Ternyata Suamiku Luar Biasa 2
Prang!!!
Aaarrggghhh...!
Ayana duduk di sudut ruangan dengan menekuk lututnya dan menutup kedua telinganya dengan kedua tangannya.
Badannya bergetar hebat menunjukkan ketakutannya yang teramat sangat saat ini. Nafasnya tidak beraturan dan matanya terlihat panik mengamati sekitarnya.
Prang!!!
Jendela kaca rumah tersebut kembali dihantam oleh batu dari luar rumah. Berkali-kali hal itu terjadi, hingga dia merasa sedang di teror oleh seseorang di rumahnya sendiri.
"Rafa... Tolong aku...," ucap Ayana dengan suara yang bergetar.
Dia masih saja duduk dengan ketakutan di sudut ruangan. Sangat terlihat sekali jika dia saat ini sedang dilanda ketakutan dan kepanikan.
Prang!!!
Selang beberapa menit berlalu, jendela kaca rumah itu kembali dihantam menggunakan batu. Ini sudah yang ketiga kalinya dan si pelaku sukses membuat Ayana sangat ketakutan serta merasa tidak tenang karena sedang diteror.
Tiba-tiba Ayana terkejut ketika mendengar dering telepon dari ponsel yang ada di tangannya.
Dia menghela nafasnya dengan lega ketika melihat nama suaminya terpampang jelas pada layar ponselnya.
"Rafa... Tolong aku... Aku takut...," ucap Ayana dengan suara yang bergetar diiringi dengan isakan tangisnya.
Ay, kenapa? Ada apa? tanya Rafael dari seberang sana.
"Cepat pulang... Aku takut...," ujar Ayana di sela isakan tangisnya.
Tunggu aku Ay. Aku akan pulang sekarang, terdengar suara panik dari Rafael.
Ayana segera mematikan panggilan telepon tersebut. Matanya menelusuri semua ruangan seolah waspada dengan serangan yang mungkin akan datang kembali.
Selang beberapa menit kemudian terdengar suara deru mobil yang memasuki halaman rumahnya.
"Ay! Di mana kamu?!" seru Rafael dengan paniknya masuk ke dalam rumah.
"Apa ini? Kenapa kacanya bisa--"
"Rafa!" seru Ayana dari tempatnya saat ini.
Dengan cepatnya Rafael berlari masuk ke dalam rumah mencari keberadaan istrinya.
"Ay!" seru Rafa sambil berlari mendekati istrinya yang meringkuk ketakutan sambil memeluk kakinya.
"Kamu baik-baik saja Ay?" tanya Rafael sambil memeluk erat Ayana.
"Raf... Aku takut... Sepertinya orang itu sedang meneror ku. Dia... Dia... tiga kali melemparnya. Aku takut Raf...," jawab Ayana yang sedang panik disertai dengan air matanya.
Rafael memeluk erat tubuh Ayana yang bergetar dan bahunya terlihat naik turun seiring dengan isakan tangisnya.
"Tenang Ay... Ada aku di sini," ujar Rafael sambil mengusap punggung istrinya untuk menenangkannya.
Ayana memeluk erat tubuh suaminya seolah tidak mau ditinggalkan olehnya. Dia benar-benar ketakutan saat ini. Rasanya dia tidak ingin ditinggalkan sendiri oleh suaminya di rumah itu.
Sialan! Siapa yang berani melakukan ini pada istriku? Awas saja jika aku menemukannya, aku tidak akan melepaskannya begitu saja, Rafael berkata dalam hatinya dengan emosi yang membuncah di dadanya.
Perlahan Rafael membawa tubuh istrinya berdiri. Kemudian dia membawa tubuh istrinya dalam gendongannya.
Dalam gendongan suaminya itu Ayana masih saja bersembunyi di dada suaminya. Dia masih terlihat takut dan memegang erat tubuh suaminya.
Diletakkannya secara perlahan tubuh istrinya di atas ranjang mereka. Kemudian dia berkata,
"Tunggu di sini sebentar ya Ay. Aku akan mengambilkan minuman agar kamu tenang."
Tangan Ayana tidak mau lepas dari tubuh Rafael. Dia menggelengkan kepalanya seraya berkata,
"Jangan tinggalkan aku Raf."
"Tidak akan Ay. Aku tidak akan meninggalkan kamu. Aku hanya sebentar saja ke dapur mengambilkan minuman untukmu," ujar Rafael sambil mengusap pipi Ayana dengan sangat lembut.
Ayana kembali menggelengkan kepalanya dan tidak mau melepaskan lengan Rafael yang dipegangnya sedari tadi.
"Hanya sebentar saja Sayang. Tunggu di sini ya. Hanya lima menit. Aku janji," bujuk Rafael sambil menatap intens manik mata istrinya untuk meyakinkannya.
Ditatapnya wajah istrinya yang benar-benar terlihat sangat ketakutan itu. Matanya berkaca-kaca, bibirnya bergetar dan tangannya mencengkeram kuat layaknya orang yang sedang ketakutan.
Diraihnya tubuh istrinya itu dalam pelukannya dan dipeluknya dengan erat seraya berkata,
"Aku janji hanya sebentar saja mengambil air minum. Aku akan berlari agar cepat sampai. Jangan takut ya Sayang, aku akan selalu ada bersamamu."
Setelah itu Rafael mengurai pelukannya dengan perlahan dan menyelimuti istrinya sebelum dia meninggalkannya untuk pergi ke dapur mengambilkan minuman.
Hanya sekitar lima menit saja Rafael kembali masuk ke dalam kamar tersebut dengan membawa dua botol air mineral dingin yang baru saja diambilnya dari lemari es.
Dia menghela nafasnya yang terasa sangat berat ketika melihat Ayana menutup seluruh tubuhnya dengan menggunakan selimut.
"Sayang... Ini minumannya. Diminum dulu yuk," ucap Rafael sambil membuka perlahan selimut yang menutupi seluruh tubuh istrinya.
Hati Rafael terasa sakit dan pedih layaknya teriris oleh benda tajam ketika membuka selimut yang menutupi wajah cantik istrinya.
Wajah cantik itu kini berubah menjadi sayu dengan matanya yang berkaca-kaca serta tubuhnya yang bergetar hebat.
Segera diraihnya tubuh istrinya itu dan dibawa ke dalam pelukannya. Air mata Rafael jatuh tak tertahankan melihat keadaan istrinya yang sepertinya sedang trauma dengan keadaan yang mencekamnya.
Dalam hati Rafael berjanji akan mencari tahu semua ini dan tidak akan melepaskan orang yang telah membuat istrinya merasakan trauma dan terancam seperti saat ini.
"Minum dulu ya. Setelah itu istirahat. Aku akan menemanimu tidur," tutur Rafael dengan lembut sambil mengusap lembut pipi Ayana.
Ayana menganggukkan kepalanya. Tidak dipungkirinya jika memang saat ini dia sangat membutuhkan pelukan dari suaminya. Dia ingin berlindung dan hanya dalam pelukan suaminya lah dia bisa merasakan kenyamanan dan ketenangan.
Diambilnya satu botol air mineral yang diletakkannya di atas meja dekat tempat tidurnya. Kemudian dia membukakan tutup botol tersebut dan memberikannya pada istrinya seraya berkata dengan lembut,
"Minumlah agar kamu dan dedek di perut kamu bisa tenang."
Ayana segera mengambil botol tersebut dan meminumnya perlahan. Dia mengusap perutnya untuk mencoba menenangkan bayi yang ada di dalam kandungannya.
Tangan Rafael pun ikut mengusap lembut perut istrinya dan tersenyum ketika merasakan gerakan dari dalam perut Ayana.
"Dia bergerak. Anak kita bergerak Sayang," ujar Rafael dengan bahagianya.
Melihat kebahagiaan Rafael itu mampu membuat Ayana sedikit tenang. Dia tersenyum dan bersyukur atas karunia Tuhan yang memberikannya suami serta keluarga yang pengertian dan selalu menyayanginya.
Tak terasa Ayana memejamkan matanya dalam pelukan suaminya. Dia merasakan kehangatan dan kedamaian di sana.
Setelah beberapa saat ketika dirasa istrinya sudah lelap, Rafael bergerak dengan sangat hati-hati sekali turun dari ranjang. Dia berniat untuk membersihkan pecahan kaca yang berserakan di ruang tamu.
Hanya beberapa langkah saja kaki Rafael melangkah, dia mendengar suara istrinya.
"Jangan... Jangan... Pergi... Pergi... Rafa... Tolong aku...," Ayana mengigau dengan mata yang masih terpejam dan air mata yang menetes di pipinya.
Dengan segera Rafael memeluk tubuh istrinya dan berkata,
"Tenang Sayang, tidak akan terjadi apa-apa. Ada aku di sini. Tenanglah...."
Tanpa terasa air mata Rafael menetes di pipinya. Hatinya merasa sakit dan pedih melihat kondisi istrinya yang seperti saat ini.
"Aaaawww... Sakit... Perutku sakit sekali...," seru Ayana dengan wajah meringis kesakitan dan air matanya yang membasahi seluruh wajahnya.
Dengan paniknya Rafael mengurai pelukannya dan berkata,
"Sayang... Kamu kenapa? Sayang jawab aku...."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments