Bab 4 Kedatangan Azam

Beberapa hari setelah Amanda menghubunginya, Azam menepati janjinya untuk datang menemui orang tua Amanda.

Ia meninggalkan pekerjaannya untuk sementara waktu karena masa depan dan percintaannya juga sangat penting baginya.

Bertahun-tahun ia berusaha mandiri dan sukses agar ia punya nyali untuk melamar Amanda. Namun, sayang sekali semua tidak sesuai dengan ekspektasinya. Amanda malah sudah dijodohkan dengan pria lain.

Dengan mengendarai mobil sendirian dari desanya, Azam tiba di depan rumah Amanda. Kebetulan hari ini adalah hari libur dan kedua orang tua Amanda tidak bekerja.

Azam mengetuk pagar dan tampak Faiz-ayah Amanda sedang menyirami tananama di depan rumah.

Azam berdiri di luar gerbang rumah Amanda. "Permisi, Pak. Apa benar ini rumah pak Faiz?" tanyanya pada pria yang seketika berjalan mendekat kearahnya itu.

"Ya, saya Faiz. Kamu siapa dan ada perlu apa, Nak?" tanya Faiz kepada pria muda yang berbicara dengan begitu sopan.

"Ehm, perkenalkan, saya Azam, Pak. Saya temannya Amanda yang baru saja datang dari Surabaya, Pak."

Faiz mulai menebak apakah Azam pria yang Amanda maksud sebagai pria yang akan dipertemukan dengannya?

"Apakah saya bisa minta waktunya untuk bicara sebentar, Pak?"

Faiz membawa pria itu masuk ke dalam rumah karena melihat tetangga yang mulai memperhatikan mereka.

Sementara itu, Amanda sedang berada di dalam kamarnya. Ia menunggu Azam yang katanya akan ke Jakarta hari ini.

Aku sudah berada di depan rumah kamu. Aku menepati janjiku, Manda. Doakan aku semoga berhasil meyakinkan ayah kamu.

Amanda melompat dari atas ranjang setelah membaca isi pesan dari Azam yang baru saja ia terima.

"Mas Azam ada di depan?"

Amanda merapihkan rambut dan pakaianannya. Ia segers turun dari lantai dua rumahnya dan saat ia sampai di ruang tamu, ternyata Azam sudah dibawa masuk oleh ayahnya.

Amanda memundurkan langkah karena melihat wajah Ayah yang tidak ramah. Ia ingin sekali menemui Azam, namun sepertinya ini bukan saat yang tepat.

Ia tidak ingin ayahnya marah pada mereka berdua dan akan berimbas buruk pada kesehatan ayahnya.

Amanda berdiri dan menyandarkan tubuhnya dibalik dinding. Ia ingin mendengar percakapan mereka. Ia tahu ini salah, tapi akan lebih salah lagi jika ia tidak mendengarkannya.

"Coba jelaskan, siapa kamu dan apa tujuan kamu datang ke rumah ini!"

"Saya Azam, Pak. Saya temannya Amanda."

"Kamu temannya atau pacarnya?" tebak Faiz percaya diri.

Azam ternyum kecil meski pertanyaan itu diucapkan dengan nada tegas dan cenderung mengintimidasinya.

"Ya, Pak. Saya pacarnya, jika bapak memberi restu pada kami."

"Saya datang kesini hendak meminta izin pada bapak untuk melamar Amanda, Pak."

Faiz diam saja. Ia menilai penampilan Azam. Ia khawatir, penampilan Azam yang sederhana tidak sesuai dengan kelakuannya. Ia hanya tidak mau, Amanda menikah dengan pria yang tidak ia kenal dan tidak ia ketahui asal usulnya.

"Saya tidak bisa mengizinkan kamu untuk melamar putri saya."

"Maaf, karena saya sudah menjodohkan Manda dengan pria lain."

"Tapi, kami saling mencintai, Pak!"

"Kami sudah lama saling mengenal dan kami berkomunikasi secara intens."

"Tapi, saya tidak pernah melihat kamu sebelumnya," balas Faiz.

"Saya tidak mengenal kamu dan saya tidak mungkin melepaskan Manda untuk pria yang tidak saya ketahui latar belakangnya."

"Selama ini, Manda tidak berani mempertemukan saya dengan bapak karena ia tidak berani melanggar aturan yang bapak buat."

"Dia takut anda marah padanya. Bukankah anda melarangnya untuk berhubungan dengan seorang pria?"

Faiz mengangguk. Semua itu memang aturan yang sudah ia buat demi menjaga Amanda. Ia ingin mempertemukan Amanda dengan Justin sebelum Amanda menemukan pria pilihannya.

"Kamu tahu akan hal itu, lalu mengapa kamu masih berani menjalin hubungan dengannya?"

"Bukankan seharusnya kamu tahu kalau tidak akan ada kepastian dalam hubungan kalian?"

Azam mengangguk. "Awalnya saya tidak yakin, Pak. Tapi, rasa cinta kami yang membuat kami percaya suatu saat hubungan kami ini akan berakhir bahagia."

"Pergilah!" usir Faiz.

"Jangan menyakiti perasaan kamu dengan menginginkan hal sejauh itu dengan Amanda."

"Pak, apa tidak ada kesempatan untuk kami bisa bersama?"

Faiz menggeleng lemah. Sebenarnya ia kasihan pada pria di depannya. Tapi, ia sudah terlanjut menjodohkan Amanda dengan Justin.

"Kalau itu memang keputusan bapak, saya terima. Tapi, saya akan tetap berusaha agar bisa bersama Manda."

"Saya akan membuktikan kepada bapak, bahwa saya adalah pria yang pantas untuk putri bapak."

"Saya anggap meraih restu dari bapak adalah salah satu ujian dari cinta kami."

Azam berdiri dan meraih ranselnya. Ia memakai ransel itu dipunggungnya.

"Saya pamit dulu, Pak. Titip salam untuk Amanda."

Di balik dinding, Amanda sudah menumpahkan tangisnya. Ia tidak menyangka ayahnya benar-benar membuktikan ucapannya dengan tidak memberi kesempatan sedikitpun pada Azam.

Amanda berjalan menuju kamarnya. Ia menangis sambil menutup wajahnya dengan bantal. Rasanya sangat sakit, terlebih melihat Azam yang justru akan memperjuangkan hubungan mereka.

"Mas ... maafkan semua perkataan ayah padamu," ucap Amanda yang sedang menghubungi Azam.

"Aku baik-baik saja, Manda. Asal kamu masih yakin ingin bersamaku, maka aku akan sangat yakin untuk memperjuangkan kamu," jawab Azam yang sepertinya sedang berada di dalam mobil.

"Aku masih sangat yakin, Mas."

"Aku- aku gak menyangka kalau ayah akan setega itu menolak kamu secara terang-terangan."

"Sssst! Berhentilah menangis! Aku percaya ini hanya kerikil kecil dalam hubungan kita."

"Tetap semangat, sayang! Kelak, hati ayah akan terbuka untuk kita."

"Semoga saja, Mas."

"Kamu istirahat ya. Aku masih di jalan. Aku akan menginap di hotel yang gak jauh dari rumah kamu."

"Kamu akan disini berapa lama, Mas?"

"Aku belum tahu, Manda. Jika ada hal mendesak yang memaksaku harus pulang, aku akan segera pulang. Tapi, sepertinya aku bisa mengandalkan orang kepercayaaku untuk sementara waktu."

Amanda mengakhir panggilan itu. Ia kembali menangis tersedu-sedu.

Ayah, mengapa ayah begitu tega? Apa ayah gak memikirkan kebahagiaan Manda, yah?

Selama ini, Manda begitu sayang dan selalu menuruti perintah ayah. Ayah juga selalu mencurahkan kasih sayang dan perhatian yang lebih untuk manda.

Tapi, kenapa kali ini ayah gak bisa memberikan kesempatan untuk Manda memilih sendiri pria yang akan menjadi suami Manda, ayah?

Manda sudah 23 tahun, Ayah. Apa ayah masih menganggap Manda seperti anak kecil?

Suara mobil masuk ke pekarangan rumah Amanda. Ia mengintip dari jendela dan tampak ibunya baru pulang dari pasar.

Dan sebuah mobil sudah terparkir. Seorang pria keluar dari mobil itu.

"Justin?"

"Mau apa dia datang pagi-pagi begini?"

Amanda meraih ponselnya dan mengirim pesan pada Justin.

Untuk apa kamu datang kesini? Jangan mencoba menemuiku. Aku sedang istirahat!

Terpopuler

Comments

Andi Sayyid

Andi Sayyid

lanjut

2023-04-08

1

Andi Sayyid

Andi Sayyid

sekarang tetap menunggu

2023-04-08

1

Andi Syafaat

Andi Syafaat

tidak tau mau berkomentar apa?

2023-04-08

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!