SSS 4

Devan mengobati jari tangan Rena yang terkena pecahan gelas, dia begitu perhatian dengan Rena.

"Lain kali hati-hati, nih udah selesai," ucap Devan.

"Makasih, Mas," ucap Rena.

"Makasih buat apa?" tanya Devan.

"Udah obatin tangan Rena," ucap Rena tersenyum.

"Sayang, itu sudah kewajiban sebagai seorang suami. Masa lihat istrinya terluka diam aja, kan gak mungkin," kata Devan.

Rena kemudian mengambilkan pakaian ganti untuk Devan, setelah itu mereka istirahat karena besok harus beraktivitas.

Pagi hari Rena bangun lebih awal, dia menyiapkan keperluan suaminya dan sarapan pagi. Setelah selesai dan sudah rapi, ia membangunkan Devan.

"Mas, bagun! aku harus ke kampus hari ini," ucap Rena dengan lembut.

Devan sebenarnya sudah bangun tapi belum juga beranjak dari tempat tidur, ia malah pura-pura masih tidur. Devan tersenyum bahagia, baru kali ini mendapat perhatian dari seorang wanita.

"Mas, bagun! nanti terlambat ini sudah siang," ucapnya sembari mengoyak tubuh Devan.

"Apa sayang, kamu gangguin orang tidur aja," ucap Devan dengan suara khas orang bangun tidur.

Rena takut telat berangkat ke kampus, karena ada kuliah pagi hari ini. Setelah selesai sarapan, Devan membantu Rena membereskan meja makan. Baru kali ini Devan melakukan pekerjaan rumah, biasanya kalau di rumah ada Minah yang selalu ada.

Devan mengantarkan Rena pergi ke kampus, dia tidak rela istrinya membawa mobil sendiri.

"Sayang, nanti kalau udah mau pulang kasih kabar ya. Nanti Mas jemput," kata Devan.

"Gak usah Mas, nanti takutnya repot," ucap Rena sembari tersenyum.

Rena lalu keluar dari mobil Devan, sedangkan Devan menuju ke rumah Melia.

"Bagun! cewek jam segini belum bagun," kata Devan mematung didepan pintu kamar Melia. Kalau di rumah ini Devan mempunyai kamar tidur sendiri, ia tidak mau tidur bareng dengan Melia.

"Lu, apaan sih," ucap Melia menutupi tubuhnya dengan selimut.

"Dah bilang belum sama orang tua lu, kapan kita bisa cerai! gue gak mau nyakitin hati istri," kata Devan.

"Kemarin lu bilang jalanin aja dulu, sekarang udah beda lagi," kata Melia hendak bangun dari tidurnya.

Devan menceritakan tentang Rena yang begitu perhatian dengannya, bahkan air mandi saja sampai disiapin sama Rena. Dia juga tidak mau ada perasaan sama Melia nantinya, intinya ia ingin menjaga hati Rena.

"Istri lu baik banget ya, gue jadi iri sama dia," kata Melia.

"Kenapa harus iri?" tanya Devan.

"Waktu lu, banyakkan ma dia! gak adil," ketus Melia lalu mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi.

Devan tersenyum tipis, lalu dia duduk di sofa ruang tengah. Gara-gara sibuk ngurusin istrinya, ia sampai meninggalkan pekerjaan. Dia sudah membayangkan pekerjaan yang menumpuk di kantor.

"Kenapa gue jadi mikirin suami gak jelas itu! masa aku suka ma dia," ucap Melia dalam hati. Melia memang iri dengan istri Devan yang tak lain adalah Rena sahabatnya sendiri, waktu yang diberikan Devan lebih banyak.

"Mel, gue harus ke kantor! duluan ya!" teriak Devan.

"Terserah, lu!" teriak Melia.

Melia menjadi berfikir Devan saja tidak ada romantisnya sama sekali, kenapa istrinya sampai mau mempersiapkan keperluan Devan. "Pamit ke kantor aja teriak kaya tarsan di hutan," gerutu Melia.

Selesai mandi Melia, sarapan lebih dahulu. Kebetulan ada roti tawar dan selai rasa coklat yang dibelinya kemarin. "Mending aku berangkat ke kampus aja! makan sendiri gak ada enaknya," gerutu Melia.

Sampai di kampus Melia langsung memeluk Rena, sudah lama mereka tidak bertemu.

"Rena, ada yang mau aku ceritain ke kamu," ucap Melia.

"Boleh, ayo kita kesana," ucap Rena menunjukkan tempat duduk yang ada dibawah pohon.

"Aku dah nikah, Ren! Maaf gak pakai undangan," ucap Melia dengan wajah penuh penyesalan.

"Sama aku juga dah nikah, pas Ayah kecelakaan," kata Rena.

Mereka berdua tertawa, kenapa nikah saja bisa barengan. Mereka juga tidak menyangka kalau nama suaminya bisa sama, tetapi tidak ada yang berfikir kalau satu orang.

"Suamiku sudah punya istri, Ren. Terus waktunya banyak ma istri pertama," ucap Melia.

"Itu gak adil, protes dong! kalau suami ku suka pulang malam, aku gak suka sebenarnya," kata Rena.

"Ngapain protes, aku sayang sama Arvin dia juga tau! tapi ya gitu, nyesek aja rasanya dibeda-bedakan," kata Melia. Kesel lagi tadi pagi, pamit kerja aja teriak kaya tarsan," Lanjutnya.

Rena tertawa mendengar curhatan Melia, temannya yang cenderung pemberani itu bisa kesel juga. Melia mengajak Rena untuk jalan-jalan dulu sebelum pulang, tetapi Rena menolak karena dia akan dijemput oleh suaminya.

"Sayang, kita jalan yuk! bosen di kampus," kata Arvin yang baru saja datang.

"Eh... ada Arvin. Kamu apa kabar," ucap Rena.

"Baik Rena, kamu tambah cantik aja," ucap Arvin sembari mengedipkan satu matanya.

"Sayang, jangan genit gitu dong sama Rena," sahut Melia.

Mereka bertiga memang terbiasa seperti itu, Arvin hanya bercanda niatnya menggoda Melia agar cemburu.

"Aku pulang dulu ya! kalian jalan aja," kata Rena.

"Gitu dong dari tadi, pengertian kalau temannya mau jalan ma pacarnya," kata Arvin.

"Kamu juga baru datang, Vin," ucap Rena kemudian meninggalkan mereka berdua.

Rena kemudian memberitahu Devan kalau dia mau pulang, ternyata Devan sudah menunggu didepan kampus. Mereka kemudian menuju ke rumah Ayah Rena, kemarin saat disuruh mereka belum datang.

Ayah Rena begitu bahagia melihat putrinya datang dengan suaminya, ada kebahagiaan tersendiri dibenak Ayahnya.

"Rena, Ibu mu pasti bahagia melihat kalian seperti ini," ucap Ayah Rena.

"Ayah, jangan bikin Rena sedih aja," ucap Rena kemudian memeluk Ayahnya.

Rena disuruh Ayah nya untuk istirahat di kamar, sedangkan beliau ada sesuatu yang akan dibicarakan dengan Devan.

Ayah Rena menunjukkan pada Devan foto Ibu Rena, wanita yang begitu cantik. Sangat mirip dengan Rena, makanya Ayah Rena tidak menikah lagi.

"Wanita yang sudah membuat saya jatuh cinta, begitu cantik dan baik. Dia yang selalu mendampingi saya disaat terpuruk, dan selalu ada. Dia juga tidak pernah menuntut meminta sesuatu, hanya waktu yang selalu dia permasalahkan... " ucap Ayah Rena lirih.

Air matanya menetes saat menceritakan tentang wanita yang dia sayang, Devan sampai ikut sedih.

"Devan, Rena itu mirip sekali dengan ibunya. Ayah titip dia ya, kamu harus menjaganya jangan sampai dia terluka," ucap Ayah Rena sembari menepuk pundak Devan.

Devan tidak bisa berkata apa-apa, karena merasa bersalah dia sudah menyakiti Rena secara tidak langsung. Lama-lama apa yang dia sembunyikan akan terbongkar, dia bingung akan mengatakan mulai dari mana.

"Ayah, seandainya Devan menyakiti Rena bagaimana?" tanya Devan.

"Ayah percaya sama kamu, Nak! kamu pasti menjaga Rena," kata Ayah Rena.

"Sebenarnya...

"Ayah, Mas Devan, kita makan siang dulu, yuk," ajak Rena yang memotong ucapan Devan.

Terpopuler

Comments

⧗⃟ᷢʷ

⧗⃟ᷢʷ

Devan anak yang baik udah menolongnya untuk jadi orang baik

2023-05-18

2

𝐀⃝🥀Jinda🤎Team Ganjil❀∂я🧡

𝐀⃝🥀Jinda🤎Team Ganjil❀∂я🧡

makanya punya istri jangan kebanyakan yang ada kamu bangkrut karena meninggalkan pekerjaan kantor mu.

eh iya tadi ketinggalan si Meila nya hihi

2023-05-18

1

𝐀⃝🥀Jinda🤎Team Ganjil❀∂я🧡

𝐀⃝🥀Jinda🤎Team Ganjil❀∂я🧡

kan satu-satu aku sayang Rena
dua-duanya aku sayang Fira
tiga-tiga sayang semuanya

eh ada kah yang ketinggalan 🤔😅

2023-05-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!