Amanda menerima balasan pesan dari Justin.
Aku juga malas menemuimu! Ini adalah perintah mama. Kalau kamu masih mau melanjutkan rencana kita, lebih baik segera bersiap karena mama ingin aku membawa kamu untuk bertemu dengannya.
Amanda berdecak kesal. Matanya masih merah karena menangisi perjuangan Azam yang sia-sia, tapi kini ia harus pura-pura bahagia karena Justin datang untuk menjemputnya.
Sementara itu, Justin disambut hangat oleh ibu dan ayah Amanda. Faiz dan Dahlia mempersilakan Justin masuk ke dalam rumah.
"Pagi-pagi sudah ke rumah, mau menjemput Manda, ya?" Dahlia membuat senyum kecil terbit di bibir Justin.
"Ya, tante. Mama memintaku untuk membawa Amanda ke toko kue. Mama sudah menunggu disana."
"Kalau begitu, minta Manda untuk bersiap, Bu!" perintah Faiz yang tak ingin calon menantunya menunggu lama.
Justin memindai seisi ruang tamu rumah ini. Ia melihat sebuah foto keluarga. Ternyata ada satu anggota keluarga lagi di rumah ini.
"Dia adiknya Manda. Namanya Arman." Faiz menunjuk pria yang berdiri di sampingnya dalam foto itu.
Justin mengangguk. "Dia yang sedang kuliah di Jogja, Om?"
Faiz mengangguk. "Ya, Arman sedang kuliah dan paling lambat setahun lagi, dia akan lulus."
Sementara itu, Amanda masih meringkuk malas diatas ranjangnya. Ia mengabaikan pesan dari Justin yang memintanya untuk bersiap.
Pintu kamarnya diketuk dan ibunya memanggilnya beberapa kali.
Langkahnya terasa berat, tapi ia tetap membukakan pintu. "Ada apa, Bu?"
Dahlia tersenyum lebar. "Ada Justin di bawah! Mau jemput kamu." Ibunya tampak bahagia saat mengucapkan kalimat itu.
"Cie... dijemput pacar!" goda Dahlia. "Mandi sana! Dandan yang cantik dan jangan lupa, mukanya jangan jutek."
Amanda menghela nafas. "Manda masih ngantuk, Bu."
"Manda, hargai dia dong! Dia jemput kamu atas perintah tante Kamila loh!"
Akhirnya Amanda bersiap karena enggan berdebat panjang lebar dengan ibunya. Ia memakai celana jeans longgar dan atasan berupa sweater hoodie. Rambutnya ia cepol asal dengan anak rambut yang menjuntai bebas di sekitar keningnya.
Manda tersenyum kecil. "Biar makin jelek, aku malas pakai lipstik! Lipbalm saja sudah cukup. Semoga si Justin makin badmood dan tante Kamila gak suka sama penampilanku yang acak-acakan begini!" Ia tertawa pelan.
Amanda berjalan dengan santai ke ruang tamu. Ia menjinjing sepatu berwarna putih yang akan ia pakai.
Amanda tersenyum kecil melihat wajah Justin yang terheran-heran saat melihat penampilannya. Mungkin pria itu merasa aneh karena ada gadis yang berpenampilan seburuk itu saat akan bertemu calon ibu mertuanya.
"Manda, kamu pakai pakaian seperti ini?" tanya Faiz heran.
Manda melihat dirinya sendiri dengan menunduk. Ia mengangguk menatap ayahnya. "Iya, ada yang salah, ayah?" tanyanya merasa tidak bersalah.
"Apa tidak ada pakaian yang lebih baik, Nak?" tanya Faiz.
"Ini sudah sangat baik ayah. Pakaian ini masih bagus, tidak sobek dan juga sopan."
"Lagi pula, di dalam mobil Justin ACnya dingin, ayah!"
"Ayo, Just! Tante Kamila pasti sudah menunggu."
Amanda dan Justin menemui Kamila di toko kue miliknya. Dan ternyata mereka harus menemani wanita itu berbelanja di mall.
"Tante senang, akhirnya sekarang tante punya teman belanja juga."
"Bukannya selama ini mama belanja dengan Flo?" tanya Justin.
Kamila tertawa. "Ya, tapi Flo hanya beberapa bulan sekali pulang ke rumah, Just!"
"Mulai sekarang, mama bisa berbelanja bersama Amanda minimal sekali dalam seminggu."
Flower adalah adik perempuan Justin yang sedang kuliah di luar kota. Gadis itu hanya pulang saat libur panjang sehingga Kamila terkadang merasa bosan dan kesepian.
Mereka masuk ke toko pakaian dan Kamila memilihkan beberapa untuk Amanda.
"Maaf, tante. Manda tidak terlalu suka memakai dress seperti ini."
Justin melengos. Walaupun dia suka, aku yakin dia gak akan terlihat pantas memakai dress itu. Dia tetap akan kelihatan jelek. Dan rasanya aku ingin menarik rambutnya yang seperti donat itu!
Kamila memaksa Amanda sehingga mereka keluar dari butik dengan beberapa paperbag di tangan Justin.
Kamila menerima panggilan telpon dan buru-buru berpamitan pada Justin dan Amanda.
"Mama harus segera kembali ke toko. Kalian mama tinggal, ya!"
"Tapi, tiket filmnya bagaimana, tan?" tanya Amanda karena mereka sudah memesan 3 tiket untuk masuk ke dalam bioskop.
"Kalian nonton saja berdua. Tante akan pulang naik taxi."
Semoga dengan begini, kalian bisa semakin akrab. Doa Kamila dalam hati.
Justin dan Amanda diam di tempat saat Kamila perlahan pergi menjauh. Keduanya saling lirik lalu seketika membuang muka. Suasana terasa canggung. Amanda berusaha untuk tetap tenang dan berjalan menuju tempat dimana pertunjukan film akan diputar.
Justin yang berjalan di belakang gadis itu, mengusap wajahnya. Sepertinya mama sengaja meninggalkan aku dengan gadis ini. Rasanya aku ingin kabur saja. Bukankah aku malah terlihat seperti seorang kakak yang sedang menggiring adiknya?
Justin melihat sekretarisnya baru saja keluar dari sebuah butik. Gadis berpakaian modis dengan dress 20 cm diatas lutut itu selalu berhasil membuat Justin bergai-rah. Ia segera mengirim pesan pada gadis bernama Bianca itu.
Bianca? Akhirnya aku bisa pergi dari gadis jelek ini.
"Kamu tunggu disini dulu. Aku harus ke toilet!" pamit Justin yang berbohong pada Amanda. Ia juga menyerahkan beberapa paperbag di tangannya kepada gadis itu.
Hampir satu jam Amada menunggu, tapi Justin belum juga kembali. Padahal film sudah dimulai setengah jam yang lalu.
"Justin! Kamu sengaja meninggalkanku, kan?" gumam Amanda geram setelah ia menyadari Justin telah mempermainkannya.
Amanda segera menghubungi Justin. Beberapa kali ia mencoba akhirnya pria itu menjawab panggilannya.
"Ada apa?" tanyanya ketus.
"Kamu dimana? Sengaja meninggalkanku, heh?"
Justin tertawa. "Aku lupa memberi tahumu. Aku ada urusan pekerjaan. Jadi, harus pergi bersama temanku. Maaf!" ucap Justin tidak tulus.
"Jangan coba-coba mengadukan hal ini pada mama!" sambung pria itu lagi.
Amanda memasukan ponselnya dalam tas. Dengan perasaan kesal, ia berjalan keluar dari mall.
Justin! Bisa-bisanya kamu mengancamku.
Amanda pulang dengan taxi. Saat dalam perjalanan pulang, ia melihat Justin sedang bersama seorang gadis di dalam mobil yang sama-sama terjebak lampu merah.
Taxi dan mobil Justin tidak sejajar, tapi ia bisa melihat kalau pria itu memang Justin.
Keduanya tampak akrab dengan tertawa bersama. Gadis itu juga tampak mengusap rahang Justin yang ditumbuhi rambut-rambut halus.
Amanda bergidik geli. Membayangkan apa yang gadis itu lakukan pada Justin membuat bulu kuduknya berdiri tegak.
Apa mereka gak punya rasa malu, bermesraan di tengah jalan begini?
Mata Amanda semakin membulat saat tanpa sengaja ia melihat tangan Justin menyentuh area dada gadis itu.
Astaga! Apa ada yang salah dengan otaknya? Dan mengapa gadis itu juga diam saja saat Justin bersikap kurang ajar padanya?
Aku harus menggunakan ini sebagai bukti bahwa Justin gak pantas untuk dijadikan suami. Dia sudah di jodohkan, tapi masih main gil* dengan wanita lain.
Lampu merah sudah berganti dan Amanda meminta supir taxi untuk mengejar mobil yang dikendarai oleh Justin.
"Lebih cepat, Pak!" pinta Amanda saat mobil berwarna putih yang Justin kendari mulai menjauh.
"Ah, sial!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Andi Sayyid
lanjuuuut
2023-04-08
1
Andi Sayyid
Justin mah tukang celup
2023-04-08
1
Andi Syafaat
masa manda dapat yang bekas
2023-04-08
3