Since I Found You

Since I Found You

Lord Loner

Sieseby, Jerman.

Tempat yang sangat indah bak surga dunia. Begitu tenang dan damai. Semilir angin pun menjadikan suasana terasa syahdu, dengan deretan bangunan warna putih beratap jerami. Berhiaskan tumbuhan bunga yang merambat di dinding, atau sengaja ditanam di halaman depan. Semuanya, menambah kesan asri di desa itu.

Di sebuah rumah dua lantai pinggir danau, tampak seorang pria dengan kursi roda yang setia menemaninya. Satu tahun telah berlalu, dari semenjak kejadian yang membuat pria itu harus menanggung beban berat. Menutup diri dari dunia luar. Bersembunyi di dalam kamar, dan hanya merasakan cahaya mentari melalui jendela kaca yang jarang sekali dibuka.

“Sarapanmu sudah siap, Vlad,” ucap seorang wanita yang masuk ke kamar itu, setelah mengetuk pintu terlebih dulu. Dia tak harus mendapat persetujuan dari pria bernama Vlad tadi, untuk keluar masuk ke ruangan tersebut.

“Kuharap, kali ini kau menghabiskannya. Ini adalah makanan kesukaanmu. Itu yang pernah kakekmu katakan padaku dulu,” ucap wanita yang tak lain adalah Elke, ibunda Vlad. Seorang wanita paruh baya berambut pirang dengan sanggul rapi. Mengusung gaya vintage, Elke terlihat begitu anggun dalam berpenampilan.

“Letakkan saja di meja,” ucap Vlad tanpa menoleh kepada sang ibunda, yang berdiri tak jauh di belakangnya.

“Jika kau tak berniat menghabiskan makanan ini, maka biar kusuapi sekarang juga ….”

“Kau tak perlu bersikap berlebihan seperti itu, Bu!” sergah Vlad. Dia menoleh dan menatap tajam kepada Elke. Ada kemarahan yang tak dapat dirinya lampiaskan. Namun, dengan segera Vlad kembali mengarahkan pandangan ke luar jendela. Pada danau yang indah di dekat rumah. Dia hanya dapat mendengkus kesal. Menahan segala gejolak amarah yang makin lama semakin menggunung. “Keluarlah, Bu. Aku ingin sendiri,” usir Vlad dengan halus. Nada bicaranya pun tak sekeras tadi.

“Nak ….” Elke mencoba membujuk sang anak. Akan tetapi, Vlad tak menanggapi. Dia tetap mengarahkan pandangan ke luar, pada air danau yang bergerak tertiup angin.

Jika sudah seperti itu, Elke memilih untuk mengalah. Dia tak ingin berdebat dengan putra semata wayangnya tadi. Elke membalikkan badan, meski harus membawa keterpaksaan. Wanita paruh baya tersebut akhirnya keluar dari kamar. Kembali membiarkan Vlad seorang diri, seperti hari-hari biasanya.

Vlad Ignashevich. Tampan, muda, berkharisma. Dia memiliki sepasang mata biru yang indah. Berpadu sempurna dengan rambut pirang sebahu, yang kini lebih sering dia biarkan tergerai begitu saja. Bukannya tak ada waktu untuk merapikan diri. Namun, Vlad memang tak berniat melakukan hal tersebut.

Apalah artinya penampilan dan ketampanan bagi pria berusia tiga puluh tahun itu. Tak ada lagi yang Vlad inginkan saat ini. Semua ambisi serta hasrat besar untuk menggenggam dunia, sirna sudah ketika dokter memutuskan mengamputasi kaki kirinya. Vlad lebih memilih bersembunyi. Tak membiarkan orang lain melihat dirinya yang cacat.

Sebuah helaan napas berat meluncur dari bibir berkumis itu. Vlad menunduk, memandang bagian bawah tubuhnya yang tertutup kain flannel berwana merah hati dengan corak aneh. Motif yang sama sekali tidak dirinya sukai. Ingin sekali dia menyingkirkan kain itu dari tubuhnya. Namun, jika Vlad sampai melakukan hal tersebut, maka dia akan melihat dengan jelas bahwa dirinya kini telah kehilangan sebelah dari sepasang penopang tubuh tegapnya.

“Vlad, ada tamu untukmu,” ucap Elke yang kembali masuk ke kamar sang anak.

“Apakah Mykola sudah datang?” tanya Vlad saat menanggapi laporan sang ibu.

“Iya. Apa kau ingin menemuinya?” Elke harus meminta persetujuan Vlad terlebih dulu, sebelum mengizinkan siapa pun yang hendak menemui pria itu.

“Suruh saja masuk,” balas Vlad.

“Tapi …,” ucap Elke tertahan. Dia melihat Vlad sudah mengarahkan kursi rodanya ke dekat jendela dengan posisi membelakangi. Hal itu menandakan bahwa Vlad tak ingin bicara, apalagi sampai berdebat. Elke pun keluar dari sana.

Beberapa saat kemudian, seorang pria masuk ke kamar Vlad. Mykola Vanko. Pria berusia dua puluh sembilan tahun. Berambut gelap dengan tatanan rapi ke samping. Mykola memiliki kontur wajah tegas khas pria Rusia. Sepasang iris matanya yang berwarna hitam, membuat dia terlihat agak misterius. Terlebih, karena Mykola memang seseorang yang tidak terlalu banyak bicara.

“Apa kabar, Tuan Ignashevich?” sapa Mykola sopan.

Namun, Vlad tak segera membalas. Dia juga tidak membalikkan kursi rodanya. Pria berambut gondrong tersebut masih memandang ke luar.

Mykola merupakan satu-satunya orang yang biasa mengunjungi Vlad. Dia sudah terbiasa menghadapi sikap tak bersahabat pria berambut pirang tersebut. Karena itulah, Mykola tetap terlihat tenang dengan penyambutan yang dirasa tak menyenangkan seperti saat ini.

“Sombong sekali,” ucap seorang wanita yang suaranya terdengar asing di telinga Vlad. Membuat pria dengan kursi roda itu segera berbalik.

Seketika, pria berambut gondrong tadi memperlihatkan ekspresi terkejut bercampur tak suka. Dia menatap tajam kepada wanita muda yang berdiri di samping Mykola. Vlad, memperhatikan wanita itu dari ujung rambut hingga ujung kaki.

Entah siapa wanita yang Mykola ajak ke sana untuk menemui Vlad. Namun, yang jelas si pemilik kamar tak menyukai ada orang asing masuk ke ruangan pribadinya. Apalagi sampai melihat dia dalam kondisi cacat seperti itu.

“Apa wanita ini kekasihmu? Kenapa kau membawanya kemari?” tanya Vlad dengan ketus.

“Tidak. Dia bukan kekasihku,” bantah Mykola. Pria tampan tersebut melirik wanita di sebelahnya untuk sesaat. Dia tersenyum simpul, lalu kembali mengarahkan perhatian kepada Vlad. “Ini adalah Nona Altea Miller. Mulai saat ini, Nona Miller akan merawat Anda. Kujamin dia tidak akan mengecewakan ….”

“Bawa dia pergi dari sini!” sela Vlad dengan tegas. “Aku tak membutuhkan seorang perawat,” ucapnya kemudian seraya kembali membalikkan kursi roda ke arah jendela kaca.

“Tuan …,” ucap Mykola lagi mencoba membujuk Vlad. Namun, dia segera mengurungkan niatnya, setelah melihat Vlad mengangkat tangan sebatas telinga. Itu merupakan tanda bahwa Vlad tak ingin menerima bantahan.

“Kau tidak bisa seenaknya begitu, Tuan,” protes wanita muda bernama Altea tadi. “Tuan Vanko sudah mengambilku dari yayasan. Pantang bagiku untuk kembali sebelum melaksanakan tugas.”

“Kau bukan pemadam kebakaran, Nona. Kau bisa pergi meskipun api masih berkobar,” sahut Vlad dingin.

“Bagaimana jika aku menolak?” tantang Altea.

“Aku tak menjamin. Kau akan menjilat ludahmu sendiri,” balas Vlad.

“Oh, itu tak masalah. Selama aku masih mendapatkan upah yang layak.” Altea terlihat begitu tenang saat menghadapi sikap dingin Vlad. Membuat pria berambut gondrong itu kembali membalikkan kursi rodanya. Dia menatap Altea dengan intens.

Sementara, Mykola hanya dapat mengembuskan napas pelan. Dia tak ingin ikut campur dalam perselisihan kecil yang berlangsung di depan matanya. Terlebih, saat Mykola melihat ekspresi wajah Vlad yang tampak sangat terganggu. “Ingatlah yang sudah kita bahas tadi sebelum datang kemari, Nona,” tegur Mykola pelan, dengan sedikit gerakan di bibirnya.

Altea yang tadinya seakan hendak menantang Vlad, harus mengurungkan niat setelah melihat isyarat dari Mykola. “Kau yang membayarku, Tuan. Jadi, aku menurut padamu,” ucap wanita muda tersebut. Dia mengalihkan pandangan kepada Vlad. Wanita muda itu tersenyum manis padanya.

“Izinkan aku mengabdi padamu, Tuan. Beri aku waktu dua bulan. Jika selama rentang waktu tersebut kau tak puas atau semakin terganggu oleh kehadiranku, maka kau boleh mengusir diriku kapanpun kau mau,” ucap Altea dengan sikap yang jauh berbeda dari yang dirinya tunjukkan di awal.

Mykola yang mendengarkan hal itu, segera melotot. Dia seperti ingin melakukan protes terhadap Altea melalui sorot mata. “Bukan seperti ini perjanjian awalnya,” gumam Mykola dalam hati.

“Dua bulan terlalu lama. Aku bisa mati depresi karena tertekan oleh kehadiranmu. Kuberi waktu kau sebulan!” tegas Vlad yang tiba-tiba menyetujui tawaran Altea, meski dengan tenggat waktu yang jauh lebih singkat.

“Jika dalam sebulan kau bisa menghibur serta menghilangkan rasa suntukku, maka dirimu boleh mengabdi di sini. Namun, apabila sebaliknya ... jangan pernah berharap bisa kembali lagi kemari!” Tersungging senyuman sinis di bibir tipis Vlad, setelah melancarkan ancaman tersebut.

Terpopuler

Comments

Angspoer

Angspoer

Ya Allah 🤧🤕

2023-05-16

5

Esther Nelwan

Esther Nelwan

aku kasih vote bwt vlad

2023-04-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!