Acara resepsi sudah selesai. Acara yang padat yang di laksanakan dari pagi hingga sore hari. Semua koleganya begitu menyukai pesta pernikahan Hendiko yang megah dan mewah. Tak hanya itu saja, banyak teman Hendiko yang berbisik dan mengucapkan selamat sekaligus mengagumi kecantikan Lingga yang benar -benar mempesona dan menyihir semua orang untuk mengaguminya. Hendiko sendiri menyadari kalau pesona Lingga memang luar biasa.
Kini, Lingga sudah duduk di samping Hendiko menuju rumah besar Hnediko. Leo yang duduk di depan di samping supir pribadi Hendiko tampak diam dan sesekali mencuri pandang ke arah Lingga melalui pantulan kaca jendela di sebelahnya.
Lingga nampak kelelahan atas padatnya hari ini. Pandangannya terus keluar dari jendela kaca mobil di sebelahnya. Hari yang membahagiakan baginya. Lingga hanya bahagia bisa lepas dari teror para preman suruhan renternir yang telah membelitnya.
Hendiko sibuk dengan ponselnya, dia sibuk dengan koleganya yang terus menerus memberikan pesan singkat. Tangan Hendiko begitu sangat terampil mengetikan beberapa huruf di keyboard ponselnya menjadi sebuah jawaban.
Tak terasa mobil limousin yang di naiki oleh Lingga sudah terhenti di halaman rumah besar milik Hendiko. Sudah beberapa tahun ini, Hendiko tinggal di rumah ini sendirian. Sesekali Anggie memang suka menginap di rumahnya atau membuat party bersama teman -teman kuliahnya.
Beberapa kali, Anggie meyelinap masuk ke kamar Hendiko untuk bisa selalu bersama bahkan bisa tidur dengan kekasihnya itu. Tapi, Hendiko selalu mengingtakan Anggie untuk tidak melakukan hal gila sebelum pernikahan mereka resmi di laksanakan. Ada beberap hal yang di takuti oleh Hendiko. Jangan sampai pernikahannya adalah skandal karena sang wanita telah hamil duluan, bisa rusak reputasi Hendiko di mata dunia perbisnisan. Semua orang sudah kenal Hendiko, tapi rusak hanya karena masalah sepele. Ini yang di takutkan oleh Hendiko.
Saat sampai di halaman rumah Hendiko, kedua mata Lingga sudah menutup. Ia pulas tertidur. Hendiko pergi begitu saja tanpa peduli pada Lingga, hingga Leo menyadari bahwa Lingga sedang tertidur .
Hendiko sudah sampai di kamar pribadinya. Leo menggendong Lingga dan masuk ke dalam kamar tuannya.
"Gadis ini di tidurkan dimana, tuan?" tanya Leo kemudian. Hendiko langsung menoleh ke arah Leo dari depan pintu yang telah menggendong Lingga ala bridal style.
"Kamu menggendong dia? Dia istriku, lho," ucap Hendiko ketus.
"Maaf, tuan Hendiko. Bukannya mau lancag, tapi tadi tuan Hendiko meninggalkan gadis ini begitu saja di mobil. Saya kasihan jadi saya gendong, jadi mau di rebahkan di mana? Apa di kamar tamu?" tanya Leo kemudian.
"Tidak. Letakkan di kasur. Dia istriku, panggil dia dengan bahasa yang baik, dan bilang pada semua pelayan di sini untuk memberika keleluasaan untuk Lingga. Aku ingin satu asisten khusus untuk menemani Lingga, harus wanita," titah Hendiko tegas.
Leo sudah masuk dan menidurkan Lingga di atas kasur empuk di ranjang mewah milik Hendiko.
"Ada Mey, kepala pelayan kita. Mungkin kalau hanay menenamni nona Lingga di rumah ini bisa dengan Mey," ucap Leo menyarankan.
"Ohh ... Betul juga. Mulai besok, dia harus menemani Lingga. Malam ini saya sudah lelah mau istirahat. Terima kasih Leo," ucap Hendiko tulus.
"Sama -sama tuan Hendiko. Masalah nona Lingga sudah beres. Hutangnya pada renternir sekitar dua ratus juta pokoknya dan bunganya minta dua kali lipat. Uang itu memnag untuk biaya berobat Ibunya yang sakit, tadinya renternir itu ingin menjual Lingga pada lelaki hidung belang yang sanggup membayar mahal keperawanannya," ucap Leo memberikan inormasi.
"Oke. Berapa pun jumlahnya. Dia sudah menjadi milikku, dan bekerja khusus untukku. Bukan berarti aku harus mencintai dia di situasi ini. Pernikahan ini hanya pernikahan mendadak yang di lakukan terpaksa. Aku masih menunggu Anggie dan alasannya meninggalkan aku dan pernikahannya," ucap Hendiko penuh harap.
***
Hendiko masih sibuk di kamar kerjanya yang letaknya bersebelahan dengan kamar tidurnya. Ia membiarkan Lingga menghabiskan waktu tidurnya di kasur kesayangannya.
Saat tengah malam, Lingga terbangun dan membuka kedua matanya lebar. Ia menatap langit -langit yang begitu mewah, warna putih dengan list emas dan lampu gantung yang hanya bisa di miliki oleh orang berduit seperti Hendiko.
Lingga menegakkan duduknya dan menatap ke sekeliling alalu melihat dirinya yang masih memakai gaun pengantin saat resepsi tadi. Lingga berjalan ke arah sofa panjaang yang berjajar paper bag yang bertuliskan merek ternama . Lingga membuka satu per satu dan berisi barang- barang entah milik siapa. Tubuhnya mulai gatal, Lingga mencari apapun untuk mengganti gaun ini dengan kain yang bisa menutup tubuhnya.
Lingga menuju kamar mandi di sana dan menemukan handuk panjang yang cukup untuk melilit tubuhnya.
Lingga kembali keluar dari kamar mandi dan melepaskan gaun pengantinnya di depan meja rias yang menghadap ke arah pintu kamar tidur.
Tubuhnya polos hanya memakai segitiga pengaman saja, karena penutup dadanya tadi di lepas saat akan memakai gaun yang sudah ada cup yang pas untuk dadanya.
ceklek ...
Hendiko masuk ke dalam kamar secara tiba -tiba dan tatapannya persis tertuju pada kaca rias yang menampilkan tubuh polos Lingga.
"Arghhh ... Tuan Hendiko, kenapa tidak ketuk pintu dulu," ucap Lingga tergagap sambil menutip tubuhnya dengan handuk yang sudah ia siapkan tadi. Tapi terlanjur, Hendiko sudah melihat tubuhnya.
"Ma -maafkan saya," ucap Hendiko yang segera menutup pintu kamarnya dan langsung meletakkan beberapa pekerjaannya di nakas lalu tidur dan menyelimuti tubuhnya yang mulaipanas dingin melihat sesuatu yang tak pernah ia lihat. Ada gejolak birahi di bawah sana yang membuat tubuhnya bergetar seketika. Napas Hendiko begitu memburu dan ia harus bisa menahan demi cinta sejatinya kepada Anggie.
Lingga sendiri jadi salah tingkah. Ia tidak mungkin kembali tidur di kasur yang sama. Lingga melipat gaun pengantinnya dan duduk di sofa panjang hanya dengan handuk yang melilit tubuhnya. Lihat saja, AC kamar ini begitu dingin, tubuh Lingga mulai terasa menggigil.
Lingga merebahkan tubuhnya di sofa panjang itu dan emnutup tubuhnya dengan bantal sofa yang di dekap erat. padahal ia mau pinjam baju pada tuannya itu malahan sudah di tinggal tidur.
***
Keesokan paginya, keduanya masih terlelap dan pulas tertidur di tempatnya masing -masing.
ceklek ...
"Apa -apaan ini!" teriak Oma Hendiko dengan suara keras yang melihat Lingga tertidur dengan tubuh setengah telanjang di sofa panjang dan melihat cucu kesayangannya itu tertidur pulas di kasurnya.
Suara keras dan lantang Oma Hendiko membuat gaduh di seisi kamar pengantin itu.
"Hendikooo!!" panggil Oma dengan marah.
Lingga terkesiap dan terduduk sambil mendekap bantal sofanya. Ia menghampiri Oma Hendiko dan menyalami.
"Oma ... Saya Lingga," ucap Lingga dengan ramah dan sangat sopan sekali. Lingga menyalami Oma dan emngecup punggung tangan Oma dengan sikap hormat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
BODOH..UDAH DITINGGAL DAN DI PERMALU KAN MASIH LAGI BERHARAP?? NTAR YG ADA DI EMBAT LEO TAU RASA KAMU,OGEB..
2024-05-08
1
Qaisaa Nazarudin
Nah kan udah ku duga,Tadi di cuekin..
2024-05-08
0
Qaisaa Nazarudin
Untung Diko Tegas,Pasti Anggie mau menjebak Diko nih..
2024-05-08
0