Suamiku Suami Sahabatku
Hujan lebat yang menguyur kota x menjadikan jalanan begitu gelap, kebetulan lampu penerangan belum dihidupkan.
Sebuah mobil mewah melintas dengan kecepatan yang sangat kencang, hingga menabrak seorang penyeberang jalan tertabrak.
Pengendara mobil itu adalah Devan Mahendra anak seorang konglomerat yang bernama Hadi Mahendra. Pemuda tampan itu turun dari mobilnya, banyak warga yang akan memukulinya.
"Saya akan bertanggung jawab!" teriaknya dengan kencang.
"Makanya lain kali kalau jalan pelan-pelan!" bentak salah satu warga.
Devan membawa orang yang tertabrak itu ke rumah sakit, dibantu oleh warga. Dengan cepat dia mencari identitas korban, lalu meminta keluarganya datang.
Gadis cantik berlari menyusuri lorong rumah sakit, dia adalah Rena Wijaya anak dari Arman Wijaya yang tak lain adalah orang yang ditabrak oleh Devan Mahendra.
"Ayah, bangun! ini Rena... " ucapnya lirih.
Mata Arman mulai terbuka, dia sadar dari pingsannya. Kemudian memanggil Devan, dan memintanya untuk bertanggung jawab.
Arman meminta Devan untuk menikah dengan Rena saat ini juga, dia takut tidak bisa melanjutkan hidupnya.
"Aku yakin kamu laki-laki yang baik, bisa menjaga putriku dengan baik juga. Berjanjilah untuk menyayanginya," ucap Arman sembari memegang tangan Devan.
Devan menatap Rena yang sedang menangis, dia merasa kasihan dengan gadis cantik itu. Tanpa berfikir panjang Devan sanggup menikah dengan Rena, ia takut terjadi apa-apa dengan Arman.
"Tapi, Yah! Rena belum bisa menikah, kuliah juga belum selesai," jelas Rena.
"Nak Devan sudah bersedia menjadi suamimu, kalau Ayah meninggal sudah tenang," ucap Arman.
Rena sudah tidak mempunyai siapa-siapa lagi selain Ayahnya, Ibunya sudah meninggal sejak melahirkannya. Rena belum sempat melihat wajah Ibunya, secara langsung.
Bagaimana bisa ia akan menikah dengan laki-laki
yang bahkan tidak dia kenal, tetapi semua sudah keputusan Ayahnya jadi tidak ada penolakan.
Keesokan harinya mereka sudah siap dengan baju pengantin, mereka hendak melangsungkan ijab qabul di rumah sakit. Devan datang sendiri, karena dia belum sempat memberi tahu keluarganya. Devan tinggal sendiri di apartemen, sedangkan Papah dan Mamahnya tinggal bersama adiknya.
Ijab qabul berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan, sekarang Rena sudah sah menjadi istri Devan.
"Rena, aku ke toilet dulu," pamit Devan saat istrinya sedang menjaga Ayahnya.
"Iya," jawab Rena singkat.
Devan mencuci mukanya, dia bingung bagaimana caranya mengatakan pada orang tuanya kalau ia sudah menikah. Mamahnya pasti akan kaget, sedangkan Papahnya saat ini masih ada di luar kota.
"Ini orang yang bersama Nona Melia kemarin! tangkap dia," ucap seseorang.
Devan dicekal oleh dua orang yang tidak dikenalnya, dia dibawa ke sebuah ruang inap rumah sakit itu. Kali ini lebih mengejutkan lagi, dia diminta untuk menikah dengan wanita yang sedang dirawat dan tidak sadarkan diri.
"Tunggu! biar aku jelaskan dulu," ucap Devan. Tetapi Devan tidak diberi kesempatan untuk menjelaskan semua.
"Kamu sudah membuat putri ku sakit! mana tanggung jawab mu," ucap seseorang yang tidak dia kenal.
Karena sudah ada penghulu juga, Devan terpaksa melakukan pernikahan itu. Dia juga di ancam akan dibunuh, kalau tidak menikah dengan wanita itu.
"Untung hartaku banyak," ucap Devan dalam hati.
Perlahan Melia mulai menyadarkan diri, dia menangis karena tau kalau baru saja dinikahkan dalam keadaan tidak sadar.
"Kamu sudah sadar, baguslah," kata Devan.
"Melia, suami kamu perhatian sekali ya? dari tadi nungguin kamu sadar," kata Ema yang tak lain adalah Mamah Melia.
"Suami? mana Arvin, Mah?" tanya Melia.
"Disaat kamu kecelakaan, kamu hanya sendiri! Mamah gak tau dimana Arvin," jawab Ema.
Arvin adalah calon suami Melia, rencananya mereka akan menikah dan ternyata mereka mengalami kecelakaan. Padahal baru saja Melia akan memperkenalkan pada keluarganya, tetapi Tuhan berkehendak lain.
Ema pun keluar meninggalkan putrinya dan menantunya, membiarkan mereka berdua berbicara.
"Ingat! gue terpaksa menikahi lu, karena dipaksa sama orang yang diluar tadi. Gue juga udah punya istri," kata Devan.
"Apa? kenapa kamu tidak menolak," ucap Melia.
"Gue diancam mau dibunuh! gimana bisa menolak. Lu, tenang aja, kita nanti bisa cerai," ucap Devan dengan enteng.
Devan kemudian kembali ke ruang dimana Arman dirawat, tetapi dia tidak mengatakan kalau baru saja menikah lagi.
"Gimana keadaan, Ayah?" tanya Devan.
"Sudah membaik sepertinya," ucap Arman tersenyum.
Arman meminta maaf pada Devan, karena sudah memaksanya untuk menikah dengan putrinya. Devan justru bahagia, karena mendapatkan gadis cantik seperti Rena.
"Yah, lebih baik Ayah istirahat! jangan banyak gerak," kata Rena.
"Iya, Sayang! pulanglah dengan suamimu, kamu juga harus istirahat," kata Arman.
Rena menitipkan Arman pada suster, karena dia akan pulang mengambil baju ganti buat Arman. Ia pulang diantar oleh Devan.
"Mas, maafkan Ayah! sudah memaksa untuk menikah dengan Rena," ucap Rena dengan lembut.
Devan hendak mengatakan kejadian tadi di rumah sakit, tetapi tidak tega dengan Rena. Ia takut menyakiti hati Rena. "Gak papa, Rena! aku bahagia menikah dengan mu," ucapnya.
Rumah Rena ternyata sangat besar, ia hanya tinggal berdua di rumah itu. Setelah mengantarkan Rena, Devan pergi ke kantor untuk berkerja. Devan sudah berpamitan pada Rena.
Di kantor Devan langsung memangil Andra, yang tak lain adalah teman sekaligus asisten pribadinya. Dia hendak meminta pendapat pada Andra.
"Ada apa, Van? sepertinya penting sekali," ucap Andra.
"Gue butuh pendapat lu," ucap Devan.
"Apaan? kamu gak lagi jatuh cinta kan," kata Andra.
Devan lalu menceritakan kalau dirinya baru saja menikah dengan dua gadis sekaligus, dia bingung bagaimana mengatakan pada orang tuanya.
"Masalah itu kamu tenang saja, biar aku yang bicara sama Tante Nadia," kata Andra.
"Sekarang lu, handel pekerjaan di kantor! gue beresin istri-istri dulu," kata Devan.
🥀
Melia menangis, dia menyesal menikah dengan Devan. Laki-laki yang tidak dikenalnya dan sudah beristri. Melia kemudian mengambil ponselnya, ia bercerita pada Rena kalau sudah menikah begitu juga sebaliknya dengan Rena.
Melia mengajak Rena untuk bertemu, dia ingin bercerita secara langsung. Karena lewat ponsel tidak bisa diceritakan dengan detail.
Devan datang ke rumah sakit lagi, tetapi menemui Melia lebih dulu.
"Gimana keadaan lu?" tanya Devan.
"Udah boleh pulang, Mamah baru urus administrasi. Kamu kemana aja, jadi suami tidak bertanggung jawab," ucap Melia.
"Tadi ada perlu. Lu, jangan ngatur-atur gue! kalau bukan karena orang didepan pintu itu, kita tidak akan menikah," ucap Devan.
Mamah Melia pun akhirnya datang, mereka kemudian pulang ke rumah Melia lebih dulu. Setelah mengantarkan Melia, Devan pergi ke kantor.
Devan meminta Andra untuk membelikan dua rumah sekaligus yang berjejeran, tetapi Andra menolak.
"Lebih baik cari yang agak jauh, biar mereka tidak curiga," kata Andra
"Terserah lu aja! asal jangan sampai ketauan, aku tidak mau menyakiti hati Rena," kata Devan.
"Beruntung sekali nasib mu! sekali nikah langsung dua istri," ucap Andra kemudian menghubungi orang yang ia suruh untuk mencarikan rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
🫡topi emas off✈︎
akhirnya jadi suaminya tapi apakan setuju itu
2023-05-18
1
ℕℰℕᎶ ⅅℰᎯ
taman naik nya mobil bener bener idaman
2023-05-18
0
🅝ⓞⓝ🄰 𝓓𝓮𝓪
gitu dong tanggung jawab gitu jadi orang
2023-05-18
0