Alif terbangun dengan keadaan yang kacau, matanya hitam, menampakkan dia tidak bisa tidur semalaman.
Alif berjalan kearah dapur, perutnya terasa perih karna lapar. Saat sampai didapur, ia melihat pemandangan yang membuatnya kesal. Rahmi tertidur dengan begitu nyenyak, sementara ia yang tak bisa tidur, seseorang malah tertidur bagaikan putri tidur disebuah lantai yang berlapis kain tipis yang dinginnya menusuk tulang.
Saat membuka kulkas, ia tak menemukan apapun disana.
''Rahmi!!''
Gadis itu tampak tak terusik sama sekali, ia tidur dengan damai.
Byur!!!
Alif menyiramnya dengan air keran. Semalam airnya sudah berfungsi, itu juga memudahkan Rahmi mengambil air.
Rahmi segera bangun dengan tubuh gemetaran.
''KAU TIDAK MENGISI KULKAS?!!!''
Teriakan Alif menggema dirumah itu. Rahmi menunduk gemetaran, ia ketakutan.
Jika engkau melihat, tolonglah hamba yang lemah ini.
Rahmi memejamkan matanya berdoa kepada sang pencipta.
''TIDAK BERGUNA!!''
Deg!
Rahmi memegang dadanya yang terasa nyeri, seburuk itukah dia dimatanya.
'Ta-tapi R-rah-mi ti-tid-dak pu-nyya U-a-ang,'' dengan takut Rahmi berucap.
Sret.
Alif melemparkan uang kehadapan Rahmi, uang itu bertebaran kemana-mana.
''Dasar parasit!''
Dengan Wajah memerah menahan tangis, gadis itu tetap memunguti uang itu beserta kartu yang dilempar Alif.
Tanpa sengaja Rahmi menyentuh Alif. Alif yang kesal tertambah kesal. Tanpa rasa kasihan ia menendang tubuh Rahmi hingga membentur tembok.
Bam!
''Hiduplah dalam diam ... Agar aku tidak terus menyiksamu!!'' ucap Alif kemudian pergi meninggalkan Rahmi.
Tes.
Rahmi melihat darah yang mengalir dari kepalanya.
''Ibu ....''
Tes.
Rahmi memeluk lututnya gadis itu gemetaran ia menangis. Mati mungkin lebih baik dari pada hidup dalam nereka.
''Aku bukan siapa-siapa ... Aku menikah tanpa tau apapun ... Aku kehilangan tanpa waktu harus berduka ... Aku tidak tau siapa diriku ... Apakah tuhan benar ada? Kenapa aku harus mengalami ini semua?''
Tuhan yang maha pengasih ... Berilah aku keluarga yang akan menyayangiku apa adanya.
Perlahan Rahmi bangkit, ia berjalan keluar rumah untuk memenuhi keinginan laki-laki yang menyuruhnya.
...
Lama Rahmi berjalan tapi ia tak menemukan apapun.
Bila engkau melihat, tolong Rahmi.
Gadis itu berdoa dalan keadaan putus asa. Bila ia tidak memenuhi keinginan Alif, dia akan menderita lagi.
Rahmi melihat kearah langit. Langit pun seolah sedih menatapnya. Hujan pun turun dengan deras, membasahi gadis yang telah mengalami luka-luka.
Hujan ... bila hujan turun untuk menyembunyikan tangisnya. Maka biarlah ia menangis sesuka hatinya. Dijalan yang sepi karna guyuran hujan, hanya terdengar suara orang berkendara dan hujan yang jatuh menimpa bumi. Rahmi berdiri ditengah orang-orang yang sibuk mencari tempat berteduh.
Bila mati lebih baik ... biarlah tuhan segera mengambilnya. Dunia bagai neraka ia tak sanggup menahannya.
Siapapun tolong, tolong bawa aku pergi dari nereka yang mencekik leherku.
Tes.
Tes.
Tuhan... Apakah ini hukuman untuk anak yang jahat sepertiku? Anak yang tidak menghadiri kematian orang tuanya karna sakit?
Dimana kesalahanku? Kenapa aku harus mengalami semua ini? Dimana cahayaku? Dimana kebahagiaanku?
''Kau akan sakit ... ,Star.''
Rahmi menatap seseorang yang ikut terguyur hujan, stelan yang dikenakannya basah semua.
'Star ... ?'
''Panggil Aku Kelvin ... Kau juga boleh memanggilku Epin, hehe.'' Ia tertawa renyah padahal Rahmi tidak merespon apapun.
''R-rahmi ... ,''suaranya tercekat, terlalu banyak hal yang ingin dikatakan tapi semuanya terendam bagai hujan yang ikut terendam setelah turun mencapai bumi.
Kelvin berlutut dihadapan Rahmi, ia menatap mata yang kini menampakkan semakin banyak luka yang disimpan gadis itu.
''Apa yang kau cari? Apa yang kau inginkan? Apa yang kau butuhkan? Apa yang kau ingin tahu? Katakanlah ... ,'' ucap Kelvin tersenyum hangat.
Rahmi menelan salivanya, ia menatap laki-laki aneh didepannya. Tapi, bila ini jawaban dari doanya, izinkanlah ia untuk bergantung padanya.
''Saya harus kepasar untuk mengisi kulkas ...,'' ucap Rahmi sambil menunduk.
Ingin rasanya ia mengenggam tangannya, memohon padanya bahwa ia tersiksa disebuah rumah ... disebuah rumah yang dikatakan paling nyaman. Rumah sebuah keluarga yang di elu-elukan semua orang. Tapi tempat itu adalah neraka baginya.
''Baiklah, Aku akan mengantarmu,'' ucapnya berdiri sambil tersenyum menampakkan giginya yang putih.
Rahmi berjalan mengikutinya, guyuran hujan seolah bukan masalah untuk mereka. Mereka tiba disebuah market besar.
Mereka masuk dalam keadaan yang basah menarik perhatian semua orang. Kelvin terus berjalan tanpa mempedulikan mereka.
Syut.
Kelvin mengambil sebuah selimut, ia membukanya dan menyelimuti Rahmi.
''Kau tidak boleh sakit ... Dunia yang luas ini, akan selalu ada orang sedih bila kau sakit. Tapi kita tidak tau hal itu.''
Kelvin kembali melangkah, ia mengambil troli. Berjalan dengan hati-hati hingga sampai ditempat sayur,buah, daging dan bahan pangan lainnya.
''Rahmi ingin beli apa?''
Rahmi diam ia tak tahu ingin membeli apa.
''Hm ... Kalau begitu aku saja yang pilih ...,'' ucap Kelvin tersenyum sana-sini.
Satu dua ... Kini troli itu sudah menggunung. Rahmi menjatuhkan rahangnya saat melihat harganya.
Greb.
Kelvin menggusap kepala Rahmi dengan senyumnya, ia berkata ''jangan khawatir, Aku yang bayar kok.'' Rahmi tersenyum lega, ia dengan gugup mengucapkan terima kasih, ''Te-teri-ma k-kas-sih.''
Kelvin mengantar Rahmi sampai rumah. Dia tau dari mana? Dia melacak Rahmi dengan mudah, apalagi ia bersama Alif, jadi lebih mudah menemukannya.
Kelvin menurunkan barangnya kedalam sebuah kereta yang akan mudah ditarik oleh Rahmi.
''Terima kasih banyak ... Padahal Rahmi tidak bisa memberikan apa-apa,'' ucapnya pelan sambil menunduk dalam.
''Tidak perlu berterima kasih ... ceraikan Suamimu dan jadilah istriku ....''
Awalnya Kelvin ingin bilang begitu tapi dengan senyum menjijikannya ia membayangkan hidupnya bersama Rahmi.
''Anu ... ,'' ucap Rahmi pelan karna Kelvin tampak bersikap aneh.
''Hah? Oh tidak apa-apa!!'' ucapnya cepat.
'Mati ... Aku, apa yang kau pikirkan ... Kau bisa mati nanti, lebih baik tidak terlalu ikut campur urusan mereka.'
''Saya pamit dulu,'' ucap Kelvin kembali kemobilnya.
''Tuan ... Anda habis main kemana?'' tanya sopirnya.
''Kedanau ...,'' ucap Kelvin asal sambil tersenyum.
''Menurutmu berapa yang akan kudapat kalau aku beri tahu informasi ini?'' tanya Kelvin dengan mata yang berbinar melihat tumpukkan uang.
''Berapapun tuan minta, Mereka tidak akan bangkrut dalam semalam hanya dengan uang sekecil itu,'' ucap Sekertarisnya yang menjadi sopir untuk majikannya itu.
''Hah ... Kau benar, atau gratis saja? Akukan juga sudah lama tidak menemuinya,'' ucap Kelvin menatap kejendela sambil melihat kebelakang.
Rahmi dengan senyum cerahnya menarik kereta itu masuk kerumah. Rahmi berjinjit berusaha menyalakan lampu.
''Humphhh!!''
Ckelk.
Dengan wajah yang memerah akhirnya ia berhasil menyalakan lambu rumah itu. Rumah itu terlihat behitu megah, namun sunyi dan sepi karna hanya ia dan alif yang tinggal disana.
Rahmi datang kedapur, ia memakai celemek yang ada ditasnya dan siap untuk kembali bekerja.
Sayur dan buah, serta daging tersusun rapi disana. Rahmi tampak kelelahan menyusun berbagai barang yang ada.
Rahmi mengusap dahinya yang berkeringat. Ia menjatuhkan tubuhnya dekat dengan kopernya. Tempat kecil itu disudut ruangan hanya akan terlihat bila seseorang memasuki dapur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments