Bab 2 Kesepakatan

Setelah semalaman memikirkan perjodohan yang membuatnya tidak bisa tidur, Amanda memutuskan untuk menemui Justin.

Ia percaya pria yang menatapnya remeh itu juga tidak ingin perjodohan ini dilanjutkan.

Mumpung belum terlanjur jauh, Amanda harus segera mengatur rencana agar perjodohan ini dibatalkan dengan alasan yang masuk akal dan dengan cara yang natural.

"Bukankah tante Dahlia memberikan nomor ponsel Justin, kemarin malam?" gumamnya.

Amanda mengirim pesan kepada Justin. Pesan itu masuk dan hanya dibaca, tapi tidak di balas.

Akhirnya ia menghubungi Justin dan pria itu baru menjawab setelah ia mencobanya beberapa kali.

"Ha-hallo, Justin."

"Aku Amanda. Bisa kita bicara berdua."

"Aku sibuk!" jawab Justin ketus dengan suara khas orang baru bangun tidur.

Sibuk? Dia baru bangun tidur sepertinya. Jam berapa ini? Haah? Jam 10, dan dia belum bangun? Enak sekali dia, bisa tidur nyenyak sampai lupa bangun. Sedangkan aku enggak bisa tidur semalaman. Batin Amanda kesal.

"Aku ingin kita bicara, Justin. Aku merasa kita memang perlu bicara."

"Aku malas bicara denganmu, jelek!"

Astaga! Apa letak mulutnya lebih tinggi daripada otaknya sehingga ia bicara tanpa difikir dulu? Batin Amanda sambil mengelus dada.

"Aku ingin kita membatalkan perjodohan ini. Ku rasa kamu bisa diajak kerja sama!"

Amanda cukup lama tidak mendengar jawaban Justin. Pria itu sedang berfikir atau sudah kembali tidur?

"Baiklah! Dimana kamu ingin bertemu?"

Akhirnya dia ngomong juga. Ku fikir dia masuk ke alam mimpi lagi.

"Di Cappucinno Cafe. Jam 2 siang ini." Amanda menyebut nama cafe yang agak jauh dari rumahnya.

Untuk sebuah pertemuan rahasia ini, ia tidak ingin ada yang tahu apalagi sampai ada yang melihatnya bersama Justin.

Sudah hampir satu jam Amanda menunggu Justin yang belum muncul juga. Ia bahkan sudah menghabiskan segelas milkshake dan mungkin ia akan kembali memesan secangkir kopi karena ia mulai mengantuk.

Ia melihat jam sudah hampir menunjuk angka tiga. Ia takut ayahnya curiga karena ia pamit untuk membeli buku bacaan yang akan ia hadiahkan pada muridnya.

Kebetulan ia mengajar di kelas 1 sekolah dasar sehingga ia memotivasi muridnya untuk terus belajar membaca dengan membagikan buku bacaan sebagai hadiah kepada murid yang bisa menyelesaikan tugas dengan baik.

Amanda terkejut saat melihat seorang pria yang berdiri dan menarik kursi lalu duduk di depannya.

Ia mengerutkan kening saat melihat penampilan Justin lebih mirip tukang ojek dipangkalan depan gang rumahnya.

Sebuah jaket hoodie dengan celana yang sobek di bagian lutut. Tunggu dulu, penampilan pria ini bahkan jauh lebih hancur dibanding tukang ojek.

"Bicara cepat. Waktuku tidak banyak," ucap Justin dengan nada dingin.

"Aku ingin kamu mengatakan pada pak Marcel agar pertunangan kita dibatalkan!"

"Sudah ku katakan kemarin malam, kan? Apa telingamu nggak bisa mendengarnya?"

"Kamu saja yang mengatakan pada ayahmu!"

"Aku gak bisa membantah ayah dan melukai perasaannya," jawab Amanda.

Bagaimana bisa ia membantah ayahnya, sedangkan ingin mempertemukan Azam dengan ayahnya saja ditolak mentah-mentah.

"Dasar egois. Aku juga gak mau papa marah padaku!"

"Aku juga enggak mau dicoret dari KK karena melawan perintah papa."

Amanda mendengus kesal. Sepertinya sia-sia mengajak kerja sama pria ini.

Penampilannya saja yang seperti pre-man, tapi ternyata takut juga dicoret dari KK. Apa karena warisan?

Justin juga menatap Amanda kesal.

Ternyata dia licik juga. Enak saja mau mengorbankan aku untuk melawan papa. Kalau saja posisiku sudah aman di perusahaan, gak masalah aku berdebat sedikit dengan papa. Sedangkan posisiku sekarang masih belum aman. Aku nggak mau karena masalah ini, papa malah mengirimku ke kantor cabang di luar kota. Batin Justin.

"Kalau begitu, bagaimana caranya agar perjodohan ini dibatalkan?"

"Aku nggak mau menikah dengan pria yang nggak ku sukai! Aku sudah punya pacar dan aku ingin dia yang menikahiku."

Justin tersenyum miring. "Aku juga enggak mau menikahi kamu!"

"Kamu bukan seleraku dan kita nggak selevel!"

Amanda memutar bola matanya. Ia jengah melihat dan mendengar kesombongan Justin. Meskipun ia juga mengakui keluarga mereka berbeda dari segi ekonomi.

Ayahnya hanya seorang kepala sekolah. Sedangkan Marcel adalah pemilik Dewangga hotel yang kelak akan diwariskan pada Justin.

Mamanya Justin memiliki bisnis sendiri berupa toko kue sedangkan ibunya hanyalah seorang pegawai negeri sipil yang mengajar disekolah menengah pertama.

"Terserahlah! Hina saja, dan aku semakin yakin untuk membatalkan perjodohan kita!" Amanda tak ingin dihina. Ia juga menunjukkan keangkuhannya padahal wajah polosnya tak pantas dengan kalimat itu.

Tiba-tiba Justin punya ide cemerlang. Jika rencana ini berjalan mulus, ia akan mendapat banyak keuntungan. Anggap saja sekali dayung dua tiga pulau terlampaui.

Ia bisa mengambil hati orang tuanya, lalu mengambil alih perushaan agar ia dipandang dan dihormati banyak orang. Dan yang pasti agar ia punya kuasa dan bisa melakukan apapun sesuka hatinya.

"Saranku, lebih baik kita bersandiwara dulu."

"Sandiwara apa?" potong Amanda. Matanya membulat sempurna menatap pria di depannya.

"Dengarkan aku dulu!" Justin kesal.

"Kamu gak mau membuat ayah kamu marah. Kamu juga gak berdaya dengan keputusan ayah kamu."

"Aku juga demikian. Aku masih harus mengambil hati papa dan mama agar mempercayaiku untuk mengelolah bisnis mereka."

Dasar anak kurang ajar! Ternyata dia mengincar warisan dari orang tuanya. Kalau begitu, kenapa gak sekalian saja dia doakan orang tuanya cepat mening- Astagfirullah! Mikir apa aku ini? Lagi pula, bukan urusanku dia mau melakukan apa pada orang tuanya. Tipe pria sepertinya sama sekali gak pantas dijadikan suami. Batin Amanda yang sudah berfikir terlalu jauh.

"Lebih baik, kita pura-pura menerima perjodohan ini dulu sampai kita menemukan cara untuk membatalkannya."

"Pura-pura belajar saling mengenal. Pura-pura akrab di depan mereka. Tapi, jangan coba-coba melibatkan perasaan," ucap Justin memperingatkan.

"Aku bukan pria yang suka terikat dengan status hubungan!"

"Aku juga gak bisa membalas perasaanmu nanti."

"Aku memang tampan, dan kamu harus sadar diri kalau kamu yang kampungan ini gak pantas denganku."

Bagi Justin, sebuah hubungan hanya akan membuatnya repot. Ia enggan terikat dengan satu gadis karena ia suka berkelana diatas ranjang dengan gadis berbeda di setiap kesempatan.

Ya Allah. Manusia ini terbuat dari tanah sengketa atau bagaimana? Kenapa dia terlalu angkuh. Banyak bicara pula. Dasar pembual. Batin Amanda lagi.

Ia cukup tahu diri untuk tidak meluapkan isi hatinya. Ia ingin segera menyelesaikan masalah ini dan pergi dari hadapan pria di depannya.

Untuk sementara ini, Amanda setuju dengan ide pria di depannya itu.

"Ini cuma enam bulan."

"Syukur-syukur, sebelum enam bulan ada pria yang menghamili kamu, jadi kita gak jadi dijodohkan!"

Amit-amit. Batin Amanda.

"Oke deal!" Ucap Amanda karena bicaranya Justin sudah melenceng kemana-kemana.

Akhir pertemuan ini, mereka sepakat untuk pura-pura menerima perjodohan ini demi keuntungan masing-masing.

Terpopuler

Comments

Andi Syafaat

Andi Syafaat

masih mengikuti

2023-04-08

1

Andi Sayyid

Andi Sayyid

lanjut Thor

2023-04-02

3

Andi Sayyid

Andi Sayyid

tidak tau mau berkomentar apa?

2023-04-02

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!