah tangga.
"Semangat!" Pria itu meninju udara dengan tangan yang terkepal memberi semangat.
"Makasih," jawab gadis itu tersenyum kemudian melanjutkan langkahnya naik ke panggung.
Tak lama kemudian, musik pun berbunyi, suara bening Marwah Jingga langsung menyihir semua penonton dan dewan juri.
Ya man sollaita BI kullil anbiya
Ya man fi kolbika rohmatallinnaas
Ya man afaita kuluban bil Islam
Ya Habibi ya Syafi'i ya rasulallah
Bi ummi wa Abi fataitu kasayyidi
Shlatullah salam alaika ya nabi
Habibi ya Muhammad
Ataita bissaalami Wal Huda Muhammad
Habibi ya
Ya Muhammad
Ya rahmatan Lil alamina ya Muhammad
Hemm mmm mmmm
Untuk beberapa detik tak ada yang bernafas, Semua terlalu terpukau dengan penampilan gadis cantik dan sederhana yang ada di atas panggung.
Prok
Prok
Prok
Semua orang bertepuk tangan. Suara bening dan merdu berikut penampilan luar biasa oleh seorang Marwah Jingga membuat semua orang takjub. Gadis berusia 18 tahun yang ternyata mempunyai bakat terpendam.
"MasyaAllah!" Tiga orang dewan juri itu mengucapkan kalimah yang sama. Marwah Jingga membungkukkan badannya kemudian mengucapkan terimakasih.
"Mana tepuk tangannya untuk Marwah Jingga!" Suara MC kembali membuat alun-alun itu bergemuruh dengan tepuk tangan. Berikan aplaus yang sebanyak-banyaknya!"
Tepuk tangan dan teriakan nama Marwah Jingga semakin membuat alun-alun terasa bergetar.
"Selanjutnya, nomor urut 3 Putri Ayuningtyas!" Marwah Jingga sudah tidak mendengar lagi perkataan MC berikutnya. Dadanya terlalu penuh dengan rasa haru dan bahagia.
"MasyaAllah, Wa' kamu hebat sekali. Suaramu benar-benar memukau dan membuat semua orang ikut merasakan makna sholawatnya." Risma memeluk sahabatnya itu dengan suara bergetar menahan rasa haru dan bahagia yang membuncah.
Marwah ikut menitikkan airmatanya. Ia sendiri merasa seperti mendapatkan rahmat yang sangat melimpah. Rasanya baru kali ini ia tampil dengan sangat menjiwai syair yang ia nyanyikan.
"Kamu pasti menang Wa'!" Risma kembali berujar dengan perasaan bangga dari dalam hatinya.
"Semoga saja Is, saya berharap sekali ada yang bisa saya dapatkan dari kompetisi ini. Ibuku, butuh pengobatan secepatnya." Marwah tak kuat lagi. Ia pun menyusut air matanya mengingat keadaan ibunya saat ini.
"Jangan menangis Wa' kamu harus tersenyum menantikan kemenanganmu. Kamu akan terkenal sayang." Risma tersenyum lebar. Ia berusaha menghibur sahabatnya itu dengan kata-kata yang membahagiakan.
"Terima kasih Is. Tapi gaunmu- jangan marah ya, kalau aku punya uang, aku akan menggantikannya untukmu," ujar Marwah dengan wajah meringis. Ia menyentuh gaun yang ia pinjam itu dengan tangan gemetar. Risma pun memperhatikan sahabatnya itu dengan intens.
"Ada apa Wa' gaunnya kok tambah modis gini ya?" tanya gadis itu dengan wajah mengernyit. Otaknya mulai berpikir keras. Ia yakin sekali gaunnya tidak berbentuk ini sebelumnya. Ia pun memutar tubuh Marwah dan memperhatikan apa yang terjadi dibagian belakang gadis itu.
"Wah bentuknya bagus banget, desainer kamu siapa? Perasaan kita datang tidak seperti ini deh bentuknya." Risma meraba kain itu dengan tangannya dan tiba-tiba merasakan tangannya melengket dengan begitu banyak permen karet disana.
"Desainernya cowok tampan entah datang darimana."
"Jadi maksudnya ini sengaja pakai permen karet?" Mata bulat Risma semakin membulat tak percaya. Gaun ini adalah hadiah dari ibunya sebagai kado ulangtahun nya beberapa bulan yang lalu dan itu artinya,
"Oh Tidak!!!!" Gadis itu berteriak keras karena shock. Sedangkan Marwah Jingga hanya bisa menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Maafkan Aku ya Is, aku akan gantikan dengan yang lebih bagus kok kalau aku menang dan dapat hadiah yang banyak," ujar gadis itu dengan perasaan yang berubah tak nyaman. Risma jadi tidak enak hati. Ia pun memeluk tubuh sahabatnya itu dengan senyum diwajahnya.
"Jangan dipikirkan. Insyaallah, kamu menang. Dan kamu pasti jadi terkenal, bisa rekaman. Aku kan juga ikut senang. Punya sahabat artis, hehehe," kekeh gadis itu dengan wajah bersemangat.
"Aamiin. Gak harus jadi artis. Yang penting bisa untuk berobat Ibu lah Is. Lainnya aku serahkan pada yang kuasa." Marwah tersenyum. Ia pasrah dengan apapun yang Allah berikan padanya.
"Iya Wa'. Semoga saja. Allah tahu yang terbaik untuk mu." Risma ikut tersenyum.
"Cari duduk yuk, bentar lagi pengumumannya 'kan?"
"Iya, Is." Mereka berdua pun mencari tempat duduk yang agak jauh dari panggung.
"Nih, minum yang segar-segar. Kamu pasti gerah banget." ujar Risma seraya memberikan sebotol air mineral dingin.
"Makasih Is."
Dua gadis itu duduk di rumput sambil mendengarkan dari jauh penampilan dari peserta lainnya.
"Mereka semua ternyata bagus-bagus. Aku kok jadi ragu untuk menang ya Is." Marwah tiba-tiba merasa dirinya rendah diri.
"Hush jangan bilang kayak gitu dong. Harus semangat!!" Risma mengepalkan tangannya ke udara seperti yang dilakukan oleh pria yang membantunya tadi.
"Iya aku semangat banget, tapi sekarang malah semangat mau pipis, hahaha," ujar Marwah seraya berdiri dari duduknya. Ia pun pamit mau ke toilet yang ada di belakang panggung.
"Hati-hati!" teriak Risma pada sahabatnya itu.
"Iyaa mbak Is." Gadis itu pun berjalan hati-hati ke arah belakang panggung. Suasana gelap karena kurangnya penerangan di bagian belakang panggung membuatnya harus melangkah pelan.
"Aku gak mau tahu. Pokoknya aku yang harus menang! Gak rela aku kalau gadis miskin itu yang lebih terkenal daripada aku!"
"Putri! Kamu jangan berkata seperti itu. Kakakmu pasti akan marah!"
"Aku tidak peduli!"
Marwah Jingga menajamkan pendengarannya. Ia berusaha untuk menebak-nebak apa yang sedang dikatakan oleh Putri Ayuningtyas.
Ia masih terpaku disana selama beberapa menit sampai kupingnya mendengar bahwa Juara 1 pada kompetisi itu adalah bukan dirinya. Langit terasa runtuh dihadapkannya. Ia merasa kalau mimpinya sudah kandas di tengah jalan.
🌻🌻🌻
*Bersambung.
Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?
Nikmati alurnya dan happy reading 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Isss
jgn putus asa Marwah. in syaa Allah kamu pasti menang
2023-05-06
0
Uya Suriya
lagunya Marwah....viral di tik tok 😄😄😄
2023-04-12
1
☠ᵏᵋᶜᶟ Fiqrie Nafaz Cinta🦂
Sabar.. terkadang apa ynk qta kejar tak bisa qta gapai.. apa ynk qta inginkan tak bisa terwujud... itu soal waktu dan rejeki... jadi jngan putus asa... tetap semangat
2023-04-11
3