Meet Up Jodoh

Meet Up Jodoh

Part 1# Akhir itu Awal

Di sebuah kota kecil tinggal satu keluarga yang hidup sederhana. Keluarga itu terdiri dari tiga anggota saja. Sepasang suami istri yang memiliki seorang putri tunggal. Si gadis dengan paras cantik, berkepribadian pendiam, ramah yang bernama Aira. Kehidupan serba sederhana, membuat gadis itu sangat di awasi pergaulannya oleng kedua orang tuanya.

Orang-orang yang mengenal keluarga itu selalu ingin melihat senyuman si gadis yang kini beranjak dewasa. Aira yang biasa dipanggil Rara. Ia hanyalah gadis dengan pendidikan SMP. Sebenarnya Rara termasuk anak yang pintar disekolah. Namun, karena terkendala biaya. Maka selesai menerima ijazah SMP, gadis itu memutuskan untuk tidak lagi melanjutkan pendidikannya

Sesaat setelah lulus SMP, demi membantu orang tuanya dia bekerja sebagai pelayan di rumah orang kaya, meski pekerjaan nya hanya pelayan. Tetap saja Rara bersemangat dan tidak pernah malu akan hal itu. Kebiasaan gadis itu menjadi kekuatan untuk sang ibu. Kehidupan yang disibukkan dengan pekerjaan membentuk sikapnya menjadi dewasa terlalu cepat.

Namun, semua itu menjadi kan nya pribadi yang dingin dan ramah. Bersama keluarga dan sahabat dia akan sangat bebas seperti tanpa beban. Di sisi lain, tak jarang orang yang belum mengenal nya akan melihat Aira sebagai gadis pendiam dan angkuh.

Begitu banyak cobaan yang Aira lalui, dan ia bertahan dari setiap badai demi memberikan kebahagiaan untuk sang ibu. Aira bukan lah gadis yang bisa mendapatkan cinta dari ayah kandungnya. Akan tetapi, ia bersyukur karena ibu nya menikah dengan ayah yang sekarang. Seorang ayah yang menerima dirinya sebagai putri kandung.

Dunia tak sekejam ucapan pedas dari mulut orang-orang. Itu lah yang harus dipahami pikiran setiap orang.

Kini Aira tumbuh menjadi gadis yang berpikir dewasa dan menutup diri. Setiap masalah hidup nya hanya akan ia tanggung seorang diri dengan ditemani sebuah Diary yang begitu banyak menyimpan rahasia hidup nya.

Kehidupannya berawal saat dia lahir ke dunia ini dan menjadi perebutan seorang ibu dan ayah sambung yang hanya sesaat. Dimana ayah sambung nya hanya menikah siri dengan sang ibu, bukan ayah sambung yang saat ini menjadi ayah resmi Aira.

Magelang, Tahun seribu sembilan ratus sembilan puluh enam.

Di sebuah desa kecil. Hiduplah sebuah keluarga kecil yang beranggotakan sepasang suami istri dan seorang anak kecil laki-laki. Wanita muda dengan penampilan sederhana bernama Sonia. Suami sirinya bernama Randy dan anak kecil laki-laki itu bernama Bayu.

Bayu adalah anak dari suami siri ibu Sonia.

Saat ini seorang istri tengah hamil besar dan hampir memasuki hari kelahiran. Namun karena suatu masalah membuat sepasang suami istri berbicara begitu cepat untuk masalah yang tengah dipertanyakan oleh sang istri.

"Mas, siapa wanita itu? Apa kamu tidak mau jujur dengan ku? Semua orang mengatakan kamu bersama wanita lain, tapi aku tidak percaya. Sampai tadi aku mengikutimu dan melihat langsung bagaimana kamu mulai bermain dengan wanita lain," Sonia hanya memandang suami nya tanpa air mata dan pertanyaan yang ia lontarkan hanya mendapatkan keheningan bisu.

"...,"

Sikap Randi benar-benar tidak bisa dibenarkan, "Baiklah aku tidak butuh jawabanmu, Mas. Cukup sampai disini pernikahan kita. Meski kamu suami siri ku, aku tetap menjalankan setiap tanggung jawabku. Terimakasih sudah menjadi pasanganku selama beberapa bulan ini."

Pernyataan Sonia membuat Randi meneteskan air mata. Ia menyadari kesalahannya memang fatal karena menduakan istrinya yang tengah berbadan dua. "Aku, minta maaf. Aku sungguh khilaf dengan perbuatan ku. Kamu telah menjadi ibu untuk anakku dengan baik, bahkan merawatnya tanpa pamrih. Maafkan aku karena melukaimu dengan perbuatanku."

Pria itu berusaha memenangkan sang istri dengan menggenggam tangan wanitanya. Tetapi rasanya tangan itu dingin sekali bahkan anyep seperti tidak ada tanda kehidupan. Rasa hangat yang biasa dirasakan, kini hilang entah kemana?

"Maaf, Mas. Aku tidak bisa bersama pria yang tidak bisa menjaga rumah tangga dan pandangannya," Sonia melepaskan tangan Randi, lalu membereskan semua pakaian dari lemari.

Randi hanya diam dan terpaku dengan semua yang Sonia katakan. Kesalahan yang begitu fatal hingga tak bisa dimaafkan. Apakah sekarang dunianya akan kembali sendiri? Tanpa istri dan Bayu harus tumbuh tanpa seorang ibu.

Sonia membereskan pakaian dengan menahan rasa sakit di hati. Meskipun sang suami sudah meminta maaf, tetap saja ia tak rela diduakan. Tiba-tiba perutnya mulai kontraksi dan rasanya seperti ingin melahirkan. Randi yang melihat itu langsung meminta Sonia untuk berbaring ditempat tidur, dan dia bergegas menemui dukun beranak.

Perjalanan memakan waktu sepuluh menit. Untungnya rumah dukun beranak itu masih satu rt. Sehingga tidak harus berlama-lama mencari pertolongan untuk membantu persalinan istrinya.

Tok!

Tok!

Tok!

"Assalamu'alaikum, permisi, mbok." Randi memanggil si empu rumah dengan tidak sabaran.

Suara salam dari luar, membuat si mbok berjalan cepat membukakan pintu kayu rumahnya, lalu ia mengamati siapa yang datang bertamu selarut ini, "Wa'alaikumsalam, enten nopo pak?"

(Wa'alaikumsalam, ada apa, Pak?)

"Istri saya mau melahirkan tolong dibantu persalinannya, mbok," jawab Randi seraya menangkupkan kedua tangannya.

Mendengar ada wanita yang membutuhkan bantuannya. Si mbok manggut-manggut paham, lalu ia mengambil kunci dari depan jendela, "Ayo, Pak!"

Perjalanan dari rumah Si mbok ke rumahnya sedikit lama karena langkah pelan sang dukun beranak yang sudah lanjut usia. Randi dengan sabar ikut membimbing agar keduanya sampai di tujuan dengan aman.

"Assalamu'alaikum. Mari, Mbok. Silahkan masuk," kata Randi membukakan pintu dan membawa si mbok ke kamarnya, dimana sang istri berada yang masih menahan rasa sakit.

Keadaan Sonia terlihat pucat pasi dengan kedua tanah menggenggam sprei untuk menyalurkan rasa sakitnya. Melihat itu sang dukun beranak bergegas memeriksa keadaan si jabang bayi. Memang ini sudah waktunya, bahkan air ketuban pun sudah pecah.

"Mari tak bantu lahirannya, Bu," Sang dukun beranak memulai memberikan arahan, "Pak, siapkan air hangat dan jarit!"

"Baik, Mbok. Ini jarik untuk persalinan, dan airnya tunggu sebentar."

Kepergian Randi hanya sebentar, dan kembali ke kamar untuk menyerahkan air yang baru saja dimasak. Perjuangan Sonia yang sebentar lagi akan melahirkan tak sanggup ia lihat, hingga akhirnya memilih menunggu di luar rumah. Dua puluh menit kemudian. Terdengar suara tangisan bayi dari dalam kamar.

Oek!

Oek!

Oek!

Sang dukun beranak membersihkan bayi itu dan memberikan kepada pak Randi yang sudah berdiri di depan pintu kamar, "Selamat atas kelahiran putrinya, Pak. Sebaiknya bapak adzani dulu, biar menjadi putri yang sholehah."

Setelah memberikan bayi mungil yang terbalut dengan selembar kain tipis ke ayah jabang bayi. Sang dukun beranak membantu Sonia membersihkan sisa darah yang bercecer, lalu tak lupa mengajari wanita muda itu cara memakai jarik dan juga bentingan yang memang sangat diperlukan setelah proses melahirkan.

Randi meng Adzani bayi mungil yang masih merah kulit nya sambil terus memandang wajah manis Sang putri. Setelah itu ia memberikan kepada Sonia untuk diberikan asi pertama kalinya, "Putri yang manis bermata sipit."

"Putri ku yang manis," ucap Sonia mencium pipi putrinya dengan gemas.

Rona bahagia Sonia, membuat Randi berpikir semua sudah membaik. Ia tak segan mengusap kepala Sang istri, "Istirahat dulu pasti kamu lelah."

Apapun yang dilakukan Randi tak mengubah apapun. Hanya saja saat ini, ia tak memiliki tenaga untuk berdebat. Pria yang berjalan meninggalkan kamar itu, masih menjadi alasannya untuk tetap meninggalkan rumah yang kini menjadi sejarah kelahiran putrinya.

Beberapa hari kemudian. Sonia bersiap untuk pulang ke rumah orang tua nya.

Randi yang melihat Sang istri menenteng tas pakaian mulai merasa was-was, "Kamu mau pergi kemana? Aku mohon tetaplah bersama kami."

Sonia melepaskan tangan Randi tanpa membalas tatapan memelas sang suami, "Maaf, Aku sudah memutuskan ini, dan keputusan ku tetap sama. Pernikahan kita tidak bisa berlanjut. Terimakasih untuk semua yang telah kamu lakukan selama ini."

Sonia menggendong putrinya dan melangkah keluar rumah. Hari ini semua sudah berakhir untuknya. Pernikahan adalah hubungan sakral dan tidak untuk di duakan. Apapun alasannya, pernikahan bukan untuk dijadikan permainan.

Randi menatap kepergian sang Istri dengan tatapan kosong. Ia terdiam dan hanya berdiri menatap pintu yang mulai menutup. Disisi lain, Bayu berusaha menahan diri untuk tidak menambah masalah. Ia hanya menangis melihat ibu sambung nya pergi membawa adik kecil nya yang beberapa hari terakhir memberikan banyak warna dalam kehidupan.

Namun karena sang ibu telah memberikan nasehat sebelum meninggalkannya. Dimana saat sang ayah tengah bekerja, tiba-tiba Sonia memanggil ia agar datang ke kamar.

"Bayu, kemari, Nak. Ibu mau bicara," Sonia melambaikan tangannya agar Bayu mendekat seraya menjaga sang putri yang terlelap di pangkuan. Si mungil yang terlihat begitu tenang menikmati mimpi indah.

Bayu masuk ke kamar sang ibu, lalu berdiri di samping ranjang sambil tersenyum memandang adik kecil nya yang tidur begitu pulas dan tersenyum manis. Sebagai seorang kakak, ia benar-benar merasa memiliki semangat baru karena kelahiran si mungil.

"Duduk sini, Nak. Ibu dan bapakmu tidak bisa bersama lagi. Beberapa hari lagi, ibu akan pergi bersama adikmu ke rumah mbah. Ibu harap, kamu harus jadi anak yang rajin dan kuat. Selalu tersenyum dan jangan nakal. Bayu, nurut sama bapak," kata Sonia mengelus kepala putranya.

Semua yang dijelaskan ibunya ia cerna baik-baik. Tidak ada kata yang keluar dari bibir, selain anggukan kepala dan airmata yang tertahan di dalam pelupuk mata. Rasa panas yang mulai menyebar masih berusaha untuk disimpannya seorang diri.

Sonia merengkuh tubuh Bayu, "Selalu bersabar, Nak."

"Iya, Bu. Bayu dengarkan semua nasehat ibu." balas Bayu mengakhiri percakapan kala itu.

Kenangan itu memberikan Bayu pelajaran hidup agar tidak meniru perbuatan ayahnya. Terlebih lagi karena kesalahan satu orang. Kini harus kehilangan dua orang sekaligus.

Di hari itu, akhirnya Sonia kembali bersama putri kecil nya ke rumah orang tuanya yang berada di kota lain. Kota kelahirannya yang kini akan menjadi tempat tumbuh kembang sang putri. Terkadang manusia berencana apa? tetapi takdir menghantarkan kenyataan lain tanpa bisa ditoleransi.

Suasana pemukiman dengan deretan gubuk yang amat familiar menyambutnya seperti salam perkenalan lagi. Semilir angin yang berhembus mencoba menyadarkan akan kenyataannya dengan status baru sebagai seorang single parent.

"Assalamu'alaikum, Pak. Sonia pulang," suara gemetar Sonia terdengar dari depan rumah, membuat seorang pria dewasa keluar dengan wajah penasaran.

Bapak Sonia keluar, dan melihat sang putri yang kini datang dengan menggendong bayi mungil. "Wa'alaikumsalam, gimana kabar kamu, Ndu?"

Sonia mencium tangan ayahnya, lalu tersenyum. "Alhamdulillah baik, Pak. Bagaimana kabar bapak dan ibu?"

Sonia masuk ke dalam rumah, begitu dipersilahkan masuk. Kemudian ia melepaskan gendongan agar putrinya bisa lebih nyaman. Tubuh mungil yang selalu saja terlelap nyenyak dibaringkan ke kursi kayu bambu.

"Ada apa, Ndu? Ini cucuku, ya? MasyaAllah, manis sekali," Kata bapak sambil mengelus pipi si kecil.

Sonia mengangguk dengan senyuman tak pudar dari bibirnya, "Nggih, Pak. Ini putri ku, cucu bapak."

Kabar baik atas kelahiran cucunya memberikan kebahagiaan untuk hati seorang kakek. Hanya saja kebahagiaan itu berubah menjadi tidak lengkap. Semua itu karena Sonia menceritakan semua yang dialaminya. Bagaimana rumah tangga singkat harus berakhir karena Randi telah mendua.

"Ndu, kehidupan rumah tangga itu seperti air lautan. Sebagai pasangan suami istri, harus siap menikmati rasa asin yang terkadang kadarnya terlalu tinggi. Bapak hanya bisa selalu berdoa untuk kebahagiaanmu, keputusan akan tetap berada di tanganmu."

Petuah orang tua selalu menjadi cambuk semangat baru dalam hidup seorang anak. Begitu juga dengan Sonia. Dimana ia merasa bersyukur memiliki seorang ayah yang mau memahami kehidupan tak sempurna dengan statusnya sebagai janda, lagi.

Terpopuler

Comments

𝐀𝗋ƶ𝖾ᥣα

𝐀𝗋ƶ𝖾ᥣα

satu kesalahan bisa merubah semuanya, seharusnya Randi bisa memikirkan sebelum bertindak

2023-04-02

0

Ana Johana

Ana Johana

kehidupannya sebagai status janda lagi, berarti Sonia sebelumnya janda yang nikah dengan duda beranak satu, Randy.

nama Randy selalu jadi orang jahat 😁

2023-04-02

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!