Gara-gara Jemuran Tetangga
“Nining! Kemari kamu!” Suara Doni melengking sempurna, membuat Nining yang sedang membersihkan piring kaget dan menjatuhkan piring yang sedang dia pegang.
“Mas Dony. Kenapa dia teriak-teriak? Gak biasanya dia berkata semarah dan sekencang itu. Pasti ada apa-apa.” Nining bergumam sambil mengusap piring kotor sg spons berbusa.
“Nining. Cepat ke sini!” teriak Dony se]kali lagi. Dia terdengar semakin marah.
“Aduh. Yah, jatuh. I—iya, Mas.” Nining tidak fokus hingga menjatuhkan piring ke lantai. Piring pun pecah dan pecahannya berserakan di lantai.
Dengan melewati pecahan piring, Nining segera menghampiri suaminya yang sedang ada di kamar. Baginya mendahulukan suaminya adalah kewajiban yang utama dari pada yang lain.
Wajah Doni sangat marah dengan rahang mengeras dan gigi yang bergemerutuk. Sebuah pakaian teronggok rapi di atas tempat tidur. Dony baru saja mandi dan dia masih belum mengenakan pakaian apapun selain sehelai handuk yang melilit bagian bawah perut hingga lututnya.
“A—ada apa, Mas?” Nining sangat ketakutan melihat suaminya yang biasanya bersikap lembut sekarang marah tidak terkira.
“Apa ini?” Dony mengacungkan baju yang ada di atas tempat tidur.
“Ba—baju.” Nining sangat takut hingga dia pun tergagap.
“Baju siapa ini? Ini bukan bajuku. Apa selama aku kerja kamu memasukkan laki-laki lain ke rumah ini?” tuduh Dony sangat geram.
Nining sangat kaget begitu mendengar tuduhan Dony. Dia tak pernah menyangka kalau suami yang sangat dia cintai akan menuduhnya sekeji itu. Dia pun mengambil baju tersebut dan menjembrengnya.
“I—ini bukan baju Mas Dony. Ke—kenapa bisa ada di sini,” jawab Nining tanpa menyangka akan ada baju laki-laki lain di dalam kamarnya. Dia pun tak tahu kenapa baju itu bisa ada di tangan Dony.
“Heh. Aneh. Kamu yang menyiapkan tapi kamu sendiri yang kebingungan. Aku gak nyangka. Wanita yang selama ini aku kira istri paling setia ternyata tega mengkhianatiku. Aku benci sama kamu, Nining.” Dony tersenyum mengejek, sangat kecewa dan tidak akan pernah memaafkan kesalahan fatal yang dilakukan oleh Nining.
“Eng—enggak, Mas. Aku gak pernah mengkhianati Mas Dony. A—aku juga gak tahu kenapa baju itu bisa ada di sini,” kilah Nining yang memang tidak tahu kenapa baju itu ada di kamarnya.
“Alah. Gak usah bohong kamu. Mana ada maling ngaku. Aku gak nyangka. Ternyata selama ini kamu sudah membohongi aku. Aku kecewa sama kamu, Nining.”
Benar-benar sangat mengecewakan. Orang yang sangat dia dicintai tega mengkhianatinya. Dulu Dony berpikir kalau dia adalah laki-laki yang sangat beruntung karena bisa mendapatkan Nining—bunga desa—yang menjadi incaran banyak pemuda. Namun, hari ini dia sangat menyesal sebab dia harus menelan pil pahit kebohongan dari istrinya sendiri.
Dony pun meninggalkan kamar tanpa memakai baju. Dia sangat marah sampai-sampai membiarkan dada bidangnya kedinginan tertiup kipas angin yang selalu menyala.
“Mas tunggu. Kamu pakai baju dulu. Kamu gak kuat dingin, kalau kamu gak pakai baju kamu bisa masuk angin.” Bukannya sibuk meyakinkan suaminya tentang tuduhannya yang salah, Nining lebih mementingkan kesehatan laki-laki yang telah satu tahun menjadi suaminya. Dia mengambil kaos pendek berbahan tebal tapi adem untuk diberikan pada Dony.
Walapun Dony tidak peduli dan terus meninggalkan Nining yang tergopoh-gopoh mengejar langkah kakinya yang panjang, Nining tidak peduli. Dia bahkan mempercepat larinya agar segera memberikan baju yang sedang dia pegang.
Nining menarik tangan suaminya dan memaksanya untuk berhenti dan entah kenapa Dony pun berhenti seperti mendapat gendam, dia menuruti perintah Nining. Wajah Nining yang cantik alami membius Dony sekejap hingga dia tanpa sadar menurut saja ketika Nining memakaikan baju ke badannya.
“Mas boleh marah sama aku. Tapi Mas harus pakai baju dulu. Aku tahu Mas gak kuat dingin, makanya pakai bajunya.”
Sedih memang dituduh sekejam itu oleh suami sendiri, tapi Nining wanita yang sangat sabar. Dia tidak peduli pada sakit hati yang dia rasakan, dia lebih mementingkan Dony yang tidak boleh sakit.
“Nah. Kalau Mas udah pakai baju, aku tenang. Mas gak akan sakit.” Nining tersenyum sambil memandang wajah tampan sang suami. Walaupun dia belum memakai celana, setidaknya tidak bertelanjang dada.
Dony bingung dengan kelembutan Nining. Di satu sisi dia tidak tega memarahi Nining, di sisi yang lain dia sangat sakit melihat baju laki-laki lain ada di atas tempat tidur yang biasa mereka lakukan untuk memadu kasih. Yang terbayang adalah ketika laki-laki pemilik baju itu menjelajahi tubuh Nining dan membuat tempat tidurnya berderit hingga suaranya bersaut-sautan dengan suara lenguhan Nining yang merdu dan selalu menggugah kejantanannya.
“Aaagh.” Dony tidak bisa memukul wanita yang ada di depannya.
Dia pun melampiaskan kemarahannya pada pintu kayu yang ada di dekatnya. Dia meninjunya hingga pintu itu bolong. Buku-buku jari tangannya mengeluarkan darah dan Nining pun sangat kaget begitu terdengar pukulan keras melayang di depannya. Nining menutup telinganya karena ketakutan.
“Mas Dony. Apa yang Mas Dony lakukan? Ya Tuhan, tangan Mas Dony berdarah. Sini aku obati,” teriak Nining histeris. Dia segera berlari dan mengambil kotak P3K yang selalu ada di rumahnya.
Setelah Nining kembali membawa kotak P3K dan berniat mengobati tangan Dony yang luka, Dony menolak.
“Jangan sentuh aku. Kamu pikir dengan kelembutan kamu, aku bisa memaafkan perselingkuhan kamu? Enggak, Nining. Aku gak akan pernah Memaafkan kamu.”
“Aku gak pernah selingkuh, Mas. Aku selalu setia sama Mas Dony. Aku sayang banget sama Mas Dony. Aku gak pernah masukin laki-laki lain ke rumah ini tanpa persetujuan dari Mas Dony. Aku selalu telpon Mas Dony kalau ada tamu laki-laki yang datang dan aku selalu minta izin sama Mas Dony. Kalau Mas Dony gak ngizinin, aku gak berani ngajak dia masuk. Aku biarin aja dia di luar. Mas Dony harus percaya sama aku,” kata Nining meyakinkan suaminya kalau dia istri yang pantas untuk dipercaya.
“Kalau kamu gak pernah bawa masuk laki-laki lain ke rumah kita, bagaimana mungkin bisa ada baju laki-laki di kamar kita? Penjelasan kamu gak bisa buktiin apapun. Aku kecewa sama kamu. Aku pikir kamu istri yang baik, ternyata kamu gak lebih baik dari seorang wanita malam yang suka menjual diri di jalanan,” hina Dony, dalam keadaan emosi dia tidak bisa mengontrol ucapannya. Ucapan yang tidak pernah dia keluarkan pada siapa pun, malam itu terlontar begitu saja karena sebuah api cemburu, kecewa dan sakit hati yang teramat dalam.
“Aku gak sehina itu Mas. Aku sangat menjaga kehormatan aku. Aku gak seperti yang Mas tuduhkan. Demi Tuhan, aku gak pernah memberikan tubuh aku ke laki-laki lain selain Mas Dony,” isak Nining sedih bercampur perih. Tega sekali suaminya sendiri merendahkan dirinya sekejam itu.
“Gak usah sandiwara dengan air mata buaya kamu, Nining. Jangan bawa-bawa nama Tuhan untuk menutupi sikap buruk kamu. Aku gak akan pernah percaya dengan kata-kata kamu. Aku kecewa sama kamu! Aku sangat kecewa.”
Dony tidak sudi menatap wajah Nining. Sakit sekali mengatakan semua yang ada di dalam pikirannya, tapi itu yang bisa membuatnya jauh lebih baik. Sebagai seorang laki-laki, dia harus bisa membuktikan kalau harga dirinya jauh di atas segalanya. Dia tak akan pernah memaafkan wanita yang sudah menginjak-injak statusnya sebagai suami.
“Mas, aku gak salah. Percaya sama aku,” rengek Nining sambil menarik tangan Dony agar mempercayainya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments