Sandiwara Dalam Perjodohan

Sandiwara Dalam Perjodohan

Bab 1 Pertemuan

"Apa? Dijodohkan?"

"Papa fikir kita hidup di zaman apa, Pa?"

"Enggak. Aku gak mau!"

Amanda, gadis muda yang diajak makan malam bersama orang tuanya hanya bisa diam terpaku melihat protes pria bernama Justin yang baru ia kenal kurang dari satu jam yang lalu.

Pria itu protes karena kedua orang tua mereka mengadakan makan malam bersama ini hanya untuk menyampaikan bahwa mereka telah dijodohkan sejak kecil.

Amanda speechless.  Ia tidak bisa mengatakan apa-apa lagi. Ia hanya bisa melihat ekspresi semua orang.

Papa dan mama dari pria bernama Justin itu tampak tegang karena anak mereka langsung menolak perjodohan ini.

Sedangkan kedua orang tuanya tampak kehilangan senyum di wajah yang mulai menua itu setelah Justin menyatakan penolakan.

Ayah kenapa? Ayah marah pada Justin?  Apa ayah merasa kalau secara tidak langsung dia menolak Manda? Apa ayah merasa dia telah merendahkan Manda?

Ayah, selama ini Manda selalu menghargai semua keputusan ayah. Tapi, kali ini maaf ayah. Manda sudah punya Mas Azam yang selama ini Manda cintai. Batin Amanda.

"Justin, dengarkan sebentar," potong papanya dengan nada marah.

"Kalian akan bertunangan enam bulan lagi. Enam bulan Justin!"

"Dan dalam enam bulan, kalian masih bisa belajar saling mengenal."

"Tapi aku sudah punya pacar, Ma," ucap Justin bohong hanya untuk menolak perjodohan mereka.

Ia pria bebas. Selama ini ia berhak memilih gadis mana yang akan ia kencani. Lalu, tiba-tiba papanya malah mempertemukannya dengan gadis yang harus ia nikahi. Tentu saja ia tidak mau.

"Pacar? Kamu baru kembali ke Jakarta beberapa hari yang lalu. Tidak mungkin kamu punya pacar!" Marcel mentertawakan kebohongan putranya.

"Jangan membohongi papa. Bahkan hampir 6 tahun kamu di luar negeri, kamu tidak pernah memperkenalkan pacar kamu kepada papa dan mama."

"Justin, mama dan papa tidak mungkin menjerumuskan kamu dalam pilihan yang salah," mamanya Justin ikut membujuk.

"Kalian hanya perlu intens bertemu dan setelahnya cinta akan tubuh dengan sendirinya."

"Semua ini cuma butuh waktu."

"Lihat dia." Manda melihat wanita cantik itu menjujukknya dengan sopan.

"Dia begitu anggun dan bersahaja."

"Kalian pasti akan sangat cocok. Kamu sudah mencari pengalaman sampai ke luar negeri. Kamu pasti sudah bisa membandingkan mana gadis baik-baik dan mana yang tidak."

"Mana gadis yang sudah salah dalam pergaulan dan mana yang masih dalam batas wajar."

"Mama tahu, kamu pasti sudah banyak belajar dari pengalaman."

Justin mendengus kesal karena ia tidak bisa membantah papa dan mamanya. Ia masih harus berbakti dan menuruti keinganan kedua orang tuanya karena ia belum mendapat apapun.

Ia masih baru mulai bekerja di perusahaan. Jabatannya juga masih kalah dengan karyawan lama meski ia adalah putra dari pemilik perusahaan itu.

Justin melihat ke arah Amanda. Ia menilai penampilan gadis yang tidak banyak bicara sejak mereka duduk di meja yang sama.

Ketika ia baru masuk ke restoran satu jam lalu, ia tidak punya firasat apapun apalagi sampai menebak mengenai perjodohan ini.

Ia juga sama sekali tidak tertarik dengan penampilan Amanda yang terlalu sederhana.

Pekerjaan Amanda juga tidak bagus menurutnya. Hanya seorang guru. Masih honor pula, belum menjadi pegawai. Bisa ditebak, gajinya juga hanya cukup untuk membeli bensin sepeda motor dari rumah ke tempatnya bekerja.

Bukan seleraku. Cara berpakaiannya saja kampungan begitu. Melihat pakaian, membuatku teringat dengan karung beras. Sangat jelek. Apalagi wajahnya, terlalu polos. Apa dia tidak memakai lipstik dan bedak? Dan rambutnya. Apa dia tidak pernah ke salon? Dia pasti belum pernah membuat rambutnya menjadi curly seperti gadis di luar sana. Apa lagi sampai mewarnai rambutnya. Batin Justin yang  menilai buruk penampilan Amanda.

Amanda melirik Justin yang menatapnya remeh. Ia tidak suka dengan sikap Justin yang mudah marah dan kurang sopan terhadap orang tua.

Ia juga tidak suka dari cara Justin melihatnya. Ia tahu, pria itu sedang menilai penampilannya. Tapi, menatap seperti itu terlalu kurang ajar menurutnya.

Apalagi ini adalah pertemuan pertama mereka. Sangat berbeda dengan Azam, pria yang ia cintai namun masih ia sembunyikan dari orang tuanya.

Selama ini, ayahnya melarangnya untuk dekat dengan pria manapun. Sekarang ia tahu alasannya. Apa selama ini ayahnya menunggu Justin selesai kuliah di luar negeri?

"Ayah, apa hal ini memang sudah ayah dan pak Marcel rencakan sejak lama?" Tanya Amanda setelah melihat ayahnya tampak gusar karena Justin tidak menerima perjodohan ini.

Ayahnya mengangguk. "Kami teman satu sekolah dan seperjuangan saat kuliah dulu. Kami pernah bercanda untuk menjodohkan anak-anak kami kelak."

"Dan saat ayah sedang ke Bali untuk sebuah acara seminar, ayah kembali bertemu dengan Marcel. Kami saling menceritakan mengenai keluarga kecil kami."

"Dan karena anak pertama ayah adalah perempuan dan anak pertamanya Marcel adalah laki-laki, kami kembali berjanji untuk menjodohkan kalian saat sudah dewasa nanti."

"Kami kembali lost contact dan baru kembali berhubungan sejak dua tahun terakhir."

"Saat itu kamu sudah masuk semester akhir. Dan ayah mengatakan pada Marcel untuk mempertemukan kalian."

"Tapi, Marcel menolak karena Justin masih di luar negeri untuk melanjutkan studi S2nya."

Amanda berusaha memahami ayahnya dan Marcel. Ia melihat Justin yang sejak tadi enggan mendengar cerita ayahnya.

Apa ayah tidak merasa kalau Justin bukan pria yang baik untuk Manda, Yah? Dia saja tidak bisa menghargai ayah yang sedang berbicara. Batin Amanda.

"Bagaimana kalau Manda katakan, Manda sudah punya calon suami pilihan Manda, Ayah?"

Faiz tertawa. "Kamu jangan membohongi ayah, Nak."

"Ayah tahu, selama ini kamu tidak pernah berhubungan dengan pria manapun."

"Jika kamu berbohong hanya untuk menghindari perjodohan ini, lebih baik jangan lakukan, Nak," sambung Dahlia-ibunya Manda.

"Bagaimana kalau Manda mempertemukan pria itu dengan Ayah dan bunda?"

Faiz lagi-lagi menggeleng. "Ayah belum tentu memberi restu, Nak."

"Ayah mungkin juga tidak akan merestui kamu dengan pria itu karena ayah sudah berjanji pada Marcel untuk menjodohkan kalian."

"Manda, ayah tahu. Kamu tidak pernah dekat dengan pria manapun. Kehidupan kamu hanya di sekolah dan di rumah. Jika pria itu memang ada, sudah pasti pria itu akan datang ke rumah."

"Mulai sekarang, kamu dan Justin harus lebih sering bertemu."

"Ayah percaya, kamu dan Justin akan saling menerima satu sama lain setelah kalian saling mengenal."

Apa yang Faiz katakan dibenarkan oleh Marcel. Mereka membujuk anak-anak mereka untuk menjalani waktu enam bulan sebelum pertunangan berlangsung.

"Tante percaya, kamu adalah gadis yang cocok untuk jadi menantu tante," ucap Kamila pada Amanda.

"Tante minta tolong. Belajar mencintai Justin, ya sayang!"

Wanita cantik yang berbicara penuh kelembutan itu membuat Amanda tak kuasa untuk mengatakan tidak.

"I-iya tante," Jawabnya gugup.

"Ah, ya. Kapan-kapan main ke toko kue tante ya. Tante tunggu!"

"Iya, tante. Kapan-kapan Manda akan main ke sana."

Ini hanya langkah awal. Setelah ini Amanda harus mengatur rencana agar perjodohan ini tidak dilanjutkan.

Yang terpenting saat ini adalah perasaan kedua orang tuanya dan orang tua Justin.

Menurutnya, orang tua mereka tidak salah.

Wajar saja jika sahabat karib itu ingin membuat hubungan mereka semakin dekat dengan menikahkan anak-anak mereka. Enam bulan sudah cukup untuk mencari cara agar ia dan Justin tidak menikah.

Sepertinya aku harus bicara empat mata dengan pria itu. Batin Amanda.

Terpopuler

Comments

Andi Syafaat

Andi Syafaat

masih menyimak

2023-04-08

1

Andi Syafaat

Andi Syafaat

aku datang thor

2023-04-08

1

Andi Sayyid

Andi Sayyid

aku mampir Thor

2023-04-02

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!