Angel From Heaven

Elke mengantar Altea ke kamar yang akan wanita muda itu tempati. Letaknya memang berdekatan dengan kamar milik Vlad. Altea tak harus menempuh hingga sepuluh langkah, untuk dapat menjangkau ke ruang pribadi pria yang akan dirinya rawat tersebut.

“Semoga kau betah di sini, Nona Miller,” ucap Elke setelah menunjukkan kamar dengan ukuran tidak terlalu luas itu.

“Tentu, Nyonya. Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk merawat putra Anda,” balas Altea.

“Kuharap begitu ….” Elke menjeda kata-katanya. Dia menatap Altea beberapa saat. Memperhatikan wanita muda tersebut dari ujung rambut hingga ujung kaki. Perhatian Elke terpaku pada atasan crop top yang Altea kenakan. “Apa kau membawa banyak pakaian saat datang kemari, Nona Miller?” tanyanya setelah sempat terdiam.

“Tidak terlalu banyak. Aku hanya membawa beberapa. Namun, aku bisa pulang terlebih dulu untuk membawa pakaian lagi jika ….”

“Apa kau tak keberatan jika kuberikan pakaian yang telah kusiapkan untukmu?” tanya Elke hati-hati.

Altea tak segera menjawab. Wanita muda itu berpikir sambil menatap ibunda Vlad. Altea seperti tengah mempertimbangkan tawaran tadi. “Apakah itu seperti seragam untuk seorang baby sitter?” tanya si pemilik rambut cokelat tersebut.

“Um … ya, anggap saja begitu,” jawab Elke ragu. Dia tak yakin jika Altea bersedia, terlebih setelah dirinya melihat ekspresi wanita muda itu yang tampak keberatan. “Ah, lupakan. Aku hanya memberikan penawaran untukmu. Tak harus kau setujui. Namun, aku akan tetap memberikan pakaian yang sudah kusiapkan. Kau tak perlu memakainya jika merasa tak nyaman.” Elke tersenyum lembut. Dia lalu keluar dari kamar. Meninggalkan Altea seorang diri.

Sepeninggal Elke, Altea segera meletakkan ransel kecil yang dia bawa sejak tadi. Tas itu berisi beberapa potong pakaian yang selalu dirinya bawa ke manapun. Ke manapun? Ya.

Altea bukan tak memiliki tempat tinggal. Namun, dia memilih hidup di jalanan dan tidur di mana saja yang dirinya inginkan.

Altea memiliki banyak teman. Dia biasa menginap di rumah siapa saja, yang bersedia menampung dirinya untuk satu atau dua malam. Seperti itulah kebiasaan gadis dua puluh tiga tahun tersebut. Jika saat ini Altea mendapatkan kamar yang tidak senyaman hotel bintang lima, maka bagi dia sudah merupakan sebuah surga. Setidaknya, wanita muda itu memiliki tempat tidur sendiri.

“Ah, nyaman sekali,” ucap Altea sembari mengempaskan tubuhnya ke atas kasur. Dia memandang langit-langit dengan lampu gantung sederhana. “Apa yang harus kulakukan saat merawat pria cacat itu?” gumamnya. Altea mengembuskan napas kasar, sebelum dia mendengar sebuah suara yang entah berasal dari mana.

Altea segera bangkit. Dia mengedarkan pandangan ke setiap sudut kamar. Pandangan wanita muda itu akhirnya terkunci pada sebuah benda di atas buffet kayu yang berada tak jauh dari tempat tidur. Benda itu mirip sebuah radio pemanggil. Di sana, tampak warna merah yang terus menyala.

Dengan ekspresi yang dipenuhi keraguan, Altea beranjak dari ranjang kecil tadi. Dia berjalan ke dekat buffet kayu itu. Diraihnya radio pemanggil yang masih menyala tersebut. Dia lalu menekan tombol untuk menerima panggilan yang masuk.

“Lambat sekali.” Suara seorang pria terdengar di sana.

“Siapa ini?” tanya Altea ragu.

“Tetangga kamarmu, Nona,” jawab si pemilik suara tadi.

“Tuan Ignashevich?” Altea menggerakan bola matanya dengan tidak beraturan.

“Kau pikir siapa? Malaikat dari surga?” sindir Vlad yang seketika membuat Altea tertawa renyah. “Apanya yang lucu?” tanya pria itu sinis.

“Tentu saja kau, Tuan,” jawab Altea polos. “Apa kau membutuhkan sesuatu?” tanya Altea.

“Haruskah kau bertanya?” Vlad balik bertanya.

“Baiklah.” Altea meletakkan radio pemanggil tadi begitu saja di atas buffet. Dia bergegas keluar kamar. Dengan langkah cepat, wanita muda itu berjalan menuju kamar Vlad.

Setibanya di depan pintu, Altea langsung mengetuknya pelan. Tanpa menunggu jawaban dari dalam, si pemilik mata cokelat itu masuk ke sana.

Di dalam kamar, Altea mendapati Vlad tengah duduk dekat jendela. Seperti biasa, pria itu tengah memandang keluar. Pada bentangan danau yang indah tak jauh dari kediamannya.

Altea melangkah perlahan ke dekat Vlad berada. “Tuan,” sapanya pelan.

Akan tetapi, Vlad tak menjawab. Menoleh pun tidak. Pria berambut sebahu itu, masih asyik dengan objek di luar sana yang menjadi fokus perhatiannya.

Merasa penasaran, Altea mencoba mengikuti arah pandang pria tampan di sebelahnya. Namun, dia tak menemukan sesuatu yang aneh, selain dari sekumpulan air yang bergerak karena embusan angin. Altea lalu mengalihkan perhatiannya kepada Vlad. “Apa kau lapar, Tuan?” tanyanya.

“Tidak,” jawab Vlad singkat.

“Apa kau ingin kudapan?” tanya Altea lagi.

“Apa bedanya dengan pertanyaan pertama?” Vlad menanggapi tanpa menoleh sedikit pun, kepada wanita cantik dengan rambut yang sedikit acak-acakan tersebut.

“Tidak ada,” jawab Altea enteng. Dia kembali melirik pria berambut pirang yang masih menerawang keluar jendela. Altea tak tahu harus berkata apa. Karakter pria itu tak seperti teman-temannya yang banyak bicara dan menyenangkan. “Astaga. Ada apa dengan pria ini?” gumam wanita muda itu dalam hati.

Kebisuan mulai bertahta. Vlad larut dalam pikirannya sendiri. Sedangkan Altea sibuk memikirkan cara agar dirinya bisa nyaman berada di sana. Sebuah ide tiba-tiba tercetus dalam benak si pemilik postur 170 cm tersebut. Altea tersenyum sendiri. Dia kembali melirik Vlad. Sejak tadi, posisi pria itu tak berubah sama sekali. Sesuatu yang terlihat sangat membosankan.

“Apa kau memiliki sahabat tak kasat mata, Tuan?” Sebuah pertanyaan yang teramat konyol, tiba-tiba terlontar dari bibir wanita dua puluh tiga tahun tersebut.

Vlad yang sejak tadi mengarahkan pandangan keluar, langsung mengalihkan perhatiannya. Dia menatap aneh kepada Altea. “Maksudmu?” Pria tampan bermata biru itu menautkan alis karena tak mengerti.

“Ya, semacam sahabat hantu,” jawab Altea. Ucapannya terdengar semakin konyol. “Menurutku, kau seperti tak menyukai kehadiran manusia,” celetuk Altea enteng.

Vlad menyunggingkan senyuman sinis saat mendengar ocehan tak jelas wanita muda itu. Dia kembali menatap keluar jendela. “Aku tak tahu dari mana Mykola menemukanmu,” ucap pria itu dingin.

“Memangnya kenapa?” tanya Altea.

“Lihatlah penampilanmu.” Vlad menoleh sejenak kepada Altea, sebelum kembali menatap keluar. “Yayasan mana yang menerima wanita urakan seperti dirimu,” ujarnya masih terdengar sinis.

Altea sendiri tak berniat menanggapi ucapan Vlad barusan. Dia sama sekali tak punya bayangan untuk berkata bohong. Akan tetapi, Altea juga tak mungkin mengatakan bahwa dirinya menerima pekerjaan menjadi merawat Vlad hanya agar terbebas dari jerat hukum. “Yayasan yang menaungiku tidak mewajibkan untuk berpenampilan ….” Sebelum Altea sempat menyelesaikan kalimatnya, suara ketukan di pintu membuat wanita itu segera terdiam. “Akan kubuka,” ucapnya.

Altea berjalan menuju pintu. Dia lalu membukanya. Tampaklah wajah ramah Elke dengan senyuman hangatnya. Di tangan wanita paruh baya tersebut, ada sebuah nampan berisi makanan. “Ini untuk makan malam Vlad,” ucapnya.

“Seharusnya kau memanggilku turun dan mengambil nampan ini, Nyonya,” jawab Altea tak enak.

Elke menanggapinya dengan menggeleng pelan. “Apakah Vlad yang menyuruhmu kemari?” tanyanya setengah berbisik.

“Iya, Nyonya. Dia memanggilku lewat radio pemanggil,” jawab Altea tak kalah pelan.

“Apa dia menyuruhmu melakukan sesuatu?” tanyanya lagi dengan suara yang semakin pelan.

“Tidak ada, Nyonya. Dia hanya menyuruhku diam dan berdiri di sebelahnya. Ini sangat membingungkan.” Kening Altea berkerut. Dia menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Sementara, raut wajah Elke berubah ketika mendengar jawaban Altea. Dia memandang wanita muda itu dengan sorot penuh arti.

“Ini adalah suatu keajaiban, Nona Miller,” ujar Elke, membuat Altea bertanya-tanya.

“Keajaiban apa?” tanya wanita dengan atasan crop top putih itu.

“Sebelumnya, Vlad tak mau ada seorang pun yang mendeka meski hanya untuk beberapa detik. Jangankan memanggil agar masuk ke kamar,” terang Elke seraya tersenyum samar.

Altea hanya tersenyum setelah mendengar itu. Dia menoleh kepada Vlad yang masih berada dekat jendela. Apa yang Elke katakan memang terdengar sangat manis. Namun, jika melihat sikap Vlad terhadapnya, Altea merasa tak yakin.

Terpopuler

Comments

Miracle

Miracle

ko ini sedikit yaa pembacanya.. padhl asik loo tata bahasanya.., mdh2n selanjutnya alur ceritanya oke juga.. 😉😉

2023-06-21

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!