Yana mengenakan pakaiannya, lalu mencari asal dering ponsel tersebut. Ia menajamkan telinganya, lalu mendekati tas suaminya.
“Mas Dian punya ponsel lagi?” tanya dalam hati.
Perlahan ia membuka tas tersebut, lalu mengambil ponsel yang sudah berhenti berdering.
Salah satu tombol di samping benda pipih itu, hingga membuatnya layarnya menyala.
Tertera di layar ponsel tersebut dengan emoji hati.
“Apa yang kamu lakukan?” tanya suaminya saat keluar dari kamar mandi.
Dian menatapnya lalu netranya berpindah pada tangan istrinya yang memegang ponsel tersebut.
“Mas, ini ... In-ini milikmu?” tanya Yana dengan suara bergetar.
Dian tampak ragu menjawabnya.
“Bu-bukan. Ponsel itu milik temanku, dia pasti lupa mengambilnya,” ucapnya.
Yana sangat mengenal suaminya, selama sepuluh tahun bersama mustahil baginya tidak mengenal raut wajah suaminya.
Ponsel itu berdering kembali, Yana melihat panggilan yang sama.
Mereka saling bertatapan sejenak, Dian langsung mengambil ponsel itu dari tangan istrinya.
“Jangan menyentuh barang yang bukan milikmu!” bentak Dian pada istrinya.
Membuat Yana memejamkan matanya mendengar kembali bentakan tersebut.
“Mas, aku butuh kejujuran darimu. Wajahmu tidak bisa berbohong! Apa itu ponsel milikmu?” tanya Yana lagi, kali ini dirinya tidak tinggal diam.
“Yana, aku sudah katakan! Jika ponsel itu bukan milikku! Apa kamu sekarang menjadi ahli pakar ekspresi? Sebaiknya kamu mengurus dirimu saja, agar terlihat menarik dan cantik! Bukan mengurus raut wajahku!” bentak Dian lagi.
Hati Yana teriris mendengarnya, ucapan pria yang mencintai wanita itu apa adanya hanya isapan jempol belaka.
Ponsel itu kembali berdering untuk yang ketiga kalinya, Dian menatap ponsel tersebut lalu keluar dari kamar mereka.
Yana mengikuti suaminya dari belakang, ternyata diam-diam Dian mengangkat panggilan tersebut. Yana menatap curiga pada suaminya, ada rahasia apa yang di simpan oleh Dian.
“Aku ke sana sekarang,” ujar Dian langsung mengakhiri panggilan tersebut.
“Yana, aku harus mengembalikan ponsel milik Gio, ini sangat penting,” pamitnya terlihat tergesa-gesa, tanpa menunggu persetujuan istrinya lalu mengambil kunci mobil dan berlalu pergi.
Yana tidak kehabisan akal, dirinya mengikuti suaminya dari belakang dengan menggunakan motor miliknya.
Ia tetap menjaga jarak, agar suaminya tidak melihat dirinya.
Cukup jauh Yana mengikuti belakang mobil suaminya, namun mobil itu tak kunjung berhenti.
Yana akhirnya memutuskan untuk kembali pulang, karena hari sudah mulai malam. Bahkan bensin motornya juga akan segera habis, ia sama sekali tidak membawa uang. Ia juga teringat dengan kedua putranya di rumah.
Sementara di mobil, Dian tampak bernapas lega karena Yana tidak mengikutinya lagi.
Karena panik setelah menerima telepon, sehingga dirinya lupa jika dirinya bersama Yana di rumah.
“Hampir saja,” gumamnya berulang kali menghela napas berat.
Lalu ia kembali mengendarai mobil miliknya lagi.
***
Seminggu kemudian.
Setelah kejadian itu, Dian sama sekali tidak pulang. Ia juga ke kantor ingin bertemu suaminya, namun rekan kerjanya mengatakan jika Dian mengambil cuti bekerja selama dua Minggu.
Semenjak itu, Yana tidak lagi ke kantor. Hari ini dirinya dan kedua putranya pulang ke rumah orang tuanya yang berada di kota yang sama.
Yana mencari tahu keberadaan suaminya melalui temannya, Yana mencari nomor teman dekat suaminya melalui ponsel yang tertinggal.
Yana sangat yakin, ada sesuatu di balik berubahnya sikap suaminya tersebut.
“Ma, aku titip Deva dan Diki ya, Ma.”
“Iya, Sayang. Jangan cemaskan mereka, selama ada Mama, mereka akan aman.”
“Kamu mau mencari pekerjaan dimana, nak?” tanya ibunya.
Yana tidak menceritakan kejadian yang sebenarnya, karena takut ibunya kembali sakit. Ia hanya mengatakan jika suaminya saat ini sedang merantau mencari pekerjaan, karena sudah cukup lama suaminya tidak bekerja.
“Apa saja, Ma. Yang penting bisa menyekolahkan Deva dan Diki dan juga biaya hidup yang lainnya, karena mas Dian juga belum gajihan bulan ini dan bulan depan,” ucapnya berbohong.
Memang benar adanya, setelah kejadian itu Dian tidak mengirimkannya uang bulanan untuk kebutuhannya.
Namun, saat ini bukan untuk mencari pekerjaan. Tapi mencari keberadaan suaminya yang langsung menghilang setelah menerima telepon waktu itu
Yana berpamitan pada ibunya, lalu mengendarai motor miliknya ke tempat dirinya dan teman suaminya bertemu.
Sesampainya di cafe tersebut, seorang pria melambaikan tangannya pada Yana.
“Maaf Gio, aku terlambat,” ujar Yana.
“Iya, Mbak. Ada perlu apa Mbak ingin bertemu denganku?” tanyanya.
“Kita langsung ke intinya saja, ya. Apa kamu mengetahui keberadaan suamiku saat ini? Sudah seminggu Mas Dian tidak pulang. Kasihan, anak-anak mencarinya,” ujarnya.
Wajah Gio langsung tegang.
“Ti-tidak pulang! Kenapa bisa? Aku sudah lama tidak berkomunikasi dengannya,” sahut Gio.
“Sudah lama tidak berkomunikasi? Bukankah seminggu yang lalu, kalian bertemu bukan? Ia mengatakan jika ingin mengembalikan ponsel milikmu yang tertinggal di dalam tas!”
Gio tampak membulatkan matanya, mendengar ucapan Yana.
“Sialan kau, Dian!” umpatnya dalam hati.
“Ia, maksudku. Setelah itu, kami tidak berkomunikasi lagi.”
Yana tampak menghela napas berat, entah kemana lagi mencari keberadaan suaminya.
“Jadi, kamu sama sekali tidak mengetahuinya?” tanya Yana tampak pasrah.
Gio mengangguk pelan, sejatinya dirinya sangat tidak tega melihat Yana.
Setelah itu, Yana berpamitan untuk pulang, karena tidak menemukan keberadaan suaminya.
Melihat punggung Yana sudah menghilang, Gio langsung menghubungi nomor Dian yang baru.
“Halo, Dian. Dimana kau sialan?!” tanyanya dengan nada kesal.
“Apa ini Gio? Kenapa menghubungiku dengan marah-marah seperti ini,” ujar Dian di balik ponsel tersebut.
“Harusnya aku yang bertanya? Dimana kau sekarang? Apa kau tidak tahu? Istrimu sedang mencari keberadaanmu kesana kemari! Dan kau menjual namaku untuk permasalahanmu itu!” kesalnya.
“Apa kau tidak berpikir dulu sebelum melakukan hal yang bodoh! Aku bahkan tidak tega melihat istrimu!” tambah Gio sangat kesal pada Dian.
“Bro, maafkan aku. Ini sangat darurat, aku tidak mempunyai jalan keluar lain lagi! Tolong jangan katakan pada Istriku, aku mohon!” dengan suara memelas.
“Dian, ini yang terakhir kalinya aku membantumu! Setelah itu, kau urus sendiri masalahmu!” kesalnya langsung mengakhiri panggilannya.
“Apa maunya orang ini!” umpat Gio.
Sementara Yana, mengendarai motornya dengan tatapan kosong.
Bruak!
Tanpa sengaja Yana menabrak mobil yang terparkir di pinggir jalan, akibat kurang fokus mengendarai motornya.
“Astaga!” gumamnya, melihat belakang mobil mewah tersebut terlihat penyok.
“Hei, yang benar kalau bawa motor dong! Mobil diam di tabrak, gimana sih!” protes seorang wanita tersebut.
“Maaf, Nona. Saya tidak sengaja!”
“Saya tidak perlu maaf, ganti rugi!” sentak wanita tersebut.
“Berapa, aku akan menggantikannya?” tanya pria yang entah dari mana datangnya.
“Ku rasa ini lebih dari cukup,” ujarnya meletakkan uang segepok di atas mobil wanita tersebut.
“Hai, Yana. Apa kamu baik-baik saja?” tanya pria itu sembari membantunya untuk berdiri.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
.
next Thor,.di tunggu
2023-04-02
0