Terpaksa Jodoh

Terpaksa Jodoh

Bab 1 | Aku Tidak Hamil!

"Aku suami kamu, Dira!" Arsyil merapatkan tubuhnya pada tubuh Nadira yang tersudut di dinding. Mata pria itu menatap ke dalam mata sang istri dengan marah karena wanita itu meminta bercerai darinya setelah mengetahui dirinya tidak hamil. 

Jantung Nadira berdegup kencang, rasanya ingin melompat ke luar. Dia tidak tahu rasa apa yang menghampirinya sehingga dia begitu gugup berada sedekat itu dengan lelaki yang sudah satu bulan menikahinya. Lebih tepatnya pernikahan yang tak diinginkan. Karena mereka dijebak oleh orang yang tidak diketahui. 

Seingat Nadira, sebulan yang lalu dia diajak oleh Luna ke pesta ulang tahun sepupu Luna yang diketahui bernama Nindy. 

Di tengah-tengah pesta, dia ditinggal sebentar oleh Luna ke kamar kecil. Tak lama setelah, itu seorang pelayan datang dan memberikan segelas jus padanya. Setelah minum jus itu kepalanya terasa pusing dan tidak tahu apa-apa lagi. 

Alangkah terkejutnya ia ketika terbangun sudah berada di sebuah kamar hotel tanpa busana dengan seorang lelaki di sampingnya. Nadira sedikit lega setelah mengetahui orang yang tidur dengannya adalah Arsyil, lelaki yang baru dia kenal selama enam bulan. Meski, dalam hati ia merasa kecewa karena peristiwa itu.

Karena mengira mereka sudah melakukan hubungan terlarang, Arsyil pun bertanggung jawab dengan menikahi Nadira. Nadira setuju karena ia takut jika dirinya hamil karena kejadian malam itu. 

"I-iya. Aku tahu," jawab Nadira terbata, tidak berani menatap mata yang kini memperhatikannya. 

"Ta-tapi, aku gak hamil. Itu artinya kita gak melakukannya malam itu, kita hanya dijebak seolah-olah kita melakukan hubungan badan."

"Apapun itu, kita sudah menikah. Kita sudah sah menjadi suami istri. Aku suamimu dan kamu istriku!" tegas Arsyil. 

"Ta-tapi, kita ini cuma teman. Gak ada cinta diantara kita."

"Siapa bilang?" 

Nadira memberanikan diri menatap lelaki yang kini yang sudah menjadi suaminya. "Apa maksudmu?" 

"Aku cinta sama kamu Nadira Karima!" Semakin mendekatkan wajahnya. 

"Aku ingin memiliki anak dan menua denganmu," tambahnya. 

"Ta-tapi aku gak bisa. Kamu tau, kan? aku punya pacar, Erza. Lagi pula aku mau menikah denganmu karena berpikir akan hamil. Dan ternyata aku tidak hamil. Kita bisa berpisah dan kembali ke kehidupan masing-masing seperti semula."

"Lupakan pacarmu! Sekarang akulah suamimu, Arsyil Arshaka Narendra!" 

"Gak bisa. Aku mencintai Erza, selama satu bulan aku jadi istrimu aku terus memikirkannya."

"Dia bukan laki-laki yang baik Dir. Kamu tahu …. " 

"Kamu gak tahu apapun tentang Erza! Aku yang lebih mengenalnya, jangan asal bicara!" 

"Buka mata kamu Dir! Apa kamu gak berpikir jika kejadian di hotel malam itu ada hubungannya sama mereka?" 

"Gak mungkin! aku berteman dengan Luna sejak SMP. Aku berpacaran dengan Erza sudah empat tahun lebih. Aku tahu dan kenal betul mereka, gak mungkin mereka mengkhianatiku apalagi sampai melakukan hal rendahan seperti itu."

"Pasti ada orang lain yang gak suka sama aku, tapi siapa?" tambah Nadira. Seingatnya dia tidak memiliki musuh. 

Arsyil menggelengkan kepala. Rupanya sang istri belum tau wajah asli sabahat dan pacarnya itu. 

"Jadi … buang jauh-jauh cintamu buat aku, karena aku gak akan pernah bisa menerimanya, dan satu lagi lepaskan aku, biarkan aku pergi!" tegas Nadira penuh Emosi. 

"Enggak! Aku gak akan melepaskanmu apalagi kalau kamu berharap kembali pada lelaki brengsek itu! Aku akan menjaga dan melindungimu Dira."

"Tolonglah. Sudah cukup satu bulan ini kamu menjagaku."

"Aku akan menjaga kamu seumur hidupku, jadi jangan berharap aku akan melepaskanmu selama aku masih bernapas."

"Apa maumu?" Menatap mata Arsyil dengan frustasi. 

"Menua bersamamu." 

"Enggak!" 

Arsyil langsung saja melempar tubuh mungil Nadira ke atas kasur lalu menimpa tubuhnya. Wanita itu ketakutan melihat sang suami emosi. 

"A-apa yang akan kamu lakukan?" tanya Nadira panik, terlebih melihat sorot mata Arsyil yang mengerikan. Sorot mata yang belum pernah ia lihat sebelumnya. 

"Melakukan apa yang seharusnya aku lakukan," jawabnya, membuat jantung Nadira berpacu cepat karena tahu betul maksud sang suami. Nadira Sungguh tidak ingin disentuh oleh lelaki itu, apalagi sampai memiliki anak. Tidak! Itu bukanlah inginnya. 

"Gak! lepaskan aku! ku mohon …." Nadira memohon disertai deraian air mata. 

"Kenapa? aku suamimu. Aku berhak melakukan apapun terhadap dirimu. Seluruh tubuhmu adalah milikku!" 

"Enggak! Tolong lepaskan aku. Kamu bisa mencari wanita yang lebih baik dari aku," bujuk Nadira. 

"Yang ku inginkan hanya kamu, istriku."

Nadira menangis meraung saat Arsyil benar-benar mengambil haknya sebagai suami. Dia tidak bisa berkutik karena tenaganya kalah besar dari sang suami, akhirnya dirinya hanya bisa pasrah.

"Aku mencintaimu, istriku," bisik Arsyil di sela-sela percintaannya lalu bibirnya membungkam mulut Nadira. 

"Maafkan aku, Nadira. Ku harap kamu bisa menerimaku sepenuhnya sebagai suami setelah ini," batin Arsyil. 

...*****...

Nadira tergugu menangis sambil menutupi tubuh polosnya dengan selimut. Seluruh tubuhnya terasa remuk. Ia menyesal membiarkan lelaki itu menjamah tubuhnya, sungguh ia tidak rela. Namun, melawan dia tidak bisa. 

Arsyil duduk di tepi ranjang setelah membersihkan diri. Jauh di lubuk hatinya lelaki itu merasa bersalah karena sudah memaksa sang istri melakukan hubungan suami istri. Padahal selama sebulan menikah dia tidak pernah menyentuh istrinya sedikitpun, tentu saja atas permintaan Nadira. 

"Dir, Maaf." Tangannya terulur hendak meraih tubuh Nadira. 

"Jangan sentuh aku!" Merapatkan selimut. Arsyil menarik kembali tangannya. "Kamu benar, malam itu gak terjadi apa-apa. Kita hanya dibuat seolah-olah melakukan dosa."

"Apa kurangnya aku, Dir? Kenapa kamu gak bisa terima aku sebagai suami kamu?" tanyanya lembut seraya menatap Nadira yang menangis penuh sesal. 

"Gak ada yang kurang dari kamu. Hanya saja aku gak cinta sama kamu! dan setelah apa yang kamu lakukan terhadapku tadi, detik itu juga kamu adalah orang jahat dimataku!" 

Hati Arsyil berdenyit perih. Memejamkan mata menikmati sakit yang menghujam jantungnya. 

"Maafkan aku kalau …." 

"Gak usah banyak omong! keluar sekarang!" teriak Nadira. 

Arsyil mengalah dan akhirnya keluar dari kamar. "Ya Allah, kenapa mencintai harus sesakit ini?" Mengusap wajah kasar, lalu menuju ruang kerjanya. 

Setelah sang suami keluar dari kamar, Nadira beranjak turun dari tempat tidur hendak membersihkan diri. Wanita itu berjalan dengan sedikit tertatih menuju kamar mandi. 

Di meja kerjanya, Arsyil merenungi semua yang sudah terjadi. Salahkan jika dia mencintai istrinya sendiri. Mencintai wanita yang sejak lama dia kagumi. 

Yang selama ini menjadi teman biasa pun dia sudah bahagia. Namun, Tuhan punya rencana yang lebih indah. Ia di satukan dengan wanita yang dicintainya dalam diam itu, meskipun dengan cara yang terduga. 

Lelaki itu pikir, menikah dengan Nadira adalah buah dari kesabarannya selama ini. Namun, ternyata ia salah. Sang istri tidak mencintainya. 

Perlakuan baik dan sikap lembut yang penuh cinta selama sebulan ini ia tunjukkan tidak bisa meluluhkan hati sang istri, wanita itu tetap saja menganggapnya tidak lebih dari teman. Dan sekarang, mungkin wanita itu membencinya. 

"Ya. Aku memang temanmu, Dir. Teman hidup untuk selamanya," gumamnya.

Arsyil mengingat kejadian sebulan yang lalu. Malam itu  ia mengendarai mobil menuju rumah sepulang dari minimarket, di tengah perjalanan ban mobilnya kempes karena tertusuk paku. Entah siapa yang menebar paku di tengah jalan seperti itu. 

Dia turun hendak mengganti ban dengan ban cadangan. Saat mengambil ban cadangan tiba-tiba ia dipukul dari belakang. Lelaki itu tumbang dan tak sadarkan diri. 

Setelah bangun betapa terkejutnya dia sudah berada di sebuah kamar hotel bersama Nadira, di bawah selimut yang sama dalam keadaan polos. 

...*****...

Nadira sudah membersihkan diri. Ia menatap benci ke atas tempat tidur seakan melihat kembali apa yang dilakukan sang suami padanya. 

Wanita itu meremas baju, lalu melangkah menuju ke tempat tidur yang berantakan hendak membereskan sisa sisa percintaan mereka tadi.

Nadira memejamkan mata mengusir bayangan yang dibencinya yang terus menari-nari di pelupuk mata.  Saat menyingkap selimut wanita itu mendapati bercak darah yang menempel pada seprei. Seketika air matanya luruh, ia menyesal karena Arsyil sudah mengambil sesuatu yang paling berharga dalam dirinya. Sesuatu yang ia jaga selama dua puluh tiga tahun, yang akan ia berikan kepada orang yang dicintainya setelah mereka menikah nanti. 

"Brengsek! lelaki kurang ajar! Aku benci kamu Arsyil. Kamu sudah menghancurkan hidupku, aku benci kamu!" teriak Nadira, lalu suaranya melemah seiring tubuh yang meluruh di lantai. 

Entah berapa lama Nadira menangis, tanpa sadar ia tertidur di lantai hingga hampir memasuki jam makan siang. 

Arsyil masuk ke dalam kamar dan mendapati sang istri tergeletak di lantai. Dengan sigap lelaki itu mengangkat tubuh istrinya dan membaringkannya ke tempat tidur. Ia sempat melihat bercak darah yang menempel pada seprei. 

"Apa kamu benar-benar menyesal mahkotamu diambil suamimu ini?" lirih Arsyil sembari menyelimuti sang istri. Kemudian lelaki itu berbaring di samping wanita yang dicintainya lalu memeluknya. 

"Erza … kita akan sama-sama lagi, kan? Aku masih cinta sama kamu," racau Nadira. Namun, matanya terpejam. 

"Kamu akan terus bersamaku, Dira. Akulah yang benar-benar mencintaimu," batin Arsyil sembari mengeratkan pelukannya, menekan rasa sakit yang menjalar di hati.

Sebelum matanya ikut terpejam, Arsyil sempat melirik ke atas nakas. Dimana ada sebuah test pack dengan satu garis merah yang membuat Nadira ingin berpisah darinya. 

Bersambung …. 

Terpopuler

Comments

Isma Ismawati

Isma Ismawati

Hadir kakak, semangat terus🥰😘

2023-06-02

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!