Cinta Berakhir Kematian
Langkah kaki membawanya menyusuri jembatan. Sore hari yang indah ini begitu cocok untuknya karena dia baru saja menerima kenyataan.
"Maaf, aku tidak tahu kalau Ibuku akan menolakmu." ucap Surza Norka. Seorang Pria yang memiliki wajah tampan dengan kekayaan di sisinya.
Wanita yang berjalan menyusuri jembatan itu, memiliki tinggi badan 160cm dengan rambut panjang yang dikuncir kuda. Dia berbalik badan dan melihat pria yang baru saja mengajaknya berbicara.
"Untuk apa bersedih, lagi pula apa yang di katakan ibumu itu benar. Aku, tidak pantas untuk keluarga kalian." tuturnya.
Surza Norka mendekat ke arah Wanita yang masih menunjukkan senyumnya. Dia memeluk wanita itu dan berucap, "Vie Maherqi, maafkan atas apa yang dikatakan oleh Ibuku. Aku tidak bisa mengambil keputusan yang bertentangan dengannya. Dia, Ibuku satu-satunya, maaf."
Vie Maherqi, wanita berusia 22 tahun itu membalas pelukkan dari kekasihnya. Tidak, bukan lagi kekasih, melainkan mantan kekasih. Hubungan dari sekolah menengah akan berakhir di sini.
Usia kekasihnya baru saja menginjak 23 tahun. Di usia itu, mereka berencana untuk menikah. Namun, semua rencana hancur setelah penolakkan keluarga Norka.
"Dia Ibumu, sedangkan aku adalah orang asing yang dinilai tidak mampu bersanding denganmu. Surza, turuti apa yang Ibumu katakan. Karena semua itu, ada benarnya." ucap Vie.
Pelukkan mereka berakhir dengan Vie meninggalkan kekasihnya. Hubungan mereka berakhir di sini. Cinta pertama yang memberi keindahan dengan sejuta kenang-kenangan, akan di lenyapkan setelah mereka berpisah.
Vie, menaiki sebuah taksi yang dia pesan. Dengan bersandar di kursi mobil, dia mengingat bagaimana perlakukan keluarga Norka padanya.
"Jadi nama kamu Vie ya, tidak ada marga di dalam namamu, nak?" tanya Nyonya Norka, Ibu Surza.
Duduk di ruang tamu dalam rumah megah tidak membuat Vie norak. Dia tetap tenang dengan senyum yang selalu terukir.
"Marga? Hm, Vie punya, cuma tidak seterkenal Marga Norka, Tante." sahutnya.
Mendengar hal itu, wajah Nyonya Norka berubah seketika. Yang tadinya ramah tamah menjadi dingin dengan pandangan merendahkan.
Vie tetap tenang, Dia menunggu pertanyaan selanjutnya dari calon mertua.
"Maaf ya Nak, tante tidak bisa menyetujui hubungan ini. Secara, margamu saja tidak seimbang dengan marga kami. Orang-orang akan memandang buruk keluarga ini, mendapatkan menantu dari orang yang tidak di kenal. Maaf banget," tutur Nyonya Norka.
Vie mengangguk, dia segera bangun dan bergegas pamit setelah mendengar hal itu.
"Hanya karena Marga, apakah hubungan seseorang harus dari Marga dulu?" gumam Vie. Mengingat kejadian itu, dia ingin tertawa.
"Pak, mau tanya boleh engak?" Vie berbicara dengan supir yang mengendarai mobil. Rasa bosannya dan sedikit kesal membuatnya ingin mencari pelampiasan.
Namun, tidak ada tempat seperti itu. Dia pun memutuskan berbincang dengan Pak Supir agar perasaan campur aduknya menghilang.
"Silahkan mbak," sahut Pak Supir.
Vie tersenyum, "Pak, menurut Anda apakah wanita yang Marganya rendahan itu, selalu di pandang buruk oleh orang lain?"
"Aduk mbak, kok bertanya masalah Marga. Siapa yang mau mbak kalau Marga rendahan, saya pun tidak akan mau, takut ketularan. jadi bisa membuat kita mengalami kesialan loh. Emang, Marga mbak apa ya?" Jawab Pak Supir.
Mendengar hal itu, senyum yang terukir dibibir Vie menghilang seketika. "Yeah, Marga itu penting ya Pak," ucap Vie dengan nada mencibir.
Pak supir sedikit bingung mendengarnya. Dia ingin bertanya tapi tempat tujuan telah tiba. Mobil pun berhenti di gerbang besi yang bercorak hitam. Ada tiang yang bertulisan 'MAHERQI' di sana.
"Bekerja sebagai pelayan di sini, Mbak?" tanya Pak Supir dengan mengambil kesimpulan dari penglihatannya.
Vie tersenyum, dia melangkah keluar dari mobil taksi. Seorang pengawal bergegas mendekatinya.
"Selamat sore Nona Muda Vie," ucap pengawal itu.
Pak supir yang membuka kaca jendela mobil terteguh, dia menatap dengan mata membelak.
"Pak, Marga ku Maherqi, namaku Vie Maherqi. Terima kasih jawaban Anda. Oh ya, Pengawal tolong," Vie meninggalkan pengawal. Sedangkan Pak supir yang mendengar itu terdiam di tempat.
Masuk ke dalam gerbang, Vie melihat seorang wanita dengan tinggi yang tidak jauh darinya. Hanya, umur mereka yang berbeda satu tahun.
"Vie!" teriak Tiasa Ina. Wajah cantik dengan kulit putih miliknya. Berbanding jauh dengan Vie yang berkulit sawo matang.
"Hm," Vie sedang tidak ada minat untuk berbicara dengan orang lain. Pikirannya saat ini masih mengingat tolakkan Ibu Surza dan Pak Supir.
Tiasa Ina, wanita berusia 21 tahun menatap bingung dengan keponakkannya ini. Tiasa Ina adalah Adik Sepupu Ayahnya Vie.
"Ada apa denganmu hm? Bukankah hari ini, Kau akan bertemu dengan ibu mertua. Bagaimana hasilnya?" tanya Tiasa.
Vie menghela napas dan mempercepat langkahnya.
Tiasa segera mengejar Vie. Dia melangkah mengikuti keponakkannya itu.
Setiba di dalam rumah, seluruh keluarga berkumpul di ruang tamu. Vie dan Tiasa terteguh melihatnya.
"Wow, acara apa nih? Kok aku engak tahu ya," celetuk Tiasa yang memang tidak tahu apa pun.
Vie mengangguk kepala menyetujui ucapan Tantenya itu.
"Kemarilah cucu tertuaku dan Tiasa." seru Kakek kepala keluarga Maherqi, Guvan Maherqi.
Tiasa segera duduk di sofa kosong sedangkan Vie memilih untuk berdiri di belakang sofa.
"Ada apa denganmu?" tanya Otavi Inoel, wanita yang sedikit berisi itu berusia 21 tahun, lebih tua satu bulan dari Tiasa.
Tidak tinggal diam, wanita lain bernama Nala Bi yang berusia 17 tahun ikut menatap Vie. "Pasti Kak Vie baru saja di tolak mentah keluarga Norka." tebaknya.
Vie segera menoleh ke arah adik sepupunya itu. Dia tersenyum, "oh benar sekali."
Kepala keluarga Maherqi segera menyuruh Vie untuk duduk di sampingnya. mau tidak mau, Vie duduk di sana.
"Cucuku, cucu pertama, anak pertama, perempuan lagi. Jangan patah semangat, lelaki masih banyak diluar sana. " ucapnya.
Vie mengangguk. "Iya Kek," sahutnya.
"Oke, sekarang kita langsung ke intinya saja. Lihat di meja itu, ada empat undangan dengan nama kalian di sana." ucap Kakek Durvan.
Vie, Otavi,Tiasa dan Nala segera mengambil undangan tersebut. Mereka membuka masing-masing undangan dan membacanya.
"Kami, mengundang Kamu untuk hadir dalam program khusus," ujar Vie.
Tiasa juga membaca bagiannya, "Kalian di pilih oleh kami dalam program ini, membuktikan kalian layak,"
"Menjadi calon istri dari Tuan Muda kami," Alis Otavi berkedut.
"Kami, keluarga besar Michael. Membuat program ini untuk mencari calon istri bagi penerus kami. Jika berkenan untuk ikut, bersiaplah. Kami akan menjemput kalian." tutup Nala dengan terkekeh.
"Apa-apaan ini, mereka bukannya keluarga yang terkenal di kota S ini kakek?" lanjut Nala.
Kakek Durvan mengangguk, "hm ... kalian berempat terpilih menjadi calon-calon istri penerus mereka."
"Untuk apa ke sana," celetuk Vie.
"Untuk mencari jodoh dong Vie, kau baru saja di tolak keluarga Norka. Kenapa tidak mencoba keluarga ini saja. Oh ya, katanya kalau tidak terpilih, akan mendapatkan hadiah lain." ujar Ibu Vie, Rusmi Maherqi.
Vie hanya menghembuskan napasnya dengan perlahan. "Seterah lah," ucapnya.
"Baiklah, kemasi barang kalian untuk tinggal di sana. Oh ya, kalian akan tinggal selama satu bulan." ucap Kakek Durvan.
"Apa!!!"
...●●●...
MICHAEL PROGRAM, tulisan itu terpajang di depan mata. Vie menarik kopernya bersama Tiasa,Otavi dan Nala.
Masuk ke halaman utama dari tempat megah itu. Mereka saat ini berada di sebuah Vila terbesar kota S. Vila itu berdekatan dengan sungai panjang di kota itu. Di tambah, letak Vila ini jauh dari pemukiman.
"Gila, kita hanya tinggal di sini berempat?" tanya Tiasa.
"Tidak, ku rasa itu mustahil. Kan adanya program ini karena mereka mencari calon istri. Jadi, tidak mungkin kita berempat." sahut Ovati.
"Apa yang tidak mungkin?" tanya Nala.
Vie hanya diam mendengarkan pembicaraan mereka bertiga. Dia memperhatikan halaman luas di Vila ini. "Program khusus? Tidak salah nih?" gumamnya.
"Kalian tidak tahu, penerus Keluarga Michael terdapat lima orang, yang pertama itu kalau engak salah Michael Fiqer." jelas Otavi.
"Fiqer? Namanya terkesan aneh," ujar Tiasa.
"Hm, aku pun berpikir hal yang sama." sahut Nala.
"Entahlah, aku tidak tahu orangnya. Sedangkan yang Kedua, Michael Kelvi." sambung Otavi.
"Kelvi, lumayan. Pasti tampan," Tiasa membayangkan bagaimana wajah Kelvi itu.
"Eh, jangan berhayal dulu. Siapa tahu nanti berakhir seperti Kak Vie, di tinggal kekasih karena pendapat Ibunya." celetuk Nala.
Baik Otavi maupun Tiasa. Mereka saling menegur Nala dari lirikkan mata.
Vie tahu kalau saat ini, mereka sedang menahan diri agar tidak menyinggungnya. "Apa yang sedang kalian lakukan? Aku tidak akan kehilangan rasa cinta. Hanya sebuah cinta pertama. Semua akan tergantikan dengan cinta yang lain." ucap Vie.
Ketiga orang itu hanya mengangguk dan segera mengikuti langkah Vie. Mereka akan memasuki Vila megah ini.
Setibanya di dalam. Sudah ada sekitar 16 orang yang berkumpul di ruang tengah. Ruangan itu begitu luas hingga membuat mata berbinar melihatnya.
"Banyak sekali yang di undang, hm ...," Tiasa menghitung jumlah orang yang ada di dalam ruangan. "Wow, semua berjumlah 20 orang." lanjutnya.
"Banyak sekali, ini pencarian calon istri apa selir?" celetuk Vie. Dia memperhatikan semua yang tiba di sini. Ada yang cantik, tambah cantik, bahkan lebih cantik pun ada. Yang terpenting, mereka bukan dari keluarga sembarangan.
"Tante Otavi, lanjutkan ceritamu. Siapa saja penerus keluarga Michael." tutur Nala dengan rasa penasaran.
Otavi mengangguk. "Yang Ketiga, Michael Senja. Keempat, Michael Resga. Terakhir, Michael Burka."
"Berarti totalnya lima orang?" tebak Nala. Otavi mengangguk kembali sebagai jawabannya.
"Mereka serakah atau bagaimana, Lima orang penerus memilih 20 orang yang ada di sini? Wow, luar biasa." ucap Tiasa.
Vie mengangguk setuju. "Yeah, Kalau tidak salah, Kepala keluarganya pun, ah maksudnya Ayah mereka juga memiliki lima istri." ucapnya. Otavi mengangguk setuju.
Nala dan Tiasa seketika tercenga mendengarnya. Mereka benar-benar tidak menduga, kalau keluarga Michael seperti ini.
"Tapi ada satu hal yang pasti Vie. Mereka, para penerus keluarga Michael, hanya di suruh menikah dengan satu wanita." imbuh Otavi.
Vie mendengus dan segera mendekati kerumunan orang. "Kalian juga pernah di tinggalkan. Jangan berharap lebih pada pria." tuturnya.
Otavi dan Tiasa merasa tertohok. Mereka berdua memang mengalami hal yang sama. Berakhirnya cinta pertama karena beberapa hal. Otavi yang di tolak karena badannya gemuk. Sedangkan, Tiasa terlalu kurus.
"Haha, di ulti sama Kak Vie." ejek Nala yang segera menyusul Vie.
"Nasib-nasib," gumam Otavi dan Tiasa bersamaan.
Berdiri dalam kerumunan orang-orang. Seorang pria berjas datang dengan ponsel di tangannya. "Selamat pagi semuanya, terima kasih sudah memenuhi undangan kami dengan mengikuti program ini. Saya harap, kalian tidak sedang menjalin sebuah hubungan dengan orang lain."
"Ah, perkenalkan namaku Faga, Seketaris keluarga Michael." lanjut Faga dengan mengarahkan ponselnya pada dinding di belakang.
Terlihat silde seperti kita tengah melakukan presentasi di ruang kerja. "Oke, pertama-tama ... program ini seperti judulnya, Sekolah Calon Istri. Kami akan mencari calon istri dari 20 orang untuk menjadi pendamping Lima penerus keluarga Michael."
"Seperti yang sudah kalian tahu, keluarga Michael merupakan keluarga ternama. Jadi, harap untuk tidak bertindak macam-macam. Satu lagi, jangan melakukan sesuatu di luar dugaan kami."
"Oh ya, ada beberapa hal yang akan saya sampaikan. Pertama, kalian akan berinteraksi secara langsung dengan lima penerus keluarga Michael."
"Lalu, Kedua, kalian tidak berhak menentukan keputusan karena yang mementukan semua itu ada di tangan para penerus."
"Selama berada di sini, kebutuhan kalian akan tercukupi. Namun, untuk memasak, semua harus membuatnya seorang diri. Bahan-bahan masakkan lengkap di dapur, jadi tidak perlu khawatir."
"Oh ya, usia semua orang di sini hanya sekitar 22 tahun. Yang paling muda di sini, dia!"
Semua mata menatap ke arah Nala. Karena dialah yang berusia 17 tahun.
"Oke, jadi perhatikan tingkah kalian mengerti. Untuk kamar dan hal-hal lainnya, kalian bisa melihat di kartu undangan itu. Lantai dua,kamar utamanya."
Faga pergi meninggalkan ruang tengah. Membiarkan kerumunan yang berisi 20 orang itu bergumam-gumam.
"Lihat kartu undanganmu, Vie? Aku dapat angka Lima." ucap Nala menunjukkan kartu gold miliknya.
"Lima? aku malah Empat!" Tiasa menunjukkan kartu gold yang sama. Hanya angkanya yang berbeda.
Otavi segera menunjukkan kartu seperti itu.,"kalau aku, Dua." ucapnya.
Tiasa dan Nala segera menatap tidak percaya. Angka Dua yang berarti di atas mereka.
"Kau sendiri, Vie?" tanya Otavi.
Tiasa dan Nala bergegas mendekati Vie. Undangan gold itu memiliki kilauan berbeda. "Satu!" sahut Vie dengan menunjukkan angka yang ada di sudut undangan.
"Gila, Kau seperti mendapatkan bintang emas, Vie." celetuk Tiasa.
Tidak tinggal diam, Nala ikut berucap. "Jadi, calon utama nih kayaknya. Cinta pertama berakhir di ganti cinta baru, eyaaa!"
Otavi menepuk pundak Vie. "Bagus, pertahankan keponakkanku. Semoga kali ini jodohmu di sini." tuturnya.
Vie mendengus, dia melangkah mundur untuk menjauhi kerumunan orang. Namun, saat langkah kedua di ambil, sesuatu menghalanginya.
"Hei, jangan menghalangi jalanku." ucap seseorang dengan nada tegasnya.
Vie segera berbalik dan menjauhkan diri.
"Maafkan aku," ujarnya.
Namun, Pria itu tidak menghiraukan apa yang Vie katakan. Dia melangkah bersama empat orang pria yang sedang menaiki pentas kecil itu.
"Tampaknya, mereka adalah penerus keluarga Michael. Aku tidak tahu, siapa yang menegurmu itu." bisik Otavi.
Mendengar hal itu, Vie hanya diam tanpa berucap apa-apa. Dia memperhatikan lima pria yang memiliki paras masing-masing. "Penerus Michael, kah?" gumamnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Rya Kurniawan
sad ending nih kyknya... semangat up Kim... 🥰
2023-04-01
3
Mama Bee
horor yah?
2023-04-01
1