"Berhentilah menangis, pria seperti dia tidak pantas mendapatkan air matamu!" cetus Ziel dengan perasaan kesal, karena sepanjang jalan Gloria tak berhenti terisak-isak, menunjukkan kesedihan yang mendalam.
Sebelum meninggalkan basemen apartemen Jeff, Ziel lebih dulu menelpon anak buahnya untuk mengambil mobilnya yang dia tinggalkan, sementara mereka menggunakan mobil milik Gloria.
Karena Ziel tidak mungkin membiarkan gadis itu menyetir sendiri dalam keadaan seperti ini.
"Siapa juga yang menangisi dia," rengek Gloria seraya mengambil tisu di atas dasboard untuk menghapus air mata dan ingussnya.
"Lalu untuk apa kamu menangis seperti itu? Tidak ada kerjaan!"
"Aku hanya menyayangkan saja, gadis secantik aku harus diduakan. Harusnya hal itu tidak boleh terjadi padaku, ini sebuah penghinaan! Anak gadis Daddy pantang dikhianati."
Saking merasa tak habis pikirnya dengan jawaban Gloria, Ziel sampai menghentikan mobilnya di pinggir jalan.
Dia menatap Gloria dengan perasaan campur aduk.
"Bisa tidak kurangi kepercayaan dirimu itu. Dan berhenti menerima pria lain. Kekasihmu itu sudah banyak, bagaimana mereka akan setia kalau kamu saja tidak melakukan hal yang sama?!" cetus Ziel, yang membuat Gloria ikut menoleh ke arahnya.
"Kenapa menyalahkan aku? Kan mereka yang menyatakan cinta duluan." Gloria tak mau disalahkan, karena dia memang tidak pernah mencintai siapapun kecuali pria yang ada di hadapannya.
"Haish, kamu kan bisa menolaknya!"
"Menolak dan menerima sama saja. Itu semua tidak bisa membuat orang yang aku cintai melihat ke arahku!"
Ziel menghela nafas panjang. Karena dia selalu kehabisan kata-kata kalau sudah berbicara dengan Gloria.
Dia tidak tahu siapa pria yang dimaksud oleh tantenya, tetapi yang jelas Ziel akan memastikan bahwa pilihan Gloria memanglah tepat.
Hening mengambil alih, hingga akhirnya ponsel Ziel berdering. Ada panggilan masuk dari Zoya—ibu Gloria sekaligus nenek angkatnya.
"Halo, Grandma?" sapa Ziel lebih dulu setelah panggilan itu terhubung. Namun, bukan suara Zoya di ujung sana, melainkan Ken yang tak lain dan tak bukan adalah ayah Gloria.
"Ziel, apakah Glor bersama kamu?"
"Iya, Grandpa, aku dan Glor baru saja keluar mencari makanan," jawab Ziel bohong, karena dia tidak mungkin membicarakan hal yang sebenarnya.
Dia juga berhenti memanggil Gloria dengan sebutan Aunty Kecil. Karena nyatanya Gloria sudah tumbuh menjadi gadis cantik dan sukses membuat jantungnya berdebar.
"Cepatlah pulang, ini sudah malam. Jangan membuat para orang tua khawatir."
Dari suaranya Gloria tahu, bahwa yang menelpon adalah sang ayah.
"Baik, Grandpa."
Lantas setelah itu panggilan pun terputus. Ziel melirik ke arah Gloria, sementara gadis itu kembali merengek-rengek. "Hiks, kasihan sekali diriku. Tapi akan lebih kasihan kalau aku mempertahankannya. Ikan Jeff ternyata kecil."
Ziel langsung mendelik. "Berhenti memangil namanya. Semua itu membuatku sakit telinga! Apalagi sampai membayangkan yang tidak-tidak, awas kamu!"
"Kamu ini bukannya menghiburku malah marah-marah terus," gerutu Gloria, tetapi kali ini Ziel diam. Dia tidak mau mengeluarkan energinya untuk meladeni drama yang dibuat oleh gadis di sampingnya.
"Ziel, aku ini sedang sedih. Kamu tidak mau memelukku? Biasanya seseorang akan tenang kalau dipeluk."
Tidak ada jawaban, sebab Ziel malah menyalakan mesin mobil, lalu membawa kendaraan roda empat itu membelah jalan raya.
"Cih, beginilah kalau bicara dengan manusia batu!"
Gloria mengerucutkan bibirnya karena Ziel tetap fokus pada jalanan. Akhirnya gadis berusia 19 tahun itu mengunci mulutnya rapat-rapat, dia kesal terhadap Ziel yang tak menghiraukannya sama sekali.
Hingga di pertengahan jalan, Gloria merasakan kantuk yang luar biasa. Tanpa sadar dia memejamkan mata dan tertidur di dalam mobil.
Ziel melirik ke arah Gloria yang tak lagi mengeluarkan suara berisik. Bibirnya berkedut saat mendapati gadis cantik itu terlelap.
"Versi terbaiknya adalah saat tidur," gumam Ziel lalu tersenyum tipis. Dia menambah kecepatan agar bisa segera sampai di mansion. Karena malam kian larut, sementara jalan mulai terasa lengang.
Hingga tak berapa lama kemudian, akhirnya mereka tiba. Tanpa membangunkan Gloria, Ziel langsung menggendong tubuh gadis itu masuk ke dalam kamar.
Dia juga menarik selimut, agar Gloria tak kedinginan. Dan sebelum benar-benar pergi Ziel menatap Gloria dengan begitu intens. Ada sesuatu yang menariknya untuk melakukan lebih, tetapi sekuat tenaga dia menahannya.
Hingga yang bisa ia lakukan hanyalah mengusap pipi Gloria dengan lembut, lalu keluar dari sana.
***
Aku menunggu mawar-mawar berduri🤸🤸🤸
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
komalia komalia
sama sama saling jatuh cinta tapi pada terpendam
2024-11-14
0
Cipika Cipiki
syukurlah Deddy Ken panjang umur
2024-06-07
0
Ney Maniez
ohh sbnrny suka
2024-04-05
0