"Astaga, kenapa kau lagi?" cetus Jeff saat melihat wajah Ziel.
Sebenarnya siapa sih pria ini? Kenapa ada di rumah keluarga Glor? Jeff membatin dengan raut wajahnya yang berubah masam.
Sementara Gloria baru saja keluar, dan langsung terperangah saat melihat mantan kekasihnya yang baru dia putuskan semalam.
"Untuk apalagi kamu menemuiku? Apakah perkataanku semalam tidak cukup jelas?!" tanya Gloria, lalu melirik Ziel yang bergeming dengan tatapan yang selalu sama.
Karena orang yang ingin Jeff temui sudah ada di depan mata, dia pun segera memasang wajah memelas, sumpah demi apapun dia tidak ingin putus begitu saja dengan Gloria.
"Sayang, aku benar-benar tidak ingin hubungan kita berakhir. Maafkan aku, aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi, aku akan setia padamu, Sayang," balas Jeff memohon.
Dia hendak melangkah mendekati Gloria, tetapi sebuah interupsi membuatnya urung. "Selangkah saja kau dekati dia, kau habis di sini. Pergilah!"
Jeff langsung mematung di tempatnya dengan kekesalan yang menggumpal di dada. Namun, menghadapi Ziel sama saja dia sedang cari mati.
Jeff menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan.
"Aku tidak mengenalmu, dan aku juga tidak memiliki urusan denganmu, Tuan. Jadi, tolong jangan ikut campur," ujar Jeff, dia bicara dengan nada tenang, agar tidak memancing kemarahan Ziel.
"Selagi kau mendekati dia!" tunjuk Ziel pada Gloria menggunakan ekor matanya. "Kau berurusan denganku."
Pria itu menahan nafas, harus dengan apalagi dia membujuk Gloria agar tidak memutuskannya. Jeff terdiam dengan otak yang terus berputar bagai kaset kusut, sementara Gloria senantiasa memperhatikan Ziel, dia suka saat Ziel perhatian padanya.
"Sayang," rengek Jeff dengan raut wajah yang sudah tak tergambar jelas.
"PERGI!!!" sentak Ziel, membuat pria itu langsung berjengit kaget. Bahkan keberaniannya langsung menciut seketika.
Karena masih teringat jelas, saat Ziel menghajarnya tanpa ampun dan membuat Gloria melihat tubuhnya yang tanpa busana.
"Beri aku kesempatan untuk bicara berdua dengan Glor," ucap Jeff, masih belum menyerah. Akan tetapi sebuah tatapan nyalang langsung menghunus ke arahnya, membuat dia kembali kicep.
"Iya-iya aku pergi, tapi tidak perlu melihatku seperti itu kali," rutuk Jeff, dia kembali menatap ke arah Gloria untuk yang terakhir kalinya, tetapi sebelum dia pergi, seorang pria paruh baya tiba-tiba keluar.
"Ada apa ini?" tanya Ken dengan kening yang mengeryit heran. Dia menatap Jeff, membuat pria itu seolah memiliki harapan.
Ini pasti Kakeknya Glor. Batin pria itu.
Dengan mengumpulkan keberanian, Jeff mendekat dan menyalimi tangan Ken. "Saya kekasih Glor, Kek."
"Apa?!" sentak Ken, bukan karena Jeff mengaku sebagai kekasih putrinya, tetapi panggilan pria itu. Berani-beraninya Jeff memanggil dia kakek?
Ken langsung menepis tangan Jeff, karena dia menolak tua, padahal begitulah kenyataannya, sementara Gloria langsung menepuk kening. Sepertinya masalah akan bertambah semakin runyam.
"Kau memanggilku apa?! Dasar bocah bau kencur!" sentak Ken, kini Jeff malah harus berhadapan dengan biang ular. Benar-benar seperti buah simalakama.
"Bukankah Anda Kakeknya Glor?" tanya Jeff takut-takut, dan hal tersebut membuat Ziel membuang muka dengan bibir yang melipat ke dalam, dia menahan tawa.
"Sembarangan! Aku Daddy-nya Glor, dan aku tidak akan merestui kamu berhubungan dengan putriku! Cepat pergi dari sini!" usir Ken, dengan kedua tangan yang bertolak pinggang.
Mendapati kenyataan itu, Jeff langsung meneguk ludahnya susah payah. Ternyata dia sudah salah kaprah, berharap bisa mendapat perhatian dari anggota keluarga Gloria, dia malah mencari masalah.
"Lagi pula dia juga suka selingkuh, Grandpa, pria murahan!" sambar Ziel, memanas-manasi Ken. Dan hal tersebut sukses membuat Jeff mendelik, karena panggilan Grandpa yang Ziel ucapkan.
"Ma—maafkan aku, Om, aku salah menebak. Dan semua ucapan dia itu tidak benar," Jeff tergagap seraya mengatupkan kedua tangan di depan dada. Namun, karena merasa kesal, Ken malah melepas sendal dan melemparkannya ke arah Jeff.
Bugh!
"Pergi tidak! Berani-beraninya kamu menyelingkuhi putriku, dan menampakkan wajah di depanku!"
"Ampun, Om."
Jeff berusaha meminta maaf, tetapi yang dia dapatkan justru sebuah tatapan nyalang diiringi ancaman mengerikan. "Pergi atau ku potong milikmu dan ku jadikan makanan burung!"
Bulu kuduk Jeff langsung meremang, sementara bayangan miliknya yang dicincang-cincang langsung memenuhi otak.
"Ku hitung sampai tiga, kalau tidak pergi juga aku akan menyuruh Glor mengambil pisau daging!"
Glek!
"Dad, turunkan intonasi suaramu, nanti darah tinggi Daddy kumat," bisik Gloria mengingatkan, tetapi Ken tak peduli.
"I—iya, Om, saya pergi," pungkas Jeff akhirnya. Dia menyerah, karena sepertinya pria yang ada di sisi Gloria suka mengancam semua.
Bahkan tekadnya semakin bulat, kala melihat Aneeq dan yang lainnya keluar rumah.
"Apakah dia membuat masalah?" tanya Aneeq seraya mengambil pistol kecil yang selalu dia simpan di saku jasnya.
Melihat itu, lutut Jeff semakin terasa lemas.
Haish, kenapa semua orang yang ada di sini terlihat menyeramkan. Keluarga Glor tidak ada yang beres.
"Tunggu apalagi?!" sentak Ken, yang membuat Jeff langsung tersadar. Kaki pria itu bergetar, hingga tak sanggup untuk melangkah, karena kini semua tatapan tajam itu mengarah padanya.
Beberapa saat berlalu, tetapi tidak ada pergerakan dari pria itu, hingga tiba-tiba ada sesuatu yang merembes dari pusat tubuhnya. Celana Jeff basah.
"Astaga, kau malah mengompol?" cibir Ziel dengan tatapan meledek, membuat Jeff tidak memiliki muka.
Dia berani bersumpah, dia tidak ingin lagi datang ke rumah ini.
Sungguh sial! Rutuk Jeff dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
yeni NurFitriah
Salah kaprah dan salah datang kamu Jeff,kamu malah mendatangi sarang Uler😅
2025-04-10
0
MENTARI SENJA
🤣🤣🤣🤣😆 berurusan kok sama keluarga uler, 🤣🤣🤣🤣😆
2024-12-29
0
komalia komalia
🤣🤣🤣🤣sampai ngompol
2024-11-14
0