3

Nining duduk terdiam di kursi. Teras yang masih sepi, lingkungan yang hening membuat kesedihannya semakin memuncak. Entahlah dosa apa yang sudah diperbuat wanita baik seperti Nining sehingga dia mendapat cobaan sehina itu. Nining pun tak tahu.

Menghela napas, Nining menyeka air mata yang tak terasa luruh membasahi pipi.

"Sabar, Ning. Tuhan gak akan ngasih cobaan melebihi kemampuan hamba-Nya. Kamu pasti bisa buktiin kalau kamu gak salah." Walaupun dia tak yakin, dia tetap optimis dengan keadilan yang diberikan Tuhan untuknya.

Dari samping, seorang wanita memandang Nining dengan ragu. Dia ingin mendekat, tapi takut mengganggu. Akhirnya, walaupun setengah memberanikan diri, dia mendatangi rumah Nining.

"Permisi. Mba Nining, maaf mau tanya. Apa baju saya kebawa sama Mba Nining? Soalnya saya kemaren pinjam jemurannya untuk jemur baju, tapi saya lupa angkat." Wanita berusia dua puluh tuga itu menggaruk kepalanya karena malu. Merasa tak punya muka karena sudah pinjam jemuran tapi lupa mengangkatnya.

"Baju? Baju apa, ya, Mba?" Nining tak tahu sama sekali tentang baju yang dimaksud oleh Sri. Namun, dia mencoba mengingatnya.

"Baju kaos polos warna hijau sama ****** ***** warna merah marun, Mba. Oh, iya. Sama kaos dalam warna putih dan celana panjang juga Mba. Apa ada?" jelas Sri panjang lebar.

"Celana panjang, kaos hijau sama baju dalam?" Nining merapalkannya sambil menutup mata berharap dia ingat sesuatu.

Tunggu sebentar. Bukannya itu baju yang menjadi biang masalah antara Nining dan suaminya? Oh, jadi itu milik Sri. Belum ada satu hari Nining meminta bantuan pada Tuhannya, Tuhannya langsung mengabulkan. Ada alasan apalagi untuk Nining tidak semakin bertaqwa pada Sang Khalik?

"Oh, iya. Aku ingat. Sebentar aku ambilkan dulu." Gegas Ningsih berlari untuk mengambil baju yang dimaksud oleh Sri.

Dengan terkuaknya baju itu, Nining yakin kalau dia akan kembali berbaikan dengan Dony. Sungguh, rasanya sangat hampa dimusuhi suami sendiri. Suami yang selalu ramah, selalu romantis hari itu berubah menjadi sosok yang tidak Ningsih kenal. Sosok yang sangat menyeramkan.

"Mana bajunya?" Nining mengobrak abrik pakaian bersih yang sudah dilipat. Dia yakin kalau baju biang masalah itu dia simpan di dalam keranjang berwarna abu-abu. Dia pun terus mencari, tapi tak ada hasil. Baju itu seakan menghilang begitu saja ketika sedangkan dibutuhkan.

"Mana bajunya? Kenapa di saat genting seperti ini baju itu mendadak menghilang? Tuhanku, tolong aku. Tunjukkan di mana baju itu," harap Nining tetap optimis.

Walaupun dia sedikit putus asa, dia tidak menyerah. Dia mengingat-ingat lagi di mana dia meletakkan baju itu setelah pertengkaran hebat mereka semalam.

"Semalam baju itu dipegang sama Mas Dony. Habis itu Mas Dony keluar. Berarti bajunya ada di luar. Tunggu. Jangan-jangan ada di sana." Setengah berlari, Nining keluar dari kamar dan menemukan baju itu teronggok di atas lantai.

"Syukurlah bajunya ketemu. Tinggal car baju yang lain." Nining sangat bahagia setelah menemukan baju hijau itu. Dia pun menggampit empat baju milik Sri.

Sri sudah menunggu dengan gusar di depan. Baju itu adalah baju kesukaan suaminya. Karena rindu pada suami yang sedang berlayar, dia pun mencucinya sekedar menghilang kangen.

"Apa ini bajunya?" Tergopoh, Nining menunjukkan baju itu pada Sri.

Sri menyambut dengan gembira.

"Iya bener ini bajunya. Kalau ngrasa bukan bajunya, dibalikin, dong, Mba. Masa harus nunggu didatangi dulu, sih!" dengkus Sri, meraih baju itu dengan kesal. Wajahnya berubah masam setelah tahu Nining memang telah mengambil baju milik suaminya.

"Maaf. Sepertinya yang kemarin bawa masuk baju mba Sri itu ibuku. Dia kemaren main dan pasti gak tahu kalau baju yang ada di depan bukan punyaku. Dia tak ingin baju yang sudah kering basah oleh hujan," jelas Nining apa adanya.

Kemaren memang ibunya datang untuk berkunjung. Tak sampai menginap, wanita paruh baya itu pulang karena ditelpon oleh adik Nining yang pulang mendadak. Ibunya pun pulang dan lupa memberitahu kalau baju yang sudah dia angkat dari jemuran, dia lipat dan letakkan di kamar. Siapa sangka kebaikan itu justru berubah malapetaka.

"Heh, alasan. Bilang aja kalau mba suka sama baju suamiku. Baju suamiku itu mahal dan bagus, gak kayak baju Mas Dony. Jelek dan murahan," hina Sri dengan lirikan malas.

Menusuk sekali ucapan Sri, tapi dia mencoba tersenyum. Walaupun sakit mendengar ocehannya, apa yang dia katakan benar. Tidak ada gunanya berdebat karena akan semakin memperpanjang masalah.

"Maaf kalau begitu. Aku permisi dulu." Nining pun pamit masuk. Meladeni Sri yang sombong itu tidak dengan emosi. Rugi nantinya. Harus dengan taktik yang jitu.

"Eh, tunggu. Saya belum selesai bicara." Sri menarik tangan Nining lalu mengajaknya duduk di teras. "Kemarin ada ribut-ribut apa, sih? Masa iya cuma ributin tikus doang. Saya gak percaya." Sri penasaran dan dia pun ingin tahu.

Nining terdiam sejenak. Apa dia harus meminta bantuan pada Sri agar msalahhya dengan sang suami segera berakhir?

"Kok, diem? Cerita, dong? Saya penasaran, nih. Ayo, dong, cerita." Sri memaksa sambil menatap Nining penuh cinta. Seoang wanita merasa ada yang kurang jika belum update berita tetangga. Itulah yang sedang dilakukan oleh Sri.

"Gak apa-apa, Mba. Seperti yang sudah dijelaskan oleh Mas Dony. Cuma masalah tikus aja," saut Nining. Dia ingin menjaga nama baik suaminya.

"Alah, gak usah bohong, deh, Mba. Saya denger jelas kalau mba dituduh selingkuh sama Mas Dony. Jahat banget ya, Mas Dony? Masa istri sendiri dituduh selingkuh?"

Nining sangat kaget mendengar penuturan Sri. Dia pikir hanya dirinya yang tahu, ternyata suara teriakan Dony sukses membuat Sri tahu rahasianya.

"Lebih baik kita bicara di dalam aja." Nining tak mau ada orang lain yang tahu tentang masalah rumah tangganya. Lebih baik mereka bicarakan di dalam agar aman.

Mereka pun segera masuk dan mempersilahkan Sri untuk duduk.

"Maaf sebelumnya. Apa mba Sri bisa jaga rahasia?" Nining bicara dengan sangat hati-hati agar Sri mengerti dan mau membantunya.

"Jaga rahasia gimana maksudnya, Mba?" tanya Sri balik.

"Sebenarnya gara-gara jemuran Mba Sri, Mas Dony jadi salah paham. Dia mengira kalau aku udah masukin laki-laki lain ke rumah. Makanya dia semalam marah banget sama aku. Aku mau minta tolong. Apa Mba Sri bisa jelaskan ke Mas Dony tentang baju itu? Saya bayar gak pa-pa, Mba. Asal Mas Dony gak marah lagi sama aku." Nining sangat berharap Sri mau menolongnya. Hanya dia yang bisa menyelamatkan rumah tangganya.

"Oh. Jadi karena baju suami saya ini, Mba Nining sama Mas Dony jadi berantem? Emangnya Mba mau bayar saya berapa?" Walaupun Sri mengaku kaya, kalau soal uang, dia tidak pernah menolak.

Nining masuk ke kamar lalu mengambil dompet berisi uang cash yang kemarin baru saja dia ambil dari ATM. Kebetulan kemarin Dony mentransfer uang bulanan untuk kebutuhan mereka sehari-hari.

"Lima ratus ribu apa sering mau menerimanya?" tanya Nining dalam hati.

Walaupun dia diberi dua juta oleh Dony setiap bulannya, dia tidak masalah jika harus menyisihkan seperempat hatahnya untuk Sri, yang penting rumah tangganya bisa diselamatkan.

Nining keluar dari kamar lalu menemui Sri di ruang tamu.

"Ini ada sedikit uang sebagai tanda terima kasih kalau Mbak Sri mau membantuku untuk menjelaskan pada Mas Dony tentang baju hijau yang dikira milik selingkuhanku. Aku mohon banget sama Mbak Sri. Mbak Sri mau, ya, membantuku untuk menjelaskan pada Mas Dony kalau aku nggak bersalah. Baju itu punya suami Mbak Sri yang dijemur di jemuranku kemarin dan gak sengaja kebawa ibuku masuk ke rumah."

Sri menerima uang itu kemudian tersenyum miring. Apakah yang Sri bayangkan ketika melihat lima lembar uang berwarna merah itu?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!