Batal Cerai

Batal Cerai

Ch 1. Janji

“Kamu jangan sedih gitu dong, Sayang!” ujar Gandhi pada kekasihnya yang tampak murung.

Ayara sama sekali tidak peduli dengan ucapan kekasihnya. Pasalnya Gandhi baru saja mengatakan kalau pria itu akan kembali ke luar negeri lantaran liburannya telah usai dan akan kembali menjalani rutinitas perkuliahannya lagi.

Ayara dan Gandhi sudah dua tahun menjalin hubungan. Sayangnya mereka menjalani hubungan jarak jauh atau dengan kata lain Long Distance Relationship. Meskipun demikian, hubungan mereka tampak awet sampai sekarang. pertengkaran kecil yang terkadang terjadi pada hubungan mereka tak membuat renggang hubungan mereka.

Ayara yang sedang menempuh Pendidikan sarjana dan sebentar lagi lulus, dengan sabar menunggu janji sang kekasih yang akan menikahinya saat Gandhi menyelesaikan studi S2 nya satu tahun lagi. dan seperti biasa, jika ada waktu luang atau sedang liburan, Gandhi selalu pulang untuk menemui kekasih hatinya yaitu Ayara.

Gandhi hanya mengusap wajahnya dengan kasar saat melihat wajah kekasihnya yang ditekuk seperti itu. dan ini sering terjadi jika dirinya berpamitan hendak kembali ke luar negeri.

“Aku janji, dua bulan lagi akan pulang. aku akan usahakan juga sering pulang, agar kita bisa bertemu.” Ucap Gandhi setelah menemukan ide agar tidak membuat kekasihnya bersedih lagi. entah dia bisa menepati ucapannya itu atau tidak, yang terpenting berusaha membuat Ayara senang dulu.

Benar saja, Ayara langsung berbinar setelah mendengar ucapan Gandhi. Bahkan tidak segan-segan perempuan itu langsung memeluk kekasihnya. Gandhi sendiri tampak lega melihat sikap Ayara yang sudah tidak bersedih lagi.

“Ya sudah, lebih baik kamu pulang dulu. Ini sudah malam, nanti Mama dan Papa kamu marah kalau tahu anak perempuannya yang paling cantik ini pulang malam.” ucap Gandhi sambil mengusap lembut pucuk kepala Ayara.

Ayara menganggukkan kepalanya. Setelah itu ia pulang dengan mengendarai mobilnya sendiri. Karena memang Ayara dan Gandhi menjalin hubungan tanpa sepengetahuan orang tuanya. Apalagi Papanya terlihat tidak suka dengan Gandhi. Jadi mereka selalu sembunyi-sembunyi jika bertemu.

Gandhi sendiri tidak mempermasalahkan hal itu. karena memang dirinya masih belum memiliki pekerjaan tetap. Dia kuliah di luar negeri juga sambil ikut kerja di perusahaan Omnya. Karena hanya Omnya keluarga yang ia miliki. Mungkin jika nanti pendidikannya sudah selesai, dan pekerjaannya mapan, baru ia berani bertemu dengan kedua orang tua Ayara. Tentunya dengan melamarnya.

Ayara melambaikan tangannya pada Gandhi saat ia baru saja masuk ke dalam mobilnya. Setelah itu ia melajukan mobilnya pulang.

***

Ayara sampai rumah pukul sembilan malam. menurutnya itu waktu yang masih wajar, dibandingkan teman-temannya yang pulang berkencan dengan kekasihnya di atas jam sembilan malam.

“Kamu tahu sekarang jam berapa, Ay?” tanya Mirza, Sang Papa yang kini tengah duduk di sofa dengan tatapan dingin tertuju pada anak perempuannya.

“Masih jam sembilan juga, Pa. apa ada yang salah?” Jawab Ayara sama sekali tidak terpengaruh dengan tatapan dingin Papanya.

Setelah menjawab pertanyaan Papanya, Ayara bergegas menaiki tangga, masuk ke kamarnya. Namun lagi-lagi langkahnya terhenti saat mendengar suara Papanya yang masih sarat dengan nada marah.

“Aya, kamu ini anak perempuan. Tidak sewajarnya kamu pulang malam seperti ini. apalagi hanya untuk bertemu laki-laki seperti dia.”

Mirza jelas tahu kalau beberapa hari ini Aya sering pulang malam karena anaknya itu selalu bertemu dengan laki-laki yang tidaki ia sukai. Padahal dia dulu pernah mengatakan pada Aya agar tidak lagi dekat dengan Gandhi. Tapi ternyata Aya diam-diam bertemu dengan Gandhi tanpa sepengetahuan dirinya.

Ayara sendiri yang awalnya terkejut karena Papanya mengetahui pertemuannya dengan Gandhi, kini berbalik badan menatap Papanya dengan tatapan tak kalah dingin juga.

“Pa, aku sudah dewasa. Umurku sudah dua puluh dua tahun dan bukan anak kecil lagi. bisakah Papa tidak membatasi pergaulanku. Aku tentu masih bisa membedakan mana yang baik dan tidak. Dan Gandhi adalah pria yang sangat baik,-“

“Cukup! Kamu sekarang sudah berani membantah Papa?” sahut Mirza tak terima dengan ucapan anak perempuannya.

Ayara semakin kesal. Ia tidak lagi menimpali ucapan Papanya. Dan kembali melanjutkan langkahnya masuk ke dalam kamar.

Brakkk

Ayara membanting pintu kamarnya cukup keras, dan masih bisa didengar jelas oleh Mirza yang masih setia berdiri di bawah tangga.

“Mas, sudah malam. lebih baik kita segera tidur.” Devina menghampiri suaminya setelah menyaksikan perdebatan antara anak perempuannya dengan suaminya baru saja.

Mirza hanya menghembuskan nafasnya pelan. Tidak ingin lagi membahas tentang Ayara pada istrinya. Tentu saja ia selalu lemah jika di hadapan sang istri. Akhirnya ia pun mengikuti istrinya masuk ke dalam kamar yang ada di lantai satu.

Sedangkan Ayara yang baru saja masuk kamarnya dengan perasaan kesal, ia melempar tasnya ke sembarang arah begitu saja. setelah itu ia menghubungi sahabatnya untuk mencurahkan isi hatinya saat ini.

Seperti biasa, kalau sedang kesal, sedih, ataupun senang, hanya Lissa lah yang menjadi tempat Ayara bersandar. Ayara mencurahkan smeua isi hatinya pada sahabatnya, termasuk tentang pertemuannya dengan Gandhi baru saja. sampai kekesalannya pada Papanya.

Lissa sendiri selalu memberikan nasehat yang bijak pada Ayara. Karena dia juga tahu kalau sifat Ayara selalu ingin didengarkan.

Seteah puas melakukan sesi curhat dengan sahabatnya, perasaan Ayara sedikit lebih baik. Dia mengakhiri panggilannya dan segera beristirahat.

***

Keesokan paginya Ayara terbangun dari tidurnya yang lumayan nyenyak. Dia mengecek ponselnya. Betapa terkejutnya Aya saat melihat banyak sekali pesan masuk dari Gandhi, juga beberapa panggilan tak terjawab.

Ayara tidak membaca pesan Gandhi, namun memilih langsung menghubungi pria itu. tapi sayangnya ponsel Gandhi tidak aktif. Kemudian Aya pun membaca satu per satu pesan Gandhi.

“Sayang, bisa nggak pagi ini kita bertemu? Sebelum aku balik ke LN?”

“Sayang, maaf aku harus cepat-cepat balik karena Om memintaku segera pulang.”

“Sayang, apa kamu masih tidur?”

“Ya sudah. Maaf mengganggu waktu kamu. Satu jam lagi pesawatku take off. Aku tunggu di bandara, ya?”

“Sayang!”

“Sayang! Maaf, aku pergi dulu. Aku janji akan sering pulang agar kita bisa sering bertemu.”

Ayara membaca pesan yang dikirim oleh Gandhi saat jam enam pagi tadi. dan kini ia melihat jam dinding kamarnya sudah menunjukkan pukul delapan.

“Astaga!! Bisa-bisanya aku bangun sesiang ini.” sesal Ayara dan kembali lagi merebahkan tubuhnya di atas ranjang.

Hatinya seketika diliputi rasa sedih saat tidak bisa bertemu lagi dengan Gandhi. Atau lebih tepatnya mengantar kekasihnya itu kembali ke luar negeri. akhirnya dengan malas, Ayara masuk ke kamar mandi untuk mencuci mukanya. Setelah itu turun untuk sarapan.

Setibanya di ruang makan, Ayara melihat ada Mama dan Papanya juga sedang sarapan. Sementara Ansel, adik laki-lakinya jelas sudah berangkat ke sekolah sejak tadi pagi.

“Selamat pagi, Pa Ma!” sapa Ayara pada kedua orang tuanya.

Mirza hanya tersenyum tipis menatap anak perempuannya. Mau sekesal apapun pada Ayara, tetap saja Mirza sangat menyayanginya.

.

.

.

*TBC

Happy Reading!!

Terpopuler

Comments

Ita Rojali

Ita Rojali

blm hbs dibaca

2024-07-26

0

Ella Achmat

Ella Achmat

Baru mulai membaca nya 😍

2024-03-05

0

Hernawati Husnul Khotimah

Hernawati Husnul Khotimah

yang khawatir papanya,, kalau anak perempuannya pulang malam,, kalau saya sebaliknya,,😊

2024-01-29

0

lihat semua
Episodes
1 Ch 1. Janji
2 Ch 2. Pria Menyebalkan
3 Ch 3. Tidak Merestui
4 Ch 4. Makan Malam
5 Ch 5. Tidak Ada Rasa
6 Ch 6. Cincin Pertunangan
7 Ch 7. Pertunangan
8 Ch 8. Bertemu Gandhi
9 Ch 9. Perempuan Murahan
10 Ch 10. Seperti Bunglon
11 Ch 11. Tidak Bisa Tidur
12 Ch 12. Menyiapkan Rencana
13 Ch 13. Kopi Hitam
14 Ch 14. Salah Tingkah
15 Ch 15. Wisuda
16 Ch 16. Bayangan Darren
17 Ch 17. Obat Tidur
18 Ch 18. Sah
19 Ch 19. Bekerjasama
20 Ch 20. Suamiku
21 Ch 21. Bulan Madu
22 Ch 22. Amanat Mirza
23 Ch 23. Aya Sakit
24 Ch 24. Menjengkelkan
25 Ch 25. Candu
26 Ch 26. Setia
27 Ch 27. Mengganjal
28 Ch 28. Keberangkatan Papa Vano
29 Ch 29. Bertemu Lissa
30 Ch 30. Kamu Gugat Aku
31 Ch 31. Hampa
32 Ch 32. Memberi Kejutan
33 Ch 33. Sesuai Judul
34 Ch 34. Mulai Dari Awal
35 Ch 35. Benda Keramat
36 Ch 36. Ada Yang Bangun
37 Ch 37. Sangat Pulas
38 Ch 38. Jatuh Cinta
39 Ch 39. Membiasakan
40 Ch 40. Minta Maaf
41 Ch 41. Datang Bulan
42 Ch 42. Adegan Romantis
43 Ch 43. Siang Pertama
44 Ch 44. Rasa Sesal
45 Ch 45. Pemaksa
46 Ch 46. Ungkapan Perasaan
47 Ch 47. Jabatan Baru
48 Ch 48. Sahabat Lama
49 Ch 49. Memanfaatkan
50 Ch 50. Terasa Aneh
51 Ch 51. Sangat Menuntut
52 Ch 52. Kontribusi
53 Ch 53. Terlalu Bersemangat
54 Ch 54. Mual-mual
55 Ch 55. Foto Kenangan
56 Ch 56. Berniat Pergi
57 Ch 57. Rahasia Besar
58 Ch 58. Mencari Aya
59 Ch 59. Satu Kamar
60 Ch 60. Ajakan Lissa
61 PROMO NOVEL BARU
62 Ch 61. Sangat Kecewa
63 Ch 62. Terlibat Masa Lalu
64 Ch 63. Kecurigaan Gandhi
65 Ch 64. Mengklaim
66 Ch 65. Isyarat
67 Ch 66. Selamat Tinggal
68 Ch 67. Berbadan Dua
69 Ch 68. Masa Lalu
70 Ch 69. Sadar
71 Ch 70. Tidak Nyaman
72 Ch 71. Mengarang Cerita
73 Ch 72. Kecupan Singkat
74 Ch 73. Lebih Agresif
75 Ch 74. Ujian Terberat
76 Ch 75. Sangat Nyaman
77 Ch 76. Rendang
78 Ch 77. Bertemu Gandhi
79 Ch 78. Menolak
80 Ch 79. Menguliti
81 Ch 80. Hadiah Ulang Tahun
82 Ch 81. Kado Dari Mantan Kekasih
83 Ch 82. Masakan Mama
84 Ch 83. Baby Moon
85 Ch 84. Mau Melahirkan
86 Ch 85. Damai dan Bahagia
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Ch 1. Janji
2
Ch 2. Pria Menyebalkan
3
Ch 3. Tidak Merestui
4
Ch 4. Makan Malam
5
Ch 5. Tidak Ada Rasa
6
Ch 6. Cincin Pertunangan
7
Ch 7. Pertunangan
8
Ch 8. Bertemu Gandhi
9
Ch 9. Perempuan Murahan
10
Ch 10. Seperti Bunglon
11
Ch 11. Tidak Bisa Tidur
12
Ch 12. Menyiapkan Rencana
13
Ch 13. Kopi Hitam
14
Ch 14. Salah Tingkah
15
Ch 15. Wisuda
16
Ch 16. Bayangan Darren
17
Ch 17. Obat Tidur
18
Ch 18. Sah
19
Ch 19. Bekerjasama
20
Ch 20. Suamiku
21
Ch 21. Bulan Madu
22
Ch 22. Amanat Mirza
23
Ch 23. Aya Sakit
24
Ch 24. Menjengkelkan
25
Ch 25. Candu
26
Ch 26. Setia
27
Ch 27. Mengganjal
28
Ch 28. Keberangkatan Papa Vano
29
Ch 29. Bertemu Lissa
30
Ch 30. Kamu Gugat Aku
31
Ch 31. Hampa
32
Ch 32. Memberi Kejutan
33
Ch 33. Sesuai Judul
34
Ch 34. Mulai Dari Awal
35
Ch 35. Benda Keramat
36
Ch 36. Ada Yang Bangun
37
Ch 37. Sangat Pulas
38
Ch 38. Jatuh Cinta
39
Ch 39. Membiasakan
40
Ch 40. Minta Maaf
41
Ch 41. Datang Bulan
42
Ch 42. Adegan Romantis
43
Ch 43. Siang Pertama
44
Ch 44. Rasa Sesal
45
Ch 45. Pemaksa
46
Ch 46. Ungkapan Perasaan
47
Ch 47. Jabatan Baru
48
Ch 48. Sahabat Lama
49
Ch 49. Memanfaatkan
50
Ch 50. Terasa Aneh
51
Ch 51. Sangat Menuntut
52
Ch 52. Kontribusi
53
Ch 53. Terlalu Bersemangat
54
Ch 54. Mual-mual
55
Ch 55. Foto Kenangan
56
Ch 56. Berniat Pergi
57
Ch 57. Rahasia Besar
58
Ch 58. Mencari Aya
59
Ch 59. Satu Kamar
60
Ch 60. Ajakan Lissa
61
PROMO NOVEL BARU
62
Ch 61. Sangat Kecewa
63
Ch 62. Terlibat Masa Lalu
64
Ch 63. Kecurigaan Gandhi
65
Ch 64. Mengklaim
66
Ch 65. Isyarat
67
Ch 66. Selamat Tinggal
68
Ch 67. Berbadan Dua
69
Ch 68. Masa Lalu
70
Ch 69. Sadar
71
Ch 70. Tidak Nyaman
72
Ch 71. Mengarang Cerita
73
Ch 72. Kecupan Singkat
74
Ch 73. Lebih Agresif
75
Ch 74. Ujian Terberat
76
Ch 75. Sangat Nyaman
77
Ch 76. Rendang
78
Ch 77. Bertemu Gandhi
79
Ch 78. Menolak
80
Ch 79. Menguliti
81
Ch 80. Hadiah Ulang Tahun
82
Ch 81. Kado Dari Mantan Kekasih
83
Ch 82. Masakan Mama
84
Ch 83. Baby Moon
85
Ch 84. Mau Melahirkan
86
Ch 85. Damai dan Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!