(2) Sekolah Calon Istri

Seluruh mata melirik ke arah mereka. Lima pria yang menunjukkan raut wajah masing-masing. Siapa dia, apa dia penerus keluarga Michael? Semua itu tersimpan di dalam pikiran dari 20 wanita yang ada ruang tengah.

"Hallo semuanya, perkenalkan namaku, Michael Kelvi. Aku adalah penerus kedua keluarga Michael, salam kenal." sapa Pria dengan kacamata diwajahnya.

"Sopan sekali, jadi dia yang bernama Kelvi. Fiks, aku akan menjadi calon istrinya." bisik Tiasa kepada tiga orang di sampingnya.

Nala yang mendengar hal itu terkekeh pelan. "Ingat, sainganmu itu 20 orang. Jangan berharap lebih, seperti perkataan Kak Vie." bisiknya.

Tiasa segera bungkam mendengar apa yang di katakan oleh Nala.

"Terlalu sopan Kelvi. Perkenalkan aku, Michael Resga, Penerus ke empat. Salam kenal," ucap Pria yang bersebelahan dengan Kelvi. Nada bicaranya begitu dingin hingga Otavi merinding mendengarnya.

"Gila, berasa di kutub utara." celetuk Otavi dengan suara pelan.

Vie yang berada di sampingnya, segera merangkul Otavi. "Kau belum pernah ke sana, jadi tidak tahu seperti apa kutub utara itu." sahutnya dengan nada yang begitu pelan.

Otavi diam setelah mendengar itu. Baik Vie maupun Nala, mereka berdua mampu membungkam orang yang lebih tua dari mereka.

"Selanjutnya," ucap Kelvi menatap ke arah tiga orang yang tidak jauh darinya.

"Perkenalkan, Senja. Penerus ketiga," tutur katanya yang lembut membuat semua orang nyaman mendengarnya.

"Michael Burka, salam kenal semua!" Lambaian tangan diberikan sebagai keramahannya. Pria yang tampak muda dari keempat orang di sana.

"Tampan, Nala?" bisik Tiasa ke arah Nala. Nala hanya menatap tanpa memberi jawaban atau respon yang lain.

Saat semua orang lain menilai empat pria di sana. Mata Vie menatap ke arah pria yang bersedekap dada dengan menatap pada mereka.

Pandangan keduanya saling bertemu, membuat Vie segera memindahkan pandangannya. "Cih, aku jadi terlihat seperti orang curi-curi pandang. Menjijikkan," benak Vie.

"Kakak, silahkan perkenalkan dirimu." ucap Kelvi menatap pria yang memiliki tatapan dingin. Mata elangnya bergerak menuju ke arah dia. Dengan kikuk, Kelvi tersenyum sambil menelan saliva.

"Michael Ziqer, Penerus pertama." ucapnya dengan suara yang begitu dingin.

"Nah, ini tampak seperti beruang kutub," celetuk Otavi.

Vie hanya tercengir mendengar celetukkan itu. Dia tidak menduga akan bertemu pria aneh seperti ini. "Beruang kutub tidak cocok untuknya. Lebih cocok kucing kecil yang imut." ucap Vie.

Tiasa,Nala dan Otavi menatap Vie dengan pandangan tidak percaya. Mereka seakan bermimpi mendengar pendapat Vie.

"Baiklah, kita sudah saling mengenal nih. Kami, lima penerus yang akan memilih kalian sebagai seorang istri. But, kami tidak semudah itu menentukannya. Jadi, harap kerja sama yang baik agar kita bisa saling mengenal." ucap Kelvi setelah perkenalan mereka.

Tepukkan tangan Kelvi lakukan untuk menarik perhatian semua orang yang ada di dalam ruangan ini. "Sekarang, giliran kalian berkenalan. Masa cuma kami saja yang berkenalan, kalian tidak. Ada pepatah yang mengatakan, tidak kenal maka tidak sayang. Jadi, mari kita berkenalan,"

Semua yang mendengar itu segera memerah. Kecuali, Otavi, Tiasa dan Vie. Mereka bertiga tidak ada minat untuk membawa perasaan disetiap perkataan Kelvi.

"Perkenalannya berurutan ya, dari angkat satu hingga 20. Silahkan, yang mendapatkan angkat satu," lanjut Kelvi.

Seluruh mata mencari-cari siapa yang mendapatkan angkat pertama itu. Sangat sulit untuk bisa mendapatkan posisi teratas.

Namun bagi Vie, angkatnya ini hanya sebuah keberuntungan yang bikin sial. Dia dengan napas lelah berucap, "Vie!"

Ucapannya menarik perhatian. Mereka segera menatap Vie dengan berbagai tatapan. Ada tatapan tidak suka, tatapan senang dan biasa saja.

"Vie Maherqi," ucap Vie kembali.

Wanita yang menatap tidak suka segera terdiam. Mereka mengenal keluarga Maherqi. Keluarga itu memiliki keturunan yang lebih banyak perempuan.

Selain itu, mereka memiliki banyak teman yang bisa di bilang pelindung utama karena keluarga itu mementingkan kerjasama. Salah satu dari teman keluarga Maherqi, adalah keluarga Michael. Jadi, tidak perlu ditanya lagi kenapa mereka bungkam sekarang.

"Oh, Vie ya ... ternyata cucu pertama keluarga Maherqi secantik ini, salam kenal." ucap Kelvi.

"Cantik? Ku rasa, wanita yang ada di sampingnya itu lebih cantik." cibir Resga dengan tiba-tiba.

Wanita yang di sebut olehnya adalah Tiasa. Merasa dirinya yang menjadi perbandingan, membuat Tiasa menoleh ke arah Vie yang tidak berkata apa-apa.

"Pria ini, jangan membandingkan aku dengannya. Sial, aku akan terkena amarah paman." benak Tiasa.

"Aku yakin, wanita yang menjadi kriteriamu harus cantik, Tuan Muda Resga. Tenang saja, aku juga tidak ada minat dengan wajahmu itu." ucap Vie dengan sedikit mengangkat dagunya.

Melihat Vie yang sombong, membuat Resga mengerutkan alis. "Kau, wanita yang tidak punya sopan santun."

"Lalu, Anda juga sama. Barusan, Anda berucap tentang pujian cantik itu kan? Apa aku salah?" Vie berhasil memojongkan seorang penerus keluarga Michael.

Hening, itulah yang terjadi saat ini. Resga bungkam dengan emosi yang terpendam.

Sebelum Resga mengumpat, Kelvi segera mengambil alih suasana. "Waah, salam kenal Vie. Oke, kita lanjut lagi ya, silahkan nomor dua," ucapnya.

Otavi juga setuju dengan keputusan dari pria itu. "Otavi Inoel," ucapnya.

Semua segera mengalihkan perhatian mereka ke arah Otavi.

"Salam kenal Otavi, baik silahkan dilanjutkan." ucap Kelvi.

"Lily Laila," ucap Wanita yang mengepang rambutnya menjadi dua bagian. Dia tampak seperti anak remaja meski usianya sudah 20 tahun.

Nala yang melihat dirinya merasa kagum, Dia mengoyang-goyang lengan Tiasa. "Lihat, cantik banget." pujinya.

Otavi segera menenangkan Nala dengan menepuk pundaknya. Sedangkan, Vie memberikan usapan lembut ke arah kepala Nala yang segera diam.

"Tiasa Ina," lanjut Tiasa karena sekarang gilirannya. Disusul Nala dengan suara khas miliknya. "Nala Bi!"

Perkenalan berlanjut hingga angka terakhir. Setelah itu, Kelvi kembali mengambil alih suasana di ruangan utama ini.

"Baiklah, terima kasih semuanya karena sudah mengenalkan diri. Ku harap, kita bisa menjadi teman di sini. Besok, kita mulai semuanya, jadi ... silahkan beristirahat." ucap Kelvi.

Kelima pria itu segera melangkah pergi meninggalkan ruangan yang kini mulai berisik.

"Tampan banget ya, aku ingin menjadi istri yang kedua."

"Aku juga, aku ingin yang terakhir."

"Cih, aku malah tidak berharap banyak. Kalian lihat, saingan kita ini loh banyak."

"Benar."

Vie, Otavi, Tiasa dan Nala. Mereka melangkah menuju ke ruang tamu untuk beristirahat. Lelah berdiri dan menyaksikan perkenalan orang-orang.

"Aku tidak bisa menghapal nama mereka," celetuk Tiasa.

Nala mengangguk, "Mereka juga memiliki Marga."

"Semua yang mendapatkan undangan pasti dari keluarga ternama. Jadi, kita tidak bisa menganggap remeh mereka." sahut Otavi.

"Jadi maksudmu, kau akan bersaing dengan mereka untuk menikahi lima pria itu?" imbuh Vie.

Otavi terteguh mendengar perkataan Vie. Dia segera menggeleng kepala, "tidak! bukan begitu, maksudku ... kita, kita...,"

Melihat Otavi kewalahan, Vie hanya mendengus dan segera melangkah pergi. Dia ingin menata barangnya. "Aku akan pergi ke kamarku. Sampai jumpa," ucap Vie.

Otavi, Nala dan Tiasa segera menyusul Vie. mereka mengikuti Vie yang menaiki lantai dua.

Vila ini memiliki tiga lantai, mereka membaca undangan yang ada di tangan. Tertulis di sana, ada tiga lantai yang memiliki ruang khusus.

Di lantai pertama, untuk ruang tamu, dapur, dan Aula. Untuk di lantai kedua, berisi kamar-kamar semua orang. Jadi, tidak ada yang mendapatkan kamar di lantai bawah atau atas.

Kamar juga memiliki keistimewaan yang luar biasa. Kedap suara dan kamar mandi ada di ruang itu. Tidak perlu lagi mengantri untuk mandi pagi. Lalu, lantai ketiga memiliki beberapa ruang bebas. Seperti ruang olahraga, karaoke dan ruang bersantai di balkon atas.

"Wow, ini Vila atau istana. Semuanya di atur dengan baik." gerutuk Tiasa.

Otavi setuju mendengar gerutukkan itu. "Seberapa banyak yang mereka habiskan."

"Mungkin, Vila ini bisa menjadi hadiah pernikahan atau hadiah untuk orang yang mengikuti sekolah calon istri ini." sahut Vie.

Nala menatap ke arah Kakak sepupunya itu. "Eh, benarkah? Kalau begitu aku tidak perlu menikah kan?"

"Kau akan sekolah Nala, lihat undanganmu itu. Kamu harus sekolah hingga lulus dengan nilai terbaik. Belajarlah dengan benar," sahut Vie.

Otavi dan Tiasa mengangguk. "Benar, kau harus belajar." ucap keduanya.

Mendengar hal itu, Nala hanya mendengus dan tidak lagi melanjutkan ucapannya. "Mereka memojokkanku," benak Nala.

Setiba di kamar masing-masing. Ke empatnya berpisah. Vie, mendapatkan kamar yang dekat dengan kamar asing. Dia juga mendapati angka di tiap kamar yang berbeda.

"Oh, jadi angkanya di acak. Berarti, aku mendapatkan posisi di kamar pria ini. Cih, sekolah apa ini?" gumam Vie. Dia melangkah masuk ke dalam kamarnya.

Vie menatap ke arah sekitar. Ada kasur yang begitu empuk, meski dia tahu kalau kasur itu tidalah murah. Lalu, ada nakas, ada juga pendingin kecil.

Lemari pun tidak akan terlewatkan. Vie memutuskan untuk tur di dalam kamarnya ini.

"Kamar mandi juga di buat dua bagian. Untuk mandi dan buang air kecil. Luar biasa, di dekor dengan sangat bagus. Hm, kita lihat jendelanya," Vie berucap sembari melihat jendela yang begitu besar.

Dia menyentuh tirai gorden yang berwarna biru langit. Saat tangan sudah menyentuhnya, tirai itu terbuka otomatis. Menampilkan pemandangan indah.

"Semua kalau di jual, akan mendapatkan berapa banyak uang?" gerutuk Vie.

Matanya tanpa sengaja melihat seorang pria tengah bermain bola sepak. Dia melihat permainan pria itu begitu mahir hingga senyum terangkat di bibirnya.

"Aku ingin bermain juga," gumam Vie.

...●●●...

Lapangan yang begitu luas, Vie sesaat merasa kalau dia berada di sekolah. Apa lagi, lapangan ini begitu mirip dengan lapangan futsal di sekolahnya.

Perhatian Vie tertuju pada bola yang kini mengenai kakinya. Dia melihat seorang pria tengah mengelap wajahnya dengan baju yang dipakai.

"Oper ke sini," ucap Fiqer.

Vie menggiring bola hingga berhenti di depan pria yang tidak sengaja saat itu tertabrak olehnya.

"Boleh aku bermain?" tanya Vie.

Fiqer mengambil alih bola dengan tiba-tiba. "Mainlah seorang diri. Jangan mengodaku," ucapnya.

Vie tersenyum, dia segera memperhatikan permainan Fiqer. Setelah mendapatkan cela, dia segera merebut bola yang digiring Fiqer.

"Aku memberimu tantangan, jika aku berhasil mencetak gol di gawangmu. Kau akan mengijinkanku untuk bermain." ucap Vie.

"Jangan keras kepala, kemarikan bolanya." ujar Fiqer yang ingin merebut bola kembali.

Vie segera menggiring bola untuk menghindari Fiqer. Tanpa terasa, mereka saling mengejar untuk bisa mendapatkan bola itu.

Dengan kaki kanannya, Vie menendang bola memasuki gawang. Dia tersenyum puas melihat bola itu berhasil tiba tepat di dalam gawang.

"Yeah! Lihat, aku memenangkannya." ucap Vie dengan menatap pria yang memiliki mata elang.

"Kelvi kemarilah," seru Fiqer kepada pria yang tengah menikmati indahnya matahari. Dia membuka kacamata hitam dan mengenakan kacamata bening khusus untuk matanya.

"Iya kak?" Kelvi mendekati ke arah Kakak beda ibu ini. Dia menatap Vie, wanita yang membuat keributan dengan Resga.

"Panggil yang lain. Kita akan melawan wanita ini." perintah Fiqer.

Kelvi bingung dengan perintah itu. Dia ingin bertanya tapi mulutnya tidak mau berucap.

Dengan mengangguk, Kelvi melangkah untuk memanggil yang lain.

Vie tersenyum, "kalau begitu ...." Bola ditendang ke arah wanita yang terteguh menerimanya.

"Ayo, Tiasa!" ucap Vie.

Tiasa mengangguk dan mengiring bola itu dalam beberapa langkah. Dia segera menendangnya menuju ke arah Otavi.

"Go, Otavi!" serunya.

Otavi menggeleng, dia menerima tenangan itu dan menggiring, lalu menendangnya ke arah Nala.

"Ayo, Nala." kata Otavi dengan berdiri di samping Vie.

Nala segera menggiring bola tersebut. Dia ingin mencari orang ke lima untuk melengkapi mereka.

"Kemarikan, aku juga ingin bermain!" ucap Lily yang melambaikan tangannya.

Nala segera menendang bola tersebut ke arah wanita cantik itu.

"Sudah lengkap!" ucap Vie.

Fiqer hanya mendengus. Dia menatap ke arah empat pria yang mengangguk, tanda siap bermain.

Wanita-wanita yang ada di vila segera menonton permainan futsal itu. Mereka begitu antusias melihat bagaimana kedua tim itu bermain.

"Mereka beruntungnya. Belum mulai sekolah calon istri ini. Mereka berlima sudah mendekati penerus itu."

"Kita juga tidak boleh tinggal diam. Besok, harus berikan yang terbaik."

"Setuju, aku akan menjadi nyonya Michael."

Fustal itu melelahkan, tentu saja. Mereka harus saling merebut bola dan menguasainya. Yang selalu dapat menggiring hanya Vie, Tiasa, Fiqer dan Senja. Mereka bagaikan penyerang yang siap menghancurkan lawan.

Otavi, segera mengoper bola ke arah Nala. Dia sebagai kiper akan menjaga gawang dengan baik.

"Kak Vie!" teriak Nala sembari menendang bola.

Vie segera menyambut operan tersebut dan mengiringnya menuju gawang. Namun, saat memasuki wilayah musuh, Dia di kepung dengan para pria yang dipimpin oleh Fiqer.

"Lily," seru Vie.

Lily yang memiliki tampilan lemah itu ternyata mampu bermain bola. Dia menerima operan Vie dan mengiringnya.

Inilah keputusan akhir dalam permainan fustal mereka. Lily terus menggiring bola hingga di halangi oleh Resga yang segera mengambil alih bola.

Melihat hal itu, Vie segera mengejar Resga dan berniat untuk merebutnya.

"Kau wanita yang tangguh. Namun sayang, lawanmu itu, kami!" ucap Resga.

Vie hanya tersenyum dan segera menepiskan bola dari jangkauan Resga.

Tiasa segera mengambil alih bola yang bebas itu. Dia mencari keberadaan Nala untuk menggiring bola.

"Vie, gas!" teriak Tiasa saat melihat keponakkannya itu melambaikan tangan. Bola segera di tendang dan Vie dengan mudah menerimanya.

Namun, saat ingin berbalik badan. Vie menubruk tubuh seseorang hingga membuatnya hilang keseimbangan.

"Eh!"

Tubrukkan yang tiba-tiba, dengan terjatuh di tanah bersama-sama. Vie menutup mata untuk menerima rasa sakit. Saat dia sudah merasa terjatuh. Ada sesuatu yang menganjal di kepala dan pinggangnya.

"Perhatikan langkahmu," bisik seseorang ditelinga Vie.

Terpopuler

Comments

Ivy

Ivy

Kak semangat update nya, penasaran nih😌

2023-04-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!