Lingga berdiri dan berjalan masuk ke dalam ruangan yang lebih dalam. disana memang ada buku dan pena. Ia pin mulai menulis nama lengkapnya beserta nama kedua orang tuanya yang telah meninggal dunia. Tapi apa maksudnya ini semua? Bukannya kalau cari kerja hanya di tanya nama panjang dan lulusan apa? Bukan pakai nama orang tua segala memag mau di nikahkan? Batin Lingga terkekeh sendiri. Ya kali, mau nikah sama Bos besar tentu akan menyenangkan sekali. Batin Lingga sambil mengulum senyum.
Lingga melihat beberapa foto yang ada di meja. Foto Hnediko bersama seorang perempuan yang pastinya ituadalah kekasih Hendiko. Lingga mengambil satu lembar foto itu melihat keduanya yang bahagia dan saling mengumbar senyum dan sangat mesra.
"Wihhh ... Cantik banget, serasi sekali. Ini pasti calon nyonyanya," ucap Lingga lirih.
Lingga mendengar suara Hendiko yang emmbuka pintu dan menutupnya lagi membawa masuk seseorang ke dalam ruangan itu lalu terdengar seerti sedang berbicara dengan sangat serius sekali.
"Tuan Diko, waktunya tinggal satu jam lagi. Anggie sudah ke luar negeri dengan pria lain yang di duga sudah menjadi tunangannya sejak lama," ucap Leo, asisten Hnediko.
"Apa? Jadi selama ini dia menduakan saya? Lalu menipu saya mentah -mentah meminta sebagian saham. Ohh ... Betapa bodohnya saya, Leo," ucap Hendiko yang seketika murung. Cintanya terlalu besar pada Anggie hingga ia rela memberikan apapun untuk gadis kesayangnnya itu tanpa hitung -hitungan sama sekali. Ia rela bekerja keras untuk mendapatkan banyak uang agar Anggi e bahagia bersamanya tanpa kekurangan satu apapun. Tapi di balik hubungannya itu, Diko tidak tahu, Anggie adalah wanita hyperseks yang tidak bisa berhubungan pacaran secara sehat.
Lingga berdiri di belakang dinding pembatas antara ruangan depan dan tengah itu.
"Jadi, gimana? Atau meneikah saja dengan sekertaris tuan, nona Hana? Dia cantik, berpendidikan juga, ini hanya untuk menyelamatkan acara hari ini, kalau tuan tidak suka, bisa di ceraikan. Masalah selesai, bukan?" tanya Leo kemudian.
"Tidak bisa begitu, Oma akan datang dari Belnada, beliau sudah mewanti -wanti, jika pernikahan saya gagal, maka seluruh asset kekayaan akan di pindah tangankan kembali atas nama Oma, dan Oma berhak memberikan kepada siapapun yang beliau suka. Oma punya anak angkat, bisa jadi, anak angkat itu yang beruntung mendapatkan semuanya," ucap Hendiko mulai cemas. Ia teringat kata -kata Papahnya, kalau semua kekayaan ini harus atas namanya semua. Banyak orang mengaku baik pada Oma, dan ternyata mereka hanya mengincar harta kekayaan Oma saja.
"Lalu? Ada solusi lain tuan?" tanya Leo pelan.
"Saya ada gadis. Dia cantik dan jujur, tapi memiliki hutang yang banyak pada renternir, tadi kulihat preman itu, anak buahnya Sapri, kamu tanya, Lingga punya hutang pada siapa? Berapa jumlahnya dan bayr hutangnya, Gadis itu ada di belakang, bawa dia ke ruang make up, saya akan menikahinya sebagai ganti Anggie," ucap Hendiko mengambil keputusan.
Dibalik dinding Lingga menutup mulutnya agar tak berteriak. Ternyaata benar dugaanya ia harus menikah dengan tuan Hendiko demi menyelamatkan acara ini.
Lingga membalikkan tubuhnya dan berpura -pura masih menulis. Kini, Lingga berpura -pura menulis alamat rumahnya yang kecil dan sederhana.
"Lingga," panggil Hendiko dengan suara lantang.
"Iya tuan," jawab Lingga langsung berbalik menuju ke earah depan menghampiri Hendiko dan asistennya yang ini menatap dirinya.
Leo menatap Lingga dari ujung kaki samapi ujung kepala. Tentu, secara keseluruhan, Lingga bukan tipe Hendiko. Wanita biasa dan sederhana, entah apa pendidikannya, latar belakang keluarganya walaupun memang cantik.
"Kamu ikut sama Leo. Ingat ini namanya Leo, aklau ada apa -apa hubungi saja Leo. Soal kerjaan, saya terima kamu untuk bekerja denagn saya. Pekerjaan pertama kamu adalah menikah dengan saya. Ingat pernikahan ini hanya untuk menyelamatkan acara yang sudah saya persiapkan sejak lama, dan ingat jangan kamu punya harapan tinggi tentang saya. Nanti kontrak kerja dan kotrak pernikahan menyusul setelah acara ini selesai dengan baik dan lancar," titah Hendiko pada Lingga.
Lingga menganggukan kepalanya dengan paham.
"Iya tuan, Lingga paham," jawab Lingga dengan senyum tipis yang terlihat manis.
Hendiko hanya mengangguk dan memberikan kode pada Leo untuk segera membawa Lingga ke ruang make up untuk segera di rias dan pakaikan baju pengantin.
"Ayo Lingga," ajak Leo kemudian.
"Iya tuan, saya jalan di belakang tuan," ucap Lingga denagn sopan.
Biar bagaimana pun juga, Leo adalah asisten Hendiko, Lingga juga harus bersikap sopan juga.
***
Lingga sudah duduk di kursi di depan cermin kaca rias. Wajahnya sudah di rias dan nampak berbeda sekali dari Lingga seperti biasanya. Tubuh langsingnya sudah terbalut kebaya berwarna putih tulang dengan kain panjang berwarna gold yang begitu indah sekali. Rambutnya di sanggul tradisional adat jawa dengan ronce melati panjang yang melewati pudaknya ke bagian depan dadanya.
Leo sudah kembali lagi ke kamar rias dimana Lingga berada untuk membawa gadis itu menuju ruangan ijab akbul. Tuan Hendiko sudah ada disana dan berulang kali mengucap nama Lingga untuk menghapalnya agar tidak terpeleset saat mengucap nama saat ijab kabul berlangsung karena selama ini yang di hapal Hendiko hanyalah nama Anggie.
Semua kursi di meja ijab kabul sudah penuh terisi dan hanay tersisa dua kursi untuk Lingga di bagian sisi Hnediko dan Leo sebagai saksi dari pihak Lingga, karena Lingga adalah gadis yatim piatu.
"Sudah selesai? Ini sudah waktunya ijab kabul," ucap Leo tegas.
"Sudah tuan Leo. Saya akan bawa pengantin perempuannya ke depan sekarang," ucap perias itu.
Lingga berjalan sangat pelan sekali, wajahnya sangatlah cantik jauh berbeda saat tadi bertemu dengan Leo.
Leo pun takjub emlihat kecantikan Lingga yang ternyata lebih cantik dari pada Anggie, calon istri Hnediko sesungguhnya.
"Kamu Lingga? Saya sampai pangling emlihat kamu. Apalagi tuan Hnediko nanti. Kamu cantik sekali," puji Leo dengan suara lembut.
Lingga hanya tersenyum lebar. Hari ini adalah hari yang membuat Lingga bahagia. Bukan karena karena pernikahan dadakan ini, tapi karena ia bisa bekerja dan cepat membereskan hutang -hutang pada renternir itu. Hidupnya juga akan berubah drastis jika ia bekerja denagn tuan Hendiko.
Lingga tidak sediki pun mempunyai harapan tinggi tentang pernikahan mendadaknya ini. Bahkan sudah di jelaskan oleh Hendiko, kalau pernikahan ini hanyalah pernikahan terpaksa karena calon pengantin sesungguhnya tidak hadir.
Leo menggandeng tangan Lingga dan membawa Lingga ke meja ijab kabul yang sudah ditunggu oleh banyak orang. Ijab kabul adalah inti acara pernikahan. Sakralnya acara adalah pada ijab kabul.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Marah dan sekecewa apapun Cowok,Tapi saat ceweknya kembali sambil nangis2 pasti di terima kembali,biasanya kan gitu,Kata orang CINTA itu BUTA,CINTA itu bikin orang WARAS jadi BODOH..
2024-05-08
1