Dony tidak menyangka kalau Nining sejahat itu. Dia pikir Nining adalah wanita yang sangat baik, ternyata dia tidak lebih baik dari seorang wanita licik yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keinginannya.
Kesal, marah, benci, kecewa dan juga sedih memenuhi pikirannya. Jika tidak di kafe, dia mungkin sudah memukul meja yang ada di depannya. Namun, dia menahan diri agar tidak melakukan hal bodoh seperti itu. Dia tidak ingin kekesalannya dilihat oleh orang-orang.
"Mas Dony. Mas Dony gak apa-apa?" telisik Sri yang melihat ekspresi penuh emosi tersirat di wajah pujaan hatinya.
Dony mengulas senyum, tak ingin memberitahu keadaan hatinya saat ini pada wanita yang ada di depannya. Lebih baik dia menyimpan semuanya dalam diam, daripada mengungkapkan apa yang dia rasakan terhadap Nining saat ini.
"Aku harus segera masuk kantor, jam istirahatku sudah selesai. Terima kasih sudah memberitahuku. Aku tinggal dulu." Dony meminta izin untuk pergi. Sekarang keadaannya tidak karuan, lebih baik dia menyendiri daripada bersama seseorang yang akan membuat keadaan hatinya semakin hancur.
Sri mengikuti arah Dony pergi hingga tubuhnya hilang ditelan pintu menuju kantornya. Dia sangat senang melihat Dony yang patah hati. Walaupun dia belum bisa memiliki Dony seutuhnya, rencana jahat untuk menumbuhkan benih benci di hati Doni untuk istrinya itu sudah berhasil.
"Saya tidak akan lagi mengalah. Lihat saja nanti apa yang akan saya lakukan pada rumah tangga kalian. Sudah saatnya saya mendapatkan apa yang seharusnya saya dapatkan. Dari dulu kamu selalu mendapatkan apa yang aku inginkan dan sekarang saya tidak akan membiarkan itu terjadi lagi, Nining. Tunggu saja pembalasan saya," gumam Sri penuh keyakinan.
***
Keadaan hati Dony sedang tidak menentu. Di depannya bertumpuk berkas menunggu untuk dikerjakan, tapi tidak satupun pekerjaannya selesai dengan benar. Masalah rumah tangganya membuat pikirannya terpecah belah hingga dia tidak bisa fokus dalam bekerja.
"Kenapa Loe, Don? Gue lihat Loe lagi gak fokus. Lihat itu ... biasanya satu jam semua pekerjaan Loe udah selesai. Sekarang udah mau jam pulang tapi berkas-berkas Loe masih setinggi gunung. Apa Loe ada masalah?" tanya rekan kerjanya yang biasa dipanggil Adam.
Dony mengolah nafas. Walaupun sejak tadi dia mencoba fokus, nyatanya ucapan Sri membuatnya benar-benar kacau. Hatinya benar-benar hancur. Dia kecewa dan marah pada Nining, tapi dia tidak rela untuk berpisah dengan wanita yang sangat dia cintai itu.
"Kayaknya aku cuma kecapekan aja, deh. Butuh cuti mungkin. Setahun kemarin cutiku tidak aku ambil. Mungkin ini waktu yang pas untuk aku meminta cuti pada perusahaan," kilah Dony. Dia memang tidak suka mengumbar masalahnya di depan teman-temannya, lebih nyaman menyelesaikan permasalahan hidupnya sendiri daripada dicampuri orang lain yang kemungkinan besar tidak sesuai dengan keinginannya.
"Ide yang bagus. Kayaknya Loe emang harus istirahat dulu sebentar. Atau Loe mau ambil cuti bulan madu? Bukannya kemarin Loe belum sempat bulan madu, ya?" sambung Adam lagi.
Mendengar kata bulan madu, hati Dony kembali terasa tersayat. Sudah setahun, tapi dia belum memberikan liburan pada dirinya dan Nining untuk menghabiskan bulan madu berdua. Dony terlalu sibuk bekerja hingga dia melupakan rekreasi bersama Nining.
Memang Nining tidak pernah meminta bulan madu, tapi Doni merasa bersalah karena belum bisa memberikan kebahagiaan yang biasanya diberikan oleh suami kepada istri itu. Perih mengingat hal itu. Namun, semua itu seperti sebuah dilema saat ini. Apa karena dia tidak pernah mengajak istrinya bulan madu sehingga Nining menghianatinya? Apakah Nining merasa kesepian dan kurang perhatian sebab dia jarang menghabiskan waktu berdua?
Ah, sekarang Dony menjadi merasa bersalah. Apakah penyebab kesalahan yang dilakukan oleh Nining ada campur tangan dirinya? Sekarang Doni menjadi bingung.
"Woi! Malah ngelamun. Pasti lagi ngelamunin istri lo yang cantik itu, ya? Gak heran, sih. Istri Loe emang cantik, tapi sederhana. Sayangnya gue keduluan sama Loe. Kalau gue lihat dia dulu, gue pasti berusaha sekuat tenaga buat dapetin dia," canda Adam.
Seketika itu emosi Dony memuncak. Dia mencengkram kerah Adam dengan geram. Dalam bayangannya, Adamlah lelaki yang menjadi selingkuhan Nining. Untuk saat ini candaan Adam sangat menyakitkan, karena itu membuat luka dia Doni semakin menganga.
Apa kamu bilang? Kamu suka sama istriku, hah?Kamu mau jadi pelakor?" geram Dony pada Adam yang sama sekali tidak berniat merebut Nining dari sisinya.
"Tenang, Bro. Gue cuma bercanda. Kenapa, sih, Loe sejak pagi tadi emosi mulu? Loe lagi datang bulan, ya? Atau emang lagi ada masalah dengan istri Loe?
Bukannya marah, Adam justru menenangkan Dony. Dia sangat tahu sifat teman kerja sekaligus sahabatnya itu. Setiap ada masalah, lelaki berusia dua puluh lima tahun itu tidak mau menceritakannya pada siapapun, tetapi emosinya menjadi tidak stabil. Itulah yang sedang terjadi saat ini dan Adam bisa memakluminya.
Dony melepas cengkramannya kemudian menghela nafas dengan lemas. Masalah dengan Nining membuat tenaga dan pikirannya terkuras hebat sampai-sampai dia tidak bisa mengendalikan diri hingga hampir saja melukai sahabat yang sangat baik padanya.
"Maaf." Hanya ucapan itu yang keluar untuk Adam. Doni memilih pergi daripada menjelaskan keretakan rumah tangganya.
Adam paham dan membiarkan Doni sendirian. Untuk saat ini memang lebih baik dia sendirian daripada ditemani oleh seseorang yang tidak tahu menahu tentang masalah hidupnya.
Doni berjalan tanpa tujuan hingga tanpa sengaja dia berhenti di depan mushola kantor. Tanpa pikir panjang dia segera mengambil air wudhu, bersujud dan berdoa pada Sang Khalik.
"Ya Tuhan. Apa yang sebenarnya terjadi dengan istriku? Kenapa sekarang istriku berubah? Apa yang terjadi dengannya karena aku kurang peka, apa ada yang kurang dengan diriku sampai dia mencari orang lain?" aduh Dony dengan mengangkat kedua tangannya. Tanpa terasa bulir bening membasahi pipi. Kecewa, menyesal, sedih dan patah hati yang kini dia rasakan.
Seseorang yang sedang berdoa di samping Dony tidak sengaja mendengar doa Dony. Dia mencoba memberikan ketenangan lewat ilmu yang dia tahu.
"Tabayyun. Bicarakan semuanya dengan baik dan kepala dingin. Semua yang diambil dalam keadaan penuh emosi akan berakhir dengan penyesalan," ucap laki-laki itu.
Dony melirik ke samping saat samar terdengar nasehat yang terucap santai.
"Maksudnya?" telisik Dony masih belum mengerti maksud dari lelaki itu.
"Tanyakan baik-baik pada istri Anda apa yang sebenarnya terjadi. Jangan langsung percaya pada ucapan orang atau penglihatan kita, jika kita sendiri hanya melihat sepintas. Bisa saja kita salah paham karena melihat sesuatu hanya sepotong-sepotong," sambungnya lagi.
"Maksudnya aku harus menemui istriku dan menanyakan tentang kebenarannya? Atau aku harus menyelidiki sendiri tentang semua yang telah terjadi? Kalau aku tanya langsung ke dia, bisa saja dia berbohong untuk menutupi kebusukannya, karena kita tidak akan tahu dia itu jujur atau enggak," jawab Doni masih bimbang tentang ucapan yang harus dia percaya.
"Jika Anda masih bingung, pikirkan semuanya dalam ketenangan. Berpikirlah dengan kepala dingin dan penuh pertimbangan. Ada saatnya kita memang membutuhkan kesendirian agar kita bisa menentukan pilihan yang akan kita ambil dengan tepat."
Ucapan itu begitu meresap di pikiran Dony. Untuk sekarang, dia masih bingung dan masih syok dengan kejadian semalam. Jika dia menemui Nining sekarang, yang ada dia akan semakin emosi. Lebih baik Dony menyendiri selama beberapa saat untuk menenangkan hatinya yang bergemuruh begitu dahsyat.
"Mungkin aku akan tinggal di rumah Ibu selama beberapa waktu untuk memikirkan apa yang harus aku putuskan. Karena sakit hati, aku sangat terpuruk. Sampai-sampai aku tidak bisa mengontrol emosi dan pikiranku. Terima kasih atas nasehat Bapak. Nasehat Bapak sangat berarti untukku," ucap Dony.
Entah kenapa dia bisa mengungkapkan isi hatinya pada lelaki yang sama sekali dia belum pernah kenal itu. Namun, karena ucapan laki-laki itu, pikiran dan hatinya jauh lebih baik. Dia pun siap mengerjakan pekerjaannya dan mengambil keputusan setidaknya untuk sekarang.
Setelah dia tenang dan bisa berpikir jernih, baru dia akan menemui Nining untuk membicarakan masalah rumah tangganya ke depan.
***
Sri pulang dan langsung menemui Nining di rumahnya. Kebetulan Nining sedang menyapu halaman, Sri pun mendekat dengan gaya berjalannya yang menyerupai model di atas karpet merah.
"Mba Nining. Mba yang sabar, ya? Hik hik hik," isak Sri pura-pura sedih dan menangis.
"Mba Sri kenapa nangis? Apa yang terjadi Mba?" Nining khawatir.
"Mas Dony. Mas Dony gak percaya sama ucapan saya. Mas Dony milih pulang ke rumah orang tuanya," balas Sri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments