Kau Di Genggamanku
Tak…
Suara yang berasal dari tumpukan berkas yang harus di kerjakan di hari itu juga tanpa memikirkan jika matahari hampir saja tenggelam, Dara mendongakkan kepala ke sumber suara dan juga bertatap mata pada si pelaku yang tak lain adalah seniornya. Masih dalam keterkejutannya setelah melihat tumpukan berkas yang sudah dia kerjakan, tak tahu apa kesalahannya kali ini.
"Jangan menatapku seperti itu." Ketus seorang wanita yang bersikap arogan karena posisinya satu tingkat di atas Dara.
"Kenapa kau membawa berkas ini kembali?" tanya Dara yang masih penasaran.
"Kau masih tanya kenapa? Perbaiki semua berkas mu." Ucap wanita itu yang langsung melengos pergi meninggalkan Dara yang menghela nafas mengontrol emosi.
"Huff…sabar…sabar, beginilah nasib junior." Lirih Dara sambil meraih satu persatu berkas yang harus diselesaikan.
Satu persatu para karyawan di kantor meninggalkan tempat kerja mereka, salah satunya menghampiri Dara dan menatapnya penuh simpati.
"Sepertinya kau harus lembur lagi," tutur Tita yang berhenti sejenak di meja kerja temannya itu.
Dara kembali menghela nafas mengingat hari ini. "Mau bagaimana lagi?" ucapnya sembari mengangkat kedua bahu tanda pasrah akan nasibnya menjadi junior di perusahaan itu.
"Yang sabar Dara, bu Raras memang terkenal tegas."
"Iya."
"Ya sudah, aku pulang dulu. Ingat! Jangan pulang sampai larut malam." Ujar Tita yang bergidik ngeri membayangkan suasana kantor di malam hari yang sangat horor. Sementara Dara hanya mengangguk dan tidak mengindahkan ekspresi yang ditunjukkan oleh temannya itu.
Dara menatap punggung Tita kian menjauh, kembali fokus mengerjakan berkas dan mempelajari setiap kesalahannya.
"Semoga saja ini terselesaikan hari ini juga." Dara menghela nafas sambil menyandarkan punggungnya di kursi kerja, mengistirahatkan tubuh beberapa saat dan kembali mengerjakannya.
Jarum jam terus bergerak, matahari terbenam dan meninggalkan suasana gelap malam yang mencekam. Dara berkutat pada layar komputer, jari jemari tangan yang lihai mengapresiasi pekerjaannya. Rasa kantuk kembali menyerangnya hingga menguap beberapa kali, pekerjaan yang masih tersisa membuatnya tak sanggup menyelesaikan.
"Sebaiknya aku buat kopi." Monolog Dara yang langsung beranjak dari kursi kerjanya menuju ruangan pantry.
Setiap kaki melangkah dan sejauh mata memandang tak melihat seorang pun berada di sana, suasana malam yang begitu sunyi menjadikan tempat itu terlihat horor. Dara tak peduli akan sekitarnya, terus berjalan menuju ruangan pantry untuk membuat kopi menemaninya lembur bekerja.
Suara sendok yang berputar di dalam gelas cangkir menjadi nyanyian sementara menemani Dara, seorang gadis yang berusia 24 tahun yang sangat beruntung dapat bekerja di perusahaan induk ternama. Banyak yang ingin bekerja tapi hanya sedikit di terima, keberuntungan bagi seorang gadis yatim piatu memulai awal karir sekaligus tempat mengais sesuap nasi kebutuhan hidup. Dia kembali mengingat bagaimana perjuangannya dalam menghidupi dirinya sendiri, hidup di panti asuhan membuatnya menjadi kepribadian mandiri dan juga tangguh dalam menghadapi kerasnya kehidupan.
Saat Dara berbalik, dia tak sengaja menabrak sebuah dada bidang hingga tak sengaja kopi yang baru saja di seduhnya tertumpah mengenai pria itu. Sontak kedua pupil matanya membesar dan segera meletakkan secangkir kopi, langsung membersihkan jas dari seorang pria yang tak sengaja di tabrak olehnya.
"Maaf, aku tidak sengaja." Ucap Dara merasa bersalah dan langsung membersihkan sisa tumpahan kopi di jas milik pria itu.
Pria itu hanya terdiam tanpa mengeluarkan ekspresi, wajah datar yang menatap kecemasan dari seorang gadis tak sengaja menumpahkan kopi di jas mewah yang baru dibelinya beberapa hari yang lalu.
"A-aku akan membersihkan jasmu." Dara berharap pria itu mau mengampuninya, saking rasa kecemasan melanda membuatnya sangat takut.
"Tidak perlu." Jawab pria itu dingin dan menepis tangan lentik di hadapannya.
Kedua mata Dara hampir tak percaya mendengar suara yang sangat di kenali olehnya, suara yang sangat mirip dengan mantan kekasihnya dulu saat masih menginjakkan kaki di bangku sekolahan menengah atas.
"Suara itu…sepertinya aku mengenalnya. Hah, mungkin hanya mirip saja." Dara masih berpikir positif sambil memberanikan dirinya untuk menatap pria yang menjadi korban.
Keduanya saling berkontak mata dan ada rasa terkejut di dalamnya, dua orang yang kembali di pertemukan setelah sekian tahun tak bertemu. Ada perasaan canggung dan berbagai perasaan yang bercampur aduk, namun Dara segera sadar dengan mengalihkan pandangannya.
"Ya Tuhan, mengapa dia ada di sini?" Dara merasa dunia begitu kecil, dia menggigit jari telunjuknya dan menyembunyikan wajah kecemasan.
Pria itu juga sama terkejutnya dengan Dara, seorang gadis yang pernah menjalin kasih saat sekolah menengah atas. Namun dia segera mengembalikan raut wajahnya seperti semula seolah-olah tak mengingat masa lalu.
"Aku akan mencuci jasnya." Celetuk Dara tanpa menatap wajah dari pria yang menjadi korbannya.
"Aku baru saja membeli jas ini, noda kopi tidak mudah hilang."
"Aku akan berusaha untuk menghilangkan nodanya."
"Tidak. Aku ingin kau menggantinya." Ucap pria itu yang langsung to the point.
Dara menganga tak percaya melihat sifat angkuh dan arogan dari mantan kekasihnya, padahal dia sangat mengenal pria itu yang selalu bersikap manis dan romantis saat mereka menjalin hubungan.
"Menggantinya?"
"Hem. Aku baru membelinya beberapa hari yang lalu, bahkan gajimu selama beberapa tahun tak akan mampu menggantinya."
"Heh, tak bisa di percaya."
"Kau harus menggantinya atau kau di pecat dari perusahaan."
"Memangnya kau siapa yang berani mengancamku?" tantang Dara tak habis pikir saat pertemuan mereka malah membuatnya sangat rugi.
Pria itu mengeluarkan sebuah kartu nama yang membuat Dara terdiam bahkan kedua bola mata hampir terlepas dari tempatnya. Dia melihat nama Erick Adelmo, seorang CEO di perusahaan tempatnya bekerja.
"Oh astaga, dia CEO dari perusahaan ini? Mengapa aku tidak tahu hal ini." Batin Dara yang menelan saliva susah payah seakan tersangkut di tenggorokannya, melihat posisi sang mantan kekasih yang merupakan atasannya. Dari sikap acuh tak acuh malah menimbulkan malapetaka yang bisa menghancurkan karir yang baru di bangun.
"Kau masih sama seperti dulu, masih saja acuh dengan sekitar mu." Ucap Erick yang tersenyum miring.
Dara memundurkan langkah saat Erick berjalan menghampirinya, hingga tubuhnya terapit di dinding membuat keduanya sangat dekat. Dia kembali menelan saliva saat kedua tangan kekar berada di sisi kiri dan kanannya, tak ada jalan keluar untuk kabur dan hanya bisa pasrah.
"Kenapa kau meninggalkan aku?" Erick menatap tajam pada wanita dari masa lalu yang pernah menorehkan luka di hatinya.
"Itu sudah sangat lama, jadi lupakan saja." Jawab Luna pelan yang menundukkan wajahnya.
"Kau harus mengganti jas ini atau kau akan aku jebloskan ke penjara." Ancam Erick seraya melepaskan mangsanya dan berbalik pergi meninggalkan tempat itu.
Dara kembali menelan saliva dan mengusap dadanya, dia tak menyangka kalau Erick adalah CEO di perusahaannya. "Tamatlah riwayatku, aku pasti menjadi bulan-bulanannya." Batinnya yang merasa sangat sial.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
apakah alasan Erick menyuruh Dara menggantikan jas nya..... supaya Dara bisa kembali kepada Erick..
2023-09-15
1
Diii
apes deh....dulu kenapa dara ninggalin Erick ya?…....penasaran
2023-04-01
3