Star! Istri Kecil
Tak pernah terpikirkan oleh diriku, akan dihadapkan pada situasi ini. Dimana aku akan bersanding dengan perempuan lain untuk menjadi istriku.
"Abby jangan bercanda!!! Alif sudah punya pilihan Alif sendiri!!''
Abby diam seribu bahasa, sementara gadis itu ketakutan bersembunyi dibekalang Abby.
Tubuh yang kecil dengan rambut terurai jelas ia bukan tipe Alif. Ia mencintai perempuan solehah.
"Pokoknya satu minggu lagi kalian menikah!! Abby tak ingin bicara lagi!!" ucap Abby kemudian menuntun gadis itu berjalan bersamanya.
"Yaa Allah cobaan apa ini ... Apa yang harus kulakukan!!''
Rahmi gadis itu baru mengalami tragedi kini ia dihadapkan disituasi yang juga memilukan.
"Rahmi ... Jangan takut, Nak. Abby tau ini sulit ... Tapi Abby gak punya pilihan," ucap Abby sedih, ia menunduk dan mengusap kepala gadis itu.
''Abby ... Bisakah saya jadi istri yang baik?'' tanya Rahmi menunduk.
Abby tersenyum dan berkata, "Tentu, Nak."
....
"Yaa allah apa yang Abby pikirkan, Dia tiba-tiba menjodohkanku. Bagaimana aku akan mengatakannya pada aminah, ia akan kecewa. Satu minggu? Abby pasti gila!! Abby pikir pernikahan itu hal enteng!''
"Oke!! Intinya kamu dijodohin dan gak suka?"tanya Dika.
"Yah ... Pokoknya gitu deh," ucap Alif menjatuhkan dirinya disofa.
"Coba bujuk Abbymu, bahwa kamu sudah punya calon ... ''ucap Dika menawarkan solusi.
"Telat!! Nikahnya minggu depan!!''
"Huhk, kok gitu?" tanya Dika terkejut.
"Mana gw tau!!! Kepalaku saja rasanya mau pecah!!''
"Tenang dulu!!! Mending kita sholat dulu ... Bentar lagi adzan," ucap Dika menenangkan Alif yang bagaikan bom waktu sekarang.
...
"Assalamualaikum."
Alif memasuki rumah yang tampak sepi itu, mungkin Abby masih ada dimasjid. Saat kaki Alif melewati dapur, ia melihat gadis yang akan dijodohkan dengannya tengah berusaha mengambil sesuatu dari lemari atas, bahkan ia sudah menggunakan kursi namun tak juga sampai. Alif menghela napas, ia membantu gadis itu mengambil garam yang dari tadi berusaha ia ambil.
''Kamu mau ngapain?" tanya Alif.
"Saya mau masak, saya dengar kalau orang menikah harus bisa masak ... Jadi Ami mau belajar masak," ucap gadis itu dengan menunduk takut.
Alif mengusap rambutnya dengan gusar ia kembali bertanya, "kamu bisa masak?"
Dengan ragu Rahmi menggelengkan kepalanya pelan.
"Kamu mau masak apa?"
Rahmi tampak diam, ia tidak tau apa-apa. Jangankan memasak bahkan ia tidak tau jenis-jenis sayur.
Alif menghela napas, ia meletakkan garam itu dan menyuruh Rahmi untuk menunggu Abby pulang baru memasak.
"Masaknya nanti aja, tunggu Abby pulang. Nanti dia kasih ajar."
"Kamu gak bisa kasih ajar?" Tanya Rahmi pelan bahkan hampir nyaris tak terdengar.
Alif mengalihkan pandangannya kemudian ia mengatakan, "Aku sibuk."
...
Rahmi terus menunggu kedatangan Abby hingga Abby datang membawakan oleh-oleh cemilan untuknya.
''Rahmi, nungguin Abby, yah?"
Rahmi mengangguk, kemudian dengan gugup ia bertanya, ''Aby ... Ajarin Rahmi memasak ... Boleh, yah?"
Abby diam sejenak kemudian ia tersenyum dan mengusap kepala Rahmi. Ia mengajak Rahmi kedapur untuk belajar memasak.
Rahmi tampak bahagia, ia belajar dengan begitu antusias.
Dari kejauhan Alif memandang dengan perasaan bersalah. Namun ia langsung menepi perasaannya itu. Baginya menikahi gadis itu sama saja dengan neraka untuknya. Karna dihatinya telah bediri seorang perempuan solehah yang ia pilih sendiri.
...
Hari-hari terasa begitu cepat, Rahmi mulai belajar jadi istri yang baik. Ia juga mulai belajar memakai kerudung, gadis itu seolah tidak lelah melakukan berbagai pekerjaan.
''Rahmi!!''
Gadis itu segera meletakkan sapunya dan berlari keluar.
''Lama banget!!!'' ucap Alif dengan kesal. Rahmi menunduk dalam, ia takut dengannya. Ia berusaha sebisa mungkin jadi seorang istri yang baik karna takut Alif akan memarahinya.
''Maaf.''
Alif tidak peduli apapun yang dikatakatan Rahmi, ia berjalan kemobilnya. Bila bukan perintah abbynya, ia malas pergi dengan Rahmi.
Dengan cepat Rahmi ikut dibelakang Alif.
''Jangan duduk disebelahku!!! Duduk dibelakang sana!!'' ucap Alif memandang sinis.
Rahmi turun, dan duduk dibelakang. Hatinya sakit, tapi ia harus tetap tersenyum.
Mereka akan pergi kebutik untuk memilih baju yang akan dipakai saat mereka menikah nanti.
Kini Rahmi, gadis itu dihadapkan dengan para pengawai tokoh yang ramah, ramah dalam artian lain. Rahmi hanya tersenyum paksa, ia sadar dirinya tidak pantas bersanding dengan Alif yang seorang derajatnya lebih tinggi darinya.
''Sudah?!'' tanya Alif.
Rahmi mengangguk pelan, meski ia tidak suka dengan gaun pengantinnya ia harus tetap bersikap seolah ia suka, karna yang memilihnya adalah Alif.
Alif memandang Rahmi, satu kata yang keluar dari bibirnya, membuat hati Rahmi lagi-lagi tersakiti.
''Jelek.''
Rahmi membalasnya dengan senyuman palsunya. Alif yang melihat senyum itu, jadi kesal, moodnya hancur.
''Jalan!! Lambat banget!''
Dengan tergesa-gesa Rahmi berjalan ke mobil.
''Ahk!!''
Rahmi menatap kakinya yang teriris batu kecil, ia terjatuh tepat didepan mobil.
''Rahmi!!''
Rahmi langsung berdiri naik kemobil. Ia berusaha menahan air matanya, dan darah yang mengalir deras membuatnya kesulitan bergerak. Ia sekeras mungkin menyembunyikan darah yang mengotori pakaiannya. Ia bersyukur Alif tidak melihatnya jatuh. Apa yang akan dikatakan Alif jika melihatnya jatuh, ia pasti akan dimarahi habis-habisan.
Setelah sampai dirumah, Alif berbalik kebelakang, ia melihat Rahmi tengah tertidur dengan nyenyak. Dengan kesal Alif melemparkan barang ke kepala Rahmi.
''Bangun!! Turun!!''
Rahmi menggusap kepalanya yang terasa nyeri, karna benda yang dilemparkan Alif terbuat dari besi.
''TURUN!!''
Mendengar bentakkan Alif dengan ketakutan, ia turun dari mobil. Ia mengambil gaunnya dengan tergesa-gesa. Diteras, ia bertemu abby, namun dirinya lebih takut pada Alif. Rahmi melewati abby dengan begitu cepat ia berlari kekamarnya.
Brak.
Rahmi menutup pintu kamarnya. Hatinya sakit, ia memeluk lututnya erat.
''Momy, dady ... Ami kangen,'' ucap Rahmi pelan.
Kehangatan keluarga, kasih sayang, semuanya hilang, dunianya bagaikan nereka. Ingin rasanya ia kabur sejauh-jauhnya, sebaik apapun abby padanya, ia tetap tersiksa berada disini. Dirinya seolah tercekik setiap saat.
...
''Alif!!''
Alif berbalik menatap Abbynya.
''Bersikap baiklah pada Rahmi!!!''
Alif menyinggungkan senyumnya, ia berkata dengan sinis, '' memang apa yang Alif lakukan?''
Abby menggertakkan giginya, sebelum emosinya memuncak, abby memilih untuk pergi.
''Ingatlah ini, Alif. Rahmi, anak itu tidak salah apa-apa. Ini semua salah Abby,'' ucap Abby pelan.
Alif diam seribu bahasa. Dirinya terasa sesak semenjak kedatangan gadis itu, dunianya menjadi kacau. Ia bahkan lelah dengan berbagai pertanyaan yang orang-orang tanyakan kenapa ia mau menikahi Rahmi. Sementara orang-orang tahu ia menjalin hubungan dengan seorang perempuan solehah yang berbading terbalik dengan Rahmi.
...
''Rahmi?''
Rahmi tersadar, ia segera kekamar mandi mencuci wajahnya. Meski tidak terlihat begitu jelas, Rahmi tetap khawatir abby bertanya kenapa matanya bengkak.
Rahmi buru-buru menutupinya dengan bedak.
Dengan perlahan Rahmi membuka pintu, menampakkan Abby yang datang dengan berbagai makanan ditangannya.
''Untuk Ami?''
Abby mengangguk, kemudian abby berjongkok, abby sempat terkekeh.
''Rahmi masih belum terbiasa pakai jilbab?''
Abby memperbaiki Jilbab Rahmi yang berantakan. Rahmi menyengir, ia tidak tau yang bener seperti apa karna ini pertama kalinya memakai jilbab.
Rahmi menerima makanan itu dan berpamitan sama Abby.
Brak!
Rahmi menutup pintu, ia melihat apa yang ada didalamnya. Tanpa terasa Rahmi tersenyum, meski tidak seperti orang tuanya. Ditempat bagai nereka ini, ada hal yang dapat membuatnya bertahan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Liu Zhi
tp ya kasihan di Rahmi jg kl kelakuan Alif kasar
2023-04-19
0
Liu Zhi
jadi kasihan
2023-04-19
0
Liu Zhi
nah lho wkwk
2023-04-19
0