Setelah mengantar kedua putranya untuk berangkat ke sekolah pagi ini, Yana langsung menuju ke kantor tempat dimana suaminya bekerja.
Ia berusaha berdandan cantik agar tidak mempermalukan suaminya di kantor, ia juga memasak untuk makan siang suaminya.
Sesampainya disana, Yana bertanya pada resepsionis apakah suaminya ada di kantor.
Mereka meminta Yana menunggu di kursi, karena suaminya akan segera menemuinya.
“Kamu kenapa kemari?” tanya Dian suaminya menarik paksa tangan istrinya dan membawanya ke parkiran mobil.
“Mas, aku tuh khawatir. Sudah berapa hari mas tidak pulang, bukan gini caranya mengatasi masalah!” seru Yana sambil menangis, karena sudah tidak bisa lagi menahan sesak didadanya.
“Diam, kamu! Pelankan suara mu bodoh! Apa kamu ingin semua orang tahu,” kesalnya menunjuk wajah Yana.
“Mas, aku ini istrimu! Bukan orang lain!” Yana tidak mau kalah.
Dian tampak mengusap wajah kasar.
“Tunggu aku di rumah. Selesai pekerjaanku aku akan pulang,” ujarnya berlalu meninggalkan istrinya.
“Mas,” panggilnya setengah berteriak.
“Jangan berteriak! Ini bukan rumahmu, ini di kantor!” kembali menatap istrinya dengan tajam.
“Maaf, aku hanya membawamu bekal makan siang.” Menyerahkan kotak makan tersebut.
Dian melirik kotak makan tersebut.
“Aku sudah makan, bawa pulang saja.” Tanpa peduli lagi, Dian melangkah kembali masuk ke dalam kantor.
Yana mematung melihat kepergian suaminya tersebut.
Sembari mengusap air matanya, Yana duduk di atas motor miliknya. Suaminya benar-benar tidak memikirkan perasaannya lagi, entah apa yang membuat suaminya berubah seperti ini.
“Butuh tisu,” ujar seorang pria memberikan dua lembar tisu padanya.
Yana menatap tisu tersebut, lalu melihat wajah pria itu.
Alangkah terkejutnya, Yana mengenali pria itu. Pria yang menolong dirinya waktu hujan deras untuk mengantar putranya ke sekolah menggunakan mobilnya. Ayah dari sahabat putranya.
“Tuan. Terima kasih,” ujarnya mengambil tisu tersebut.
“Kita bertemu lagi disini. Apa itu tadi suamimu?” tanyanya, karena sebelumnya ia melihat ada percekcokan antara mereka berdua.
Yana mengangguk pelan.
“Oh.” Pria itu tampak mengangguk.
“Maaf Tuan, saya harus pulang. Karena menjemput putra saya pulang dari sekolah,” pamit Yana.
Netra pria itu tertuju pada kotak makan.
“Oh iya silahkan. Tapi sebelumnya, apa aku boleh meminta bekal makanan itu. Aku sangat lapar, kebetulan uangku habis untuk membeli makanan,” ucapnya berbohong.
Tanpa pikir panjang, Yana memberikan kotak makan tersebut. Karena tidak tega mendengarnya.
“Terima kasih banyak Nona, maaf kalau boleh tahu, dengan Nona siapa?” tanya pria itu.
“Panggil saja, Yana.”
“Baiklah Yana, terima kasih atas makanannya. Tempat makannya akan aku titipkan pada putraku besok,” ucap pria tampak sumringah setelah mendapatkan makan siang.
Yana pun berpamitan pergi dengan mengendarai motor miliknya.
“Dia sangat cantik jika di poles sedikit saja, sangat sulit mencari wanita seperti dia. Namun, kenapa suaminya begitu kasar dan menyia-nyiakan wanita seperti dia?” gumamnya dalam hati melihat punggung Yana yang sudah menjauh.
***
Di dalam ruangan, Dian di panggil oleh bos besar untuk masuk ke ruangannya.
“Tuan memanggil saya?” tanya Dian dengan sopan.
“Iya. Silahkan duduk,” sahutnya pria itu.
“Kamu sudah berapa lama bekerja denganku?” tanyanya.
“Sudah hampir lima tahun,” sahut Dian.
Tapi netranya tidak sengaja melihat kotak makan di atas meja, ia seperti mengenali kotak makan tersebut.
“Cukup lama, ya. Baiklah mulai besok kamu tidak perlu kembali ke ruangan mu itu,” ujarnya sembari mengambil kotak makan tersebut.
“Maksudnya Tuan? Saya di pecat?” tanya Dian terlihat mulai panik.
Pria itu membuka tutup bekal makanan tersebut, lalu menyendokkannya ke dalam mulutnya.
Dian sangat mengenali aroma masakan tersebut, ini adalah masakan istrinya.
“Kapan aku memecatmu? Aku hanya bilang kalau kamu tidak perlu masuk ke ruanganmu tadi, tapi pindah ke sebelah ruangan ini. Kamu naik jabatan mulai besok dan menjadi asistenku.”
Raut wajah Dian semula bingung, kini tampak sumringah mendengarnya.
“Benarkah Tuan? Astaga, mimpi apa aku semalam?”
“Ya, sekarang kamu boleh pulang dan untuk hari ini kamu boleh pulang cepat! Mulai besok kamu sudah bekerja di ruangan itu,” ujarnya sembari menikmati makanan tersebut, terlihat dari wajahnya jika makanan tersebut sangat enak.
“Terima kasih banyak Tuan, aku permisi dulu.”
Bosnya mengangguk.
“Oh ya, Dian. Katakan pada Istrimu, masakannya sangat enak sekali. Aku menyukainya,” ujarnya pada Dian yang hendak membuka pintu ruangan.
Deg!
Benar apa yang ada di pikiran Dian, jika bekal tersebut adalah dari istrinya.
Dian mengangguk pelan, lalu pamit keluar.
Bosnya itu menyeringai jahat, menatap kepergian Dian.
“Nikmati masa indahmu saat ini, kamu akan hancur sendiri atas perbuatanmu sendiri,” gumamnya kembali menikmati makanan tersebut.
Dengan perasaan yang sangat senang, ia mengendarai mobil miliknya menuju pulang ke rumah.
Deva menyambut kedatangan papanya karena sudah tiga hari tidak bertemu, membuatnya rindu berat.
“Papa, kemana aja? Deva merindukan Papa,” ujarnya menggendeng tangan Dian masuk ke dalam rumah.
“Papa kerja, Sayang. Maaf ya,” ucapnya lembut.
Tak dapat di pungkiri jika dirinya juga sangat merindukan putranya tersebut.
“Dimana Mama?” tanya Dian, karena tidak melihat istrinya sejak tadi. Biasanya, Yana selalu keluar jika mobilnya sudah di depan teras.
“Ada di kamar. Pa, Deva dan Abang mau ke rumah teman ada kerja kelompok.”
Dian mengangguk, Diki dan Deva berpamitan pergi.
Dian mengunci pintu rumah, lalu menyusul istrinya ke kamar.
Tampak Yana berdiri di depan jendela, melipat tangannya sembari menatap ke luar jendela.
“Kenapa tidak menyambutku? Apa kamu sudah lupa jika punya suami?” tanya Dian meletakkan tas kerjanya.
“Apa Mas juga lupa? Jika Mas juga punya Istri dan anak dengan menunggumu di rumah. Pergi tanpa pesan dan baru kembali sekarang!” balas Yana tidak mau kalah.
“Aku ada pekerjaan, itu sangat dadakan.”
“Dengan menghilang, bahkan nomor ponselmu saja tidak bisa di hubungi. Apa begitu tidak berartinya kami bagimu? Sehingga tidak memberi kabar sama sekali!”
“Dayanya habis. Aku minta maaf, lain kali kamu jangan datang ke kantor! Aku sudah pernah mengingatkanmu bukan?” memeluk istrinya dari belakang, tapi tangannya juga mulai tidak bisa di kondisikan.
“Apa begini ya kalau pria menginginkan sesuatu, ia bersikap manis,” gumam Yana dalam hati.
“Tutup pintu jendelanya, aku sedang ingin,” bisiknya dengan suara yang tidak bisa menahannya lagi.
Karena menolak itu dosa, dengan terpaksa Yana mengangguk untuk melayani suaminya.
Ia menuruti apa yang suaminya katakan, menutup jendela lalu mengunci pintu kamar.
Dian langsung menggiring istrinya ke tempat tidur, lalu memulai aksinya.
Yana hanya mengikuti permainan suaminya saja, karena saat ini ia tidak terlalu bernafsu setelah apa yang telah suaminya lakukan padanya.
“Yana,” panggilnya dengan tatapan sendu, karena meminta Yana untuk melakukan permainan favoritnya.
Yana menurutinya, kini Yana sudah berada di atas tubuh suaminya dan mulai bermain diatas sama.
Dian memang tidak bisa menahan dengan apa yang telah Yana lakukan.
Desah*n Yana dan Dian mulai memenuhi kamar tersebut, bahkan saling bersahutan, beruntung kamar tersebut kedap suara.
“Yana, aku sudah tidak kuat lagi.” Yana semakin mempercepat gerakannya hingga mereka saling melepaskannya satu sama lain.
Yana langsung berpindah dari atas tubuh suaminya, berbaring di sampingnya dengan membelakanginya. Perlahan juga ia menutupi tubuh polosnya dengan selimut.
“Yana, kamu masih marah padaku? Aku sadar, sikapku memang tidak pantas. Tapi, kamu harusnya mengerti dong, aku cape bekerja!” serunya sembari memeluk istrinya dari belakang.
Yana tidak banyak bicara, ia hanya mengangguk lalu berpura-pura tidur.
Dian perlahan beranjak dari tempat tidur, setelah melihat istrinya tidur. Ia membersihkan dirinya ke dalam kamar mandi.
Yana mendengar suara dering ponsel, namun suara tersebut begitu asing baginya.
“Ponsel siapa yang berbunyi?” tanyanya dalam hati, karena melihat ponsel dirinya dan suaminya berada di meja. Tapi, salah satu ponsel mereka tidak ada yang berdering, bahkan layarnya pun mati.
Yana semakin penasaran dari mana arah suara dering ponsel tersebut.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
👑Ria_rr🍁
kewajiban lain yang harus dilakukan seorang wanita untuk menyenangkan sang suami
2023-04-02
1