Oma Hendiko menatap Lingga dari ujung kaki Lingga hingga ke pucuk kepala Lingga. Gadis cantik dengan make up tebal yang belum sempat di hapus karena memang tidak ada alatnya. Belum sempat jugaa cuci muka dan kini hanay terlilit handuk putih panjang milik Hendiko.
"Kamu Lingga? Istri Hendiko, cucuku? Lingga atau Anggie?" tanya Oma Hendiko dengan penasaran. Seingat Oma dulu, Hendiko pernah membawa perempuan ke Belanda tapi wajahnya berbeda, Lingga dengan wajah manis ala asia dan Anggie dnegan wajah cantik ala blasteran. Cara berdandannya pun berbeda dan cara bersikapnya jelas beda.
Hendiko yang terkejut mendengar suara lantang Omanya langsung terbangun dan berdiri mengampiri Lingga yang terlihat setengah telanjang.
"Oma? Baru datang?" tanay Hendiko gugup. Hendiko lalu melirik ke arah Lingga yang ada di sebelahnya.
"Ini Lingga? Bukannya calon istri kamu itu Anggie? Perasaan wajahnya dulu gak secantik Lingga, ini baru perempuan sejati, bukan barbie jadi -jadian kayak Anggie. Nemu dimana yang begini?" tanya Oma sambil berbisik.
"Ekhemmm ... Oma bicara apa. Ini pacar Diko, dan kita sekarang suami istri. Iya kan, Sayang?" tanya Diko sambil meliri ke arah Lingga.
"Iya sayang. Kita sudah lama pacaran Oma, terus sempet los kontak gitu dan beberapa bulan lalu ketemu, dan kita menikah. Gitu kan Mas Diko?" ucap Lingga tersenyum manis pada Hendiko yang juga menatapnya karena kaget. Panggilan Mas dari bibir Lingga membuat seluruh pertahanan hati hendiko luluh lantah seketika. Ditambah senyum manis Lingga yang kini terlihat seksi dengan balutan handuk putih tersebut.
"Ohhh gitu. Semoga tidak ada drama dan tidak ada kebohongan ya. Lingga, kamu bisa masak?" tanya Oma secara langsung sambil menatap Lingga.
"Bi -bisa Oma. Oma mau makan apa? Biar Lingga masakin buat Oma," ucap Lingga pelan.
"Oma mau makan lapis daging sapi. Kamu bisa? Oma sudah beli bahannya, tolong masakkan untuk Oma ya?" ucap Oma dengan nada memohon.
"Iya Omas. Siap. Pasti Lingga buatkan lapis daging yang super empuk untuk Oma," ucap Lingga antusias dan epnuh semangat.
"Tuh, Lingga ini beda sama Anggie. Anggie itu idak bisa memasak dan cara bicaranya manja, sedangkan Lingga, dia terlihat antusias dan mandiri," bisik Oma pada Hendiko yang secara diam -diam memuji Lingga.
Hendiko hanya terdiam dan melirik ke arah Lingga yang tersenyum manis pada Oma.
"Oma ... Lingga ganti baju dulu. Ehh ... Lingga beleum bawa baju dari rumah. Gimana Mas? Masa pakai handuk saja? Gak apa -apa ke dapaur begini saja?" tanya Lingga dengan sengaja membuat Diko memanas.
"Gak boleh. Enak aja. Itu pakai baju yang ada dulu di lemari, pilih saja," ucap Diko tegas.
"Siap Mas," jawab Lingga yang langsung ngacir pergi ke arah lemari pakaian. Ia cukup mencari kaos oblong dan celana pendek.
Oma Anna hanya menatap Lingga denga tertawa kecil. Senyumnya begitu sangat tipis melihat semangat Lingga yang begitu membara.
"Pintar cari istri juga ya. Coba Oma tantang, pintar bikin anak juga gak?" tanya Oma pada Hendiko yang langsung melotot ke arah Omanya.
"Anak? Hendiko masih ingin kerja, banyak poroyek yang harus Diko kerjakan Oma, gak mungkin kan, Hendiko program anak dengan Lingga," ucap Hendiko pada Omanya.
"Hah ... Itu cuma alasan kamu saja. Kamu buktikan kalau pernikahan kamu ini bukan pernikahan terpaksa, Oma ingin kamu memiliki anak dari Lingga. Oma suka denagn Lingga," ucap Oma dengan ketus lalu berbalik keluar kamar Hendiko menuju ruang tengah dan duduk bersantai sambil menonton televisi.
Hendiko duduk di tepi ranjang dan mengusap wajahnya dnegan kasar. Posisinya sulit sekali. Apa yang Oma suka dari Lingga. Gadis itu biasa saja, bahkan Hendiko tidak tahu, Lingga dari keturunan baik atau tidak.
"Tuan ... Saya turun dulu ya. Mau masak untuk Oma. Saya pinjam dulu kaos dan celananya," ucap Lingga berpamitan pada Hendiko yang masih termenung di tepi ranjang.
Hendiko mendongakkan wajahnya menatap wajah polos Lingga yang terlihat cantik alami tanpa polesan make up. Make up tebal tadi sudah di bersihkan dan kini wajahnay nampak terlihat lebih cerah dan berseri. Lingga memakai celana pendek Hendiko yang biasa di pakainya ada di atas lutut, dan kini di pakai Lingga sebatas betis dengan karet kolor yang di ikat dengan kuncir rambut, dan kaos oblong yang bagian dadanya terlihat sedikit belahan dadanya karena terlalu turun ke bawah dengan lengan pendek yang di gulung hingga batas setengan lengan. Rambut panjang Lingga di gelung dengan pulpen yang ia temukan di meja kerja Hendiko.
Hendiko menatap Lingga dengan takjub. Gadis sejuta akal dengan kesederhanaannya.
"Nanti aku pesankan beberapa pakaian untuk kamu dan make up serta sepatu. Jangan permalukan aku, dengan pakain kamu yang begini," titah Hendiko pada Lingga.
"Ini darurat tuan," ucap Lingga dengan cepat.
"Jangan panggil aku dnegan sebutan tuan. Kita suami istri," ucap Diko tegas.
"Ta -tapi ini kan bohongan," ucap Lingga penuh keraguan.
"Panggil seperti yang kamu panggil di depan Oma tadi. Aku nyaman di panggil seperti itu. Ingat kita sudah menikah," titah Hendiko pada Lingga.
Lingga hanya mengulum senyum. Entahlah ia tak mau berekpektasi terlalu tinggi dengan pernikahan ini. Lingga pun juga tidak berniat untuk merebut posisi atau mengambil hati Oma Hendiko. Semua ia jalani sesuai yang Lingga bisa.
Lingga sudah turun ke lantai satu menuju dapur untuk memasak apa yang di inginkan oleh Oma Anna.
Beberapa pelayang memberikan sikap hormat kepada Lingga saat Lingga memasuki dapur.
"Nona muda, mau apa?" tanya Mey sebagai kepala pelayan di rumah ini. Mey adalah pelayan khusus yang harus membantu Lingga.
"Mau masak, Oma minta di masakkin lapis daging sapi. Biar saya masak sendiri tanpa bantuan siapa pun, cukup perlihatkan pada saya tempat bumbu yang saya butuhkan," titah Lingga pada Mey dan beberapa pelayan yang ada di dapur itu.
"Kalau begitu pakai dapur bersih yang ada di dalam saja Nona. Disini, mau di gunakan untu memasak makanan seisi rumah termasuk pelayan," ucap Mey menjelasakan.
"Memang mau masak apa? Menu hari ini apa?" tanya Lingga pelan.
"Ekhemm ... Kurang tahu, tinggal meelihat bahan yang ada di kulkas, Nona," ucap Mey pelan.
"Kalau begitu. Serahkan pada Lingga, oke," ucap Lingga penuh smenagat.
Lingga sudah sibuk memotong daging sapi dan merebusnya setenagh matang. Ia mulai membuat bumbu dengan di ulek secara manula tanpa menggunakan blender.
Satu jam kemudian, acara memasak Lingga teralh usai. Lingga bisa memebuat tiga menu makanan sekaligus. Lapis daging sapi empuk, sop telur puyuh, dan perkedel udang.
Semua makanan itu sudah di sajikan sendiri oleh Lingga. Saat Lingga memasuki ruang makan, Diko dan Oma Anna sudah duduk di sana emnunggu makanan mereka datang. Sejak tadi Oma dan cucunya itu duduk menunggu dan melihat Lingga yang sedang masak. Tidak ada bantuan dari pelayang atau siapapun, semua di laakukan secara mandiri oleh Lingga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Waaahhh tambah lagi poin untuk Lingga..👏👏👏👍👍👍
2024-05-08
1
Qaisaa Nazarudin
Yeezzz Oma dan papanya lebih milih Lingga dari Anggie..👏👏💪💪
2024-05-08
0