Part 3#Kehilangan, Kehidupan Baru

"Pak, kita ke rumah di desa xxx," kata Sonia memberitahu tukang ojeknya agar mengubah tujuan awal. Sebelumnya ia hanya membiarkan si bapak berkendara tanpa arah tujuan yang jelas.

Perjalanan yang harus ditempuh selama tiga jam dari rumah nya, tapi selama dalam perjalanan ia hanya berusaha tenang dan menahan amarah. Nyatanya pikiran dan hati tetap tak bisa ditenangkan. Sonia tak hentinya berdo'a agar bisa menemukan Aira dalam keadaan baik-baik saja.

Disisi lain Randi yang baru sampai rumah. Ia membuka pintu, dan masuk ke dalam rumah menuju kamar putranya. Aira yang terdiam diturunkan dari gendongan, lalu membuka satu persatu plastik hitam yang berisi makanan dan mainan. Bayu yang melihat sang ayah membawa sang adik sangat senang. Anak lelaki yang kini semakin beranjak remaja itu dengan semangat mengajak Aira bermain.

Meski sudah lama tidak berjumpa. Wajah Aira yang menggemaskan dengan garis pahatan sama seperti Sonia, membuat Bayu dengan mudah mengenali bahwa anak itu adiknya. Tentu ia tak sungkan menghabiskan waktu bersama agar rasa rindu selama beberapa tahun terakhir terobati.

Sayangnya, Aira hanya terdiam dan semakin bingung dengan semua yang tengah terjadi. Akhirnya gadis itu mulai menangis hingga membuat Randi kebingungan tidak tahu harus berbuat apa. Ia mencoba untuk menawarkan banyak makanan dan buah, bahkan mainan yang begitu banyak.

Semua itu dilakukan dengan harapan putrinya bisa dibujuk dan berhenti menangis. Bayu pun ikut bingung kenapa sang adik tidak mau berhenti menangis. Waktu terus menerus berputar, semua usaha seorang ayah dan kakak telah dikerahkan semaksimal mungkin. Hanya saja tidak ada yang terjadi, justru Aira semakin menangis begitu keras hingga Sonia datang dan langsung masuk ke dalam rumah.

Rumah yang tidak di kunci oleh Randi memudahkan Sonia melihat apa yang tengah terjadi, "Apa kamu tidak waras? Berani sekali membawa anakku tanpa izin ku. Siapa kamu, lancang sekali."

Suara tangisan Aira terdengar begitu keras sampai ke luar rumah, bahkan mulai serak kehilangan tenaga. Ntah berapa lama putrinya menangis tanpa henti. Sonia meraih Aira lalu memeluk tubuh mungil sang putri dengan kasih sayang. Perlahan tangisan mereda dan hati seorang ibu kembali tenang. Kini ia sudah bisa bersatu dengan putrinya.

Sonia tak ingin emosinya menjadi pecutan luka batin untuk sang putra. Maka ia menyuruh Bayu untuk bermain diluar. Remaja itu menurut dan meninggalkan rumah untuk bermain. Kepergian sang putra mengalihkan tatapan Sonia. Wanita itu menatap tajam putrinya.

"Aku hanya ingin tinggal dengan putri ku. Aku ingin membesarkan nya dan aku tidak berniat melakukan ini, tapi kamu menolak kembali bersama ku," ujar Randi sembari mencoba memegang tangan Sonia.

Sonia memundurkan langkah agar Randi tak bisa menyentuhnya, "Apa kamu tidak punya hati? Aira putriku dan hanya aku yang berhak membesarkan nya. Apa yang hari ini kamu lakukan adalah tindak kejahatan! Apa kamu mau ada orang yang mengambil Bayu dari mu?"

"Aku tidak mau kehilangan Bayu Dan Aira. Tindakanku memang salah, maafkan aku. Sonia, ku mohon tinggal lah bersama ku." Randi menangkupkan kedua tangan dengan tatapan mata memelas menatap wanitanya. Ia berharap Sonia luluh, lalu mau kembali bersamanya.

Sonia hanya bisa menahan nafas dan mencoba tetap tenang, "Kamu sudah menjadi orang tua. Pahamilah rasa sakit kehilangan seorang anak. Aira adalah putri ku dan aku sanggup menjadi ayah sekaligus ibu baginya. Kamu adalah masa lalu ku. Aku ikhlas melepaskanmu. Tepat disaat kamu bermain dengan wanita lain. Hiduplah dengan Bayu dan didik dia menjadi laki-laki yang lebih bertanggung jawab. Sampai kapanpun, aku tidak akan kembali pada mu."

Keputusan Sonia tak bisa berubah. Meskipun setelah Aira diculik tetap saja tak mengubah apapun. Kenyataan itu membuat Randi pasrah. Kini ia tak mungkin memaksakan kehendaknya. Apalagi putri kecil itu harus menangis tanpa henti hanya karena tindakan bodohnya. Seorang ayah tidak tega melihat air mata yang menyesakkan dada.

Sonia menyerahkan Aira yang tertidur karena lelah menangis, "Peluklah Aira untuk terakhir kalinya. Sebelum kami pergi, hanya ini yang bisa ku lakukan. Jangan mencoba mengambil putri ku, lagi. Aira adalah dunia dan semangat ku. Kamu memiliki Bayu yang akan selalu menjadi hidupmu. Jadikan putra kita sebagai pria yang bertanggung jawab karena wanita ingin dilindungi."

Randi ikhlas menerima keputusan Sonia. Kali ini, ia sadar sebagai orang tua tak bisa bersikap egois. Benar yang dikatakan mantan istrinya. Aira akan tumbuh dengan baik dibawah pengawasan seorang Sonia karena wanita itu hebat. Setelah beberapa menit membiarkan Randi memeluk putrinya. Wanita itu mengambil Aira dan meninggalkan rumah itu. Langkahnya tak akan pernah kembali ke tempat yang sama.

Disaat keluar rumah Sonia melihat Bayu bermain dengan teman nya. Kemudian ia menghampiri Bayu, lalu memeluk remaja itu, "Nak, dengarkan ibu. Kamu anak laki-laki yang pemberani. Suatu hari nanti bisa menjadi anak yang hebat. Jangan meniru perbuatan ayah mu. Tetap lah menjadi anak yang baik. Ibu menyayangi mu, tapi ibu harus pergi untuk adik kecilmu. Selalu jaga diri, ya, anak ku."

Bayu mendengarkan dan membiarkan sang ibu memeluk dirinya begitu lama, "Bayu akan mengingat semua nasehat ibu, terimakasih sudah merawat dan memberikan cinta kepada bayu selama ini."

🍂Kebenaran yang nyata adalah cinta seorang ibu. Tidak memandang darah yang mengalir dalam tubuh anak nya. Seorang ibu akan tetap menjadi seorang ibu🍂

Sebuah badai tidak akan bisa menghancurkan kepercayaan. Kepercayaan itu sendiri yang akan menjadi dasar sebuah hubungan. Ketika keraguan mulai menggerogoti hati, maka tak sulit untuk merobohkan sebuah hubungan.

Setelah memberikan petuah untuk terakhir kalinya. Sonia pergi bersama Aira kembali ke rumah orang tuanya. Sang Ayah merasa bersyukur karena cucunya kembali berkumpul bersama keluarga tanpa suatu kekurangan. Tak ingin kejadian yang sama terulang, ia berjanji akan menjaga Aira lebih hati-hati lagi. Sementara putrinya belajar menjadi seorang ibu yang lebih bertanggung jawab dan lebih menjaga keluarga agar tetap dalam pantauan.

Setelah semua yang terjadi, kini Sonia lebih berhati-hati dan menjadi sangat protective terhadap Aira. Kakek Aira pun semakin mengawasi cucu nya disaat Sonia bekerja hingga waktu berlalu begitu cepat tanpa sadar tiga tahun sudah berlalu.

Diusia yang masih muda Aira mulai masuk sekolah TK. Anak itu sangat ingin bersekolah karena disaat banyak anak lain yang mulai membawa tas, sedangkan ia masih di rumah saja. Sehingga anak itu mulai meminta pada ibu nya untuk bisa seperti teman yang lain. Yah, usia Aira masih tujuh tahun kurang hingga Sonia blum mendaftarkan putrinya sekolah.

Namun, setelah melihat Rara sangat kesepian karena semua teman sebaya pergi menimba ilmu di sekolah. Akhirnya, Sonia mendaftarkan Rara ke TK dan guru membolehkan putrinya bersekolah karena dirasa Aira anak yang tenang dan manis.

Hari pertama Aira bersekolah adalah hari baru untuk sang putri serta dirinya. Sonia tersenyum sambil menggandeng tangan sang putri menuju sekolah yang berjarak cukup jauh dari rumah dan ditempuh selama lima belas menit dengan berjalan kaki. Sekolah TK yang ada di seberang jalan raya dan hanya sekolah itu satu-satunya yang ada di desa nya.

Skip pada malam hari sebelum hari pertama Aira masuk sekolah.

Aira tersenyum memandang sang ibu. Anak itu berbaring di sebelah ibunya, "Bu, besok Rara masuk sekolah 'kan? Pakai tas baru itu dan bisa bersama teman-teman Rara juga main bareng."

"iya, Nak," Sonia menjawab Aira sambil mengelus kepala putrinya seraya membalas senyuman si manis yang mulai menguap, "Ayo tidur lah! Ini sudah malam, besok bangun pagi untuk bersekolah."

Tak lama kemudian mereka berdua tidur. Disaat mentari bersinar. Sonia bangun di waktu yang sama. Wanita itu memulai kegiatan pagi nya dengan memasak untuk keluarga nya. Setelah semua dirasa sudah selesai. Ia membangunkan Aira yang masih tidur. Tidak butuh waktu lama agar sang putri bangun, lalu bersiap. Begitu juga dengan Sonia yang juga ikut bersiap untuk bekerja.

Wanita itu harus siap karena sekalian mengantarkan putri nya. Maka dirinya juga akan berangkat kerja. Tentu saja setelah sarapan bersama. Lalu mereka berpamitan dengan kakek dan nenek yang ikut memberi semangat hari baru untuk menyongsong masa depan.

Rasa nya sangat membahagiakan bisa melihat anak satu-satunya mulai bersekolah. Apalagi Aira semakin banyak teman. Setelah dirasa sang putri sudah mendapatkan teman bermain. Sonia bisa meninggalkan putrinya untuk bekerja. Tak lupa ia menitipkan Aira pada guru yang ada disana. Sekaligus mengatakan bahwa Rara akan dijemput oleh sang kakek saat pulang.

Hari demi hari berlalu. Saat Aira menginjak remaja dan bersekolah dasar. Tepatnya kelas tiga. Semua masih sama dan hanya bersama keluarga kecil nya, hingga suatu hari Sonia membawa seorang pria ke rumah dan memperkenal kan nya sebagai teman. Disaat itu Aira adalah gadis kecil yang masih sangat polos dan ceria. Sangat mudah akrab dengan siapa pun. Tak heran ketika pria itu menjadi mudah dekat dengan Aira dan itu membuat Sonia bahagia dengan rasa syukur karena memiliki putri yang periang.

Sekilas ingatan yang lalu melintas menghampiri memori Sonia. Disaat wanita itu sibuk bekerja di sebuah warung makan. Tak jarang orang yang datang selalu sama dan salah seorang tamu yang menjadi pelanggan setia di warung itu, berusaha mencoba menarik perhatian Sonia. Namun, wanita itu sangat lah acuh, hingga lima bulan pria itu baru berhasil membuat Sonia mulai suka padanya.

Tanpa rasa takut, Sonia menceritakan semua kisah hidup nya yang kelam karena baginya hubungan adalah sebuah kejujuran sebagai pondasi utama. Pria itu tetap dengan pendiriannya untuk hidup bersama dengan Sonia dan akan mencintai Aira seperti anak nya sendiri. Pria itu masih lajang alias belum pernah menikah.

Pria yang sedang mendekati putri nya itu adalah calon suami yang Sonia pilih. Namanya Reihan. Seorang pria yang bekerja di ekspedisi sebagai kernet. Sonia menerima Reihan karena dia percaya dengan kejujuran yang dimiliki oleh pria itu.

Kedekatan antara Reihan dengan Aira, membuat Sonia semakin yakin akan pilihannya. Tak ingin menunda hal baik yang bisa menjadi awal kebahagiaan keluarga kecilnya. Wanita itu memutuskan untuk menikah dengan pria yang bisa menerima kekurangan tanpa mempedulikan masa lalunya. Kini semua membaik dengan ridho kedua orang tua, serta atas izin Allah SWT.

Tak ingin menjadi beban keluarga lagi. Reihan membawa pulang istri dan anaknya ke rumah yang menjadi tempat kelahirannya. Dimana ia akan memulai segalanya dari awal secara bersama-sama. Sonia yang memulai membuka usaha kecil-kecilan di depan rumah, sedangkan Reihan menjadi seorang buruh lepas di pasar. Aira pun tumbuh menjadi gadis yang manis, tetapi begitu dingin.

Sudah begitu lama Aira tinggal bersama orang tuanya. Hanya saja ia sibuk belajar di SMP. Masa yang tidak bisa terlupakan, gadis yang kini mulai tumbuh remaja tiba-tiba mengingat masa dimana ia masih bersekolah dasar. Dulu, dia mendadak pindah untuk memulai hidup baru bersama ibu dan ayah nya yang sekarang.

Reihan orang yang tegas dan sulit dibujuk, sedangkan ibu nya juga tegas, tapi selalu memikirkan segala sesuatu nya dengan pikiran serta hati sebelum memutuskan apa yang akan dilakukan. Sepasang suami istri yang cukup menjadi alasan Aira belajar dewasa. Kehidupan tak semudah membalikkan telapak tangan. Yah begitulah kenyataannya.

Terpopuler

Comments

𝐈𝐅𝐈𝐅𝐀𝐘 📴

𝐈𝐅𝐈𝐅𝐀𝐘 📴

cinta dan kasih seorang ibu itu sepanjang masa, karena seorang ibu tau rasanya mengandung, melahirkan dan mendidik anaknya sebaik mungkin, semua itu butuh perjuangan dan proses yg tidak mudah

2023-04-30

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!