Vlad membalikkan kursi rodanya ke jendela kaca. Itu sebagai pertanda bahwa perbincangan telah selesai. Dia tak berkata apa-apa lagi. Pria itu melanjutkan apa yang biasa dirinya lakukan. Merenung, sambil memandang danau luas di dekat rumah.
Mykola sudah paham dengan isyarat seperti itu. Dia melirik Altea yang masih berdiri sambil menautkan alis. Wanita muda tersebut belum memahami apa-apa. Tugas Mykola lah untuk memberi pengarahan terhadapnya. Pria tampan berambut gelap tersebut, mengajak Altea keluar dari kamar. Dia menutup pintu rapat-rapat. Mykola, membawa Altea menuju ke ruang tamu.
Altea Miller. Wanita muda berusia dua puluh tiga tahun. Cantik juga berani. Dia memiliki rambut panjang sebatas punggung. Tebal dan berwarna cokelat. Walaupun tidak tertata dengan rapi, tapi Altea masih terlihat manis dengan gaya rambut demikian.
Wanita muda itu juga memiliki bentuk tubuh ideal. Perutnya terlihat rata, dan sangat cocok dengan atasan crop top yang dia kenakan. Sedangkan untuk terusannya, Altea memakai celana cargo panjang. Dari penampilannya, sudah menggambarkan seperti apa karakter wanita muda bermata cokelat tersebut.
"Jangan gegabah, Nona Miller. Kau tak tahu seperti apa karakter Tuan Vlad Ignashevich," tegur Mykola seraya mengarahkan agar Altea duduk di salah satu kursi.
"Aku akan segera mengetahuinya," sahut Altea enteng sambil duduk tenang.
"Jangan meremehkan pekerjaan ini," tegur Mykola lagi dengan raut yang terlihat serius. Seharusnya, hal itu sudah cukup dipahami oleh Altea, bahwa Mykola tidak sedang bermain-main.
"Tentu saja tidak, Tuan Vanko. Kau tidak usah mengkhawatirkan hal itu. Aku tahu apa yang harus kulakukan," balas Altea. Dia mengeluarkan sebungkus rokok dari saku celananya. Sebelum Altea sempat mengambil dan menyulut rokoknya, Elke terlebih dulu muncul di sana. Wanita paruh baya tersebut menghidangkan minuman beserta kudapan khas Jerman, Apfelstrudel.
"Kenapa harus repot-repot, Nyonya Ignashevich." Walaupun tidak terlalu banyak bicara, tapi Mykola ternyata pria yang ramah dan tak sungkan untuk berbasa-basi.
"Tidak apa-apa. Kebetulan aku membuat ini untuk Vlad. Tak ada salahnya jika kuhidangkan juga untuk kalian," ucap Elke sembari duduk di salah satu kursi. Wanita berambut pirang tersebut kemudian mengalihkan pandangan kepada Altea yang terlihat ingin sekali mencicipi makanan di atas meja. "Jangan sungkan, Nona Miller." Elke tersenyum hangat kepada wanita muda tersebut.
"Kelihatannya enak sekali, Nyonya. Dulu, mendiang ibuku juga suka membuat kue seperti ini," ucap Altea membalas senyuman Elke.
"Mendiang ibumu?" Elke masih melayangkan tatapan pada wanita muda yang akan menjadi perawat putranya.
"Ya. Ibuku meninggal sekitar enam tahun yang lalu. Setelah itu, aku tinggal bersama ayah dan seorang kakak. Namun, sekarang kakakku sudah berkeluarga," tutur Altea tanpa ada rasa canggung sama sekali.
Sementara Mykola hanya mendengarkan obrolan santai itu sambil memainkan ponsel. Dia sibuk membalas beberapa pesan masuk. Beberapa saat kemudian, Mykola memberi isyarat pada Altea untuk segera menghabiskan minuman dan kue yang ada dalam genggaman wanita muda tersebut.
Altea sempat menautkan alis untuk sejenak. Namun, akhirnya dia mengangguk. “Selama bekerja di sini, di manakah aku akan tidur, Nyonya?” tanya Altea tanpa basa-basi, sambil mengunyah kue dan meneguk espresso-nya dengan terburu-buru.
“Oh. Nanti kusiapkan satu kamar di lantai dua. Di dekat kamar Vlad. Dengan begitu, kau tak akan kesulitan jika harus mendatangi kamar putraku sewaktu-waktu,” jelas Elke ramah.
“Baiklah. Sepertinya itu ide yang bagus,” sahut Altea antusias.
“Kurasa tidak ada masalah lagi, Nyonya. Aku jadi bisa kembali ke kota dengan lega,” ucap Mykola yang sudah beranjak dari duduknya.
“Aku akan mengantar Tuan Vanko,” pamit Altea seraya mengikuti Mykola.
“Terima kasih atas bantuanmu, Mykola. Kau benar-benar mengerti akan keadaanku yang mulai cepat lelah,” ucap Elke sembari melambaikan tangan pada Mykola yang sudah tiba di ambang pintu.
“Sudah seharusnya aku membantumu, Nyonya,” balas Mykola seraya mengangguk. Dia menutup pintu depan setelah Altea sudah berada di luar rumah.
“Apa yang kau rencanakan, Nona Miller?” tanya Mykola penasaran. Tatap matanya terfokus pada Altea. Dari ekspresi yang dia tunjukkan, terlihat jelas bahwa pria itu merasa keberatan.
“Aku tidak merencanakan apapun, Tuan,” jawab Altea enteng.
“Perjanjian kita sedari awal adalah membuatmu bekerja melayani Tuan Vlad Ignashevich tanpa batas waktu,” ucap Mykola dengan kata-kata penuh penekanan.
“Anda bisa melihat sendiri bahwa Vlad menerima kehadiranku dengan sangat terpaksa. Lalu, apa lagi yang harus kulakukan?” Altea menggeleng tak mengerti. "Sepertinya, dia tak bersahabat dengan manusia," celetuk Altea seenaknya.
"Jangan asal bicara, Nona Miller," tegur Mykola.
"Astaga. Kau dan pria di dalam sana benar-benar tak memiliki selera humor," cibir Altea.
“Sudahlah. Tugasmu adalah membuat Tuan Vlad bisa menerimamu. Karena itulah kau kubawa kemari,” tegas Mykola.
Altea terdiam melihat raut wajah Mykola yang semakin serius dan tampak sedikit menakutkan.
“Ingat kesalahanmu, Nona. Aku adalah kunci yang dapat membawamu ke dunia bebas atau kehidupan serba terbatas di balik jeruji besi,” ancam Mykola dengan gaya bicara yang tenang. Dia membalikkan badan menuju mobil mewahnya. Meninggalkan Altea yang masih terpaku di depan pintu.
Mykola berdecak kesal, ketika membuka pintu mobil. Dia berusaha duduk nyaman di balik kemudi. Mykola sempat mengetuk-ngetukkan jari, lalu menoleh pada Altea yang masih berdiri di tempatnya, sebelum mengarahkan pandangan ke depan.
Pria rupawan itu mulai menjalankan mobil dengan kecepatan sedang menuju Hamburg, kota metropolitan terdekat. Dalam perjalanan itulah, benaknya memutar kejadiaan saat pertama kali bertemu dengan Altea.
Waktu itu, Mykola sedang terburu-buru hendak mengadakan pertemuan penting, di restoran mewah yang terletak tak jauh dari kantor tempatnya bekerja. Perusahaan besar milik Vlad Ignashevich berada dalam tanggung jawabnya, sejak sang tuan memilih untuk bersembunyi dan menghindar dari manusia.
Jarak restoran yang tak terlalu jauh dari kantor, membuat Mykola memutuskan untuk berjalan kaki. Saat hendak menyeberang, dia bertabrakan cukup keras dengan seorang wanita.
Mykola tak terlalu memedulikan hal itu. Dia melanjutkan langkah menuju restoran.
Namun, tatkala jamuan makan siang berlangsung, saat itulah dia menyadari bahwa jam tangannya lenyap dari pergelangan. “Astaga.” Mykola tertawa pelan. Menertawakan kebodohannya yang tak menyadari bahwa dia telah kecopetan. Dalam sepersekian detik, Mykola sudah dapat menebak siapa pelakunya. Tentu saja wanita yang menabraknya tadi.
Mykola tetap bersikap tenang dan fokus pada acara makan siang, sekaligus pertemuan bisnis yang teramat penting tersebut. Tak dipedulikannya jam tangan mewah berharga ribuan Euro yang hilang. Dia masih memiliki belasan koleksi lain, di walk in closet penthouse miliknya.
Dua jam telah berlalu. Mykola begitu serius membahas beberapa topik bersama para kolega, hingga mendapatkan kata sepakat. Pertemuan itu menghasilkan keputusan yang menguntungkan perusahaan. Jamuan makan siang itu pun ditutup dengan jabat tangan hangat penuh keakraban.
Perasaan puas dan lega mengiringi langkah pria asal Rusia tersebut, saat keluar dari restoran. Dia bermaksud kembali ke kantor. Namun, ketika dia hampir menginjakan sepatu pantofel di aspal tempat penyeberangan khusus pejalan kaki, Mykola mengurungkan niat. Tiba-tiba, tercetus ide dalam benaknya untuk mengambil rute memutar.
Apa yang dia lakukan, memang menghabiskan banyak waktu. Namun, tak masalah baginya. Selama dia bisa mendapat hiburan.
Langkah kaki Mykola, membawa dia ke deretan pertokoan. Beberapa di antaranya adalah butik-butik mahal yang menjual merek pakaian ternama. Dia lalu teringat pada ulang tahun Jessie, sekretaris yang sudah banyak membantu pekerjaannya.
“Satu stel pakaian kerja dengan harga mahal, mungkin cukup untuk menunjukkan rasa terima kasih dan penghargaanku padanya,” gumam Mykola dalam hati. Dia memasuki sebuah butik ternama.
Mykola sempat berhenti untuk mengagumi penataan ruangan yang tampak begitu elegan dan indah. Dinding butik didominasi oleh kaca serta lampu gantung kristal yang begitu artistik dan terlihat mahal.
Mykola kembali berjalan dan menyusuri setiap rak gantung, untuk mencari setelan yang sesuai. Lagi-lagi, dia harus berhenti saat pandangannya menangkap sesosok wanita yang terlihat tidak asing baginya.
Diam-diam, Mykola mengawasi wanita muda itu dari balik rak gantung yang berhasil menyembunyikan tubuhnya. Namun, Mykola masih dapat memperhatikan setiap gerak-gerik dilakukan oleh gadis berambut cokelat itu.
Mykola memperkirakan gadis itu berusia di bawahnya. Mungkin sekitar usia dua puluhan. Gadis itu tengah sibuk menggosok bagian dalam krah baju yang dibawanya. Dia lalu membawa baju tersebut ke dalam bilik ganti.
Merasa penasaran, Mykola terus mengikuti si gadis sampai di depan kamar dengan tirai abu-abu tersebut. Dia menungunya di sana, sampai wanita muda tadi keluar dan membuka tirai.
Gadis itu tampak sangat terkejut, ketika melihat sosok jangkung, berdiri menghadang jalannya. “Permisi. Aku ingin lewat,” ujarnya.
“Di mana kau sembunyikan baju tadi?” tanya Mykola tanpa memedulikan ucapan si gadis.
“Baju apa? Aku tidak mengerti maksudmu,” kilah gadis itu dengan wajah tak berdosa.
“Baju yang sempat kau rusak barcodenya,” jawab Mykola sambil tersenyum kalem.
“Apakah baju tadi sedang kau sembunyikan di balik kemeja super besar dan celana kargo yang kau pakai itu?” tukasnya.
“Ah! Aku tidak ada waktu untuk lelucon macam ini.” Gadis itu mengelak sambil tertawa pelan. Dia hendak berlalu begitu saja dari hadapan Mykola.
Namun, sebelum gadis tadi benar-benar pergi, Mykola lebih dulu mencekal lengan wanita muda itu sembari berbisik, “Aku adalah saksi mata perbuatan kriminalmu, Nona. Pertama, kau telah mencuri jam tanganku. Asal kau tahu, jam tangan yang kupakai itu hanya diproduksi lima puluh buah saja di seluruh dunia. Kau bisa membayangkan betapa mahalnya, bukan?”
“Jika kau hendak menjualnya pada penadah, pasti kau hanya mendapatkan sedikit keuntungan. Mereka tak mungkin membayar benda itu dengan mahal. Lagi pula, jam tangan itu tak dilengkapi sertifikat ataupun surat-surat penunjang keasliannya,” ucap Mykola masih sambil berbisik.
“Kedua. Harga baju yang kau curi ini juga cukup mahal. Setara upah pekerja bagian produksi selama tiga bulan. Aku bisa dengan mudah menyeretmu ke bagian keamanan dan membuktikan ucapanku, bahwa kau adalah seorang pencuri. Kau bisa ditangkap dan diseret ke kantor polisi, lalu diadili. Jika kau tak ingin dipenjara, dirimu bisa membayar denda yang nominalnya berkali-kali lipat lebih banyak dari barang yang kau ambil ….”
“Baiklah! Aku mengaku salah dan kalah! Apa yang harus kulakukan!” Dengan berani, wanita muda itu memotong perkataan Mykola begitu saja.
“Aku menawarimu pekerjaan tanpa batas waktu,” jawab Mykola sambil tersenyum penuh arti. “Aku juga akan memberikanmu gaji yang sesuai. Jadi, kau tak perlu melakukan tindakan kriminal lagi seperti ini,” pungkasnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Angspoer
kupikir altea bakal digeplak sambil bilang "No Smoking!" hehe
2023-05-16
2