Aroma Hujan

Aroma Hujan

Boombar club

23:45

Boombar club..

Langit yang mendung sejak tadi sore, baru saja menumpahkan hujannya malam ini. Secara mendadak, begitu deras.

Aroma alami yang dihasilkan saat hujan juga di tanah kering. Sangat khas.. menenangkan..

Aurora Alexandra..

Hampir saja melupakan tujuannya datang ketempat hiburan malam akibat terlalu menikmati aroma favoritnya dikala hujan turun.

Didepan pintu club, tanpa sengaja dia bertabrakan dengan seorang lelaki yang membuatnya reflek memasang raut wajah kesal.

Bukannya meminta maaf, lelaki itu justru meliriknya sinis sebelum akhirnya berlalu masuk kedalam tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"Dasar aneh!" umpat Aurora, berusaha mengabaikan kejadian barusan, dia segera masuk kedalam untuk mencari keberadaan seseorang.

Kendati bukan anak polos yang baru saja memasuki dunia hiburan malam. Aurora masih merasa kesulitan mencari sosok seseorang ditengah hiruk pikuk para manusia yang menjadi pengunjung Boombar club.

Tidak heran, tempat ini memang menjadi salah satu club yang paling terkenal di daerah ini.

Aurora berjalan sedikit tergesa, menerobos kumpulan manusia yang mulai menggila di lantai dansa. Dia baru saja melihat sosok seorang yang tengah dicari.

Briella Alexandra.. sang kakak kembar.

"Brie, ayo pulang!" ajaknya sedikit memaksa. "Sampai kapan kau akan bertahan ditempat seperti ini?"

Briella yang melihat kedatangan Aurora, segera berpaling muka. "Pergilah! Jangan menggangguku!"

Aurora sudah mendesis geram disana. "Apa kau tau? Sean mengalami demam tinggi sejak tadi sore."

Briella tampak terkejut mendengar berita itu.

"Dia berada di rumah sakit sekarang. Bagaimana bisa sebagai seorang ibu kau menelantarkan anakmu sendiri? Apa rasa kepedulianmu telah hilang terhadap darah dagingmu?"

Briella mendadak panik, juga sedikit tidak fokus karena mabuk. "Bagaimana keadaan anakku sekarang? Apa dia baik-baik saja?" serbunya hampir menangis.

"Setidaknya Sean sudah ditangani oleh dokter." balas Aurora.

"Apakah Satya juga ada disana? Dia menemani Sean di rumah sakit 'kan?" tanya Briella penuh harap.

Aurora menggeleng pelan. "Jangan bertanya hal yang mustahil terjadi."

Briella terdiam.

"Segeralah pergi ke rumah sakit. Sean menunggumu.."

Aurora tahu, Briella memiliki kasih sayang yang begitu besar terhadap sang anak.

Sean Sayaka Alexandra..

Seorang anak laki-laki yang kini sudah berusia empat tahun, hasil dari pernikahannya dengan Satya lima tahun yang lalu.

Hanya saja perkara rumah tangga yang tengah menerjang sejak Satya ketahuan berselingkuh dua bulan setelah acara pernikahan resmi digelar, lelaki bajingan itu malah menumpahkan segala kesalahannya pada Briella, membuat pikiran wanita itu menjadi kacau hingga sering keluar rumah demi menghilangkan rasa stres yang tak berujung dan berakhir dengan anggapan seolah Briella tengah menelantarkan sang anak.

"Sahmyook medical center, lantai 7, kamar nomor 142." Aurora memberikan informasi mengenai dimana tempat keponakannya itu dirawat.

Briella buru-buru bangkit dari tempat duduknya, meraih tas dan segera pergi.

"Ah.. aku bisa gila!" desah Aurora lelah kemudian duduk di kursi yang Briella tempati sebelumnya. "Aku benci pernikahan! Sudah menjadi keputusanku untuk tidak akan pernah menikah seumur hidup. Semua lelaki di dunia ini memang sama saja!"

Setelah ocehan panjang yang dia keluarkan, Aurora segera memesan segelas minuman, berniat menghabiskan malam singkatnya disini.

Sementara itu..

Tak jauh dari tempat Aurora duduk, terlihat tiga orang laki-laki tengah asik mengobrol disana.

"Berhentilah minum, kau sudah cukup mabuk." Kenzo memperingatkan.

Austin merebut gelas yang masih terisi penuh dari tangan Galen. "Kenzo benar.."

Galen justru memberikan lirikan sinis kearah Austin. "Kembalikan!" dia mencoba merebut gelas itu dari sana.

Austin semakin menjauh gelasnya dari jangkauan Galen. "Kau pikir dengan begini Mina akan suka? Hal itu tidak akan mungkin terjadi, yang ada Mina akan semakin marah padamu!"

Galen tampaknya tidak terlalu peduli.

"Mina selama ini sudah bersusah payah merubahmu menjadi manusia yang lebih baik, lagipula jika memang benar Mina berselingkuh, seharusnya kau bersyukur saja." mendengar ucapan Austin, Galen hanya memberikan reaksi heran.

"Kalian masih berada ditahap bertunangan, belum sampai menikah tapi gadis itu sudah menunjukkan sifat aslinya." sambung Austin memberikan penjelasan lebih lanjut.

Kenzo mengangguk setuju. "Bisa saja kan kejadian sebenarnya tidak seperti yang kau kira. Itu mungkin hanya salah paham."

"Salah paham bagaimana? Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, Mina sedang jalan bersama Mark." jelas Galen dengan penuh emosi.

"Aku mencoba mengejar mobil mereka namun kehilangan jejak. Aku juga sudah mencoba menghubungi ponsel mereka, namun sepertinya mereka sengaja tidak ingin menerima panggilan dariku. Seseorang yang aku anggap selayaknya saudara kandungku sendiri, ternyata dia tega menusukku dari belakang." Galen tersenyum miris, mengacak rambutnya dengan gusar.

Kenzo meraih ponselnya yang baru saja bergetar, memeriksanya beberapa saat. "Sepertinya aku harus pulang sekarang. Hera mencariku."

"Memang seharusnya tempat pengantin baru bukan disini. Bergegaslah pulang, kasihan istrimu sendirian di rumah." titah Austin. "Anak ini biar aku yang urus." dia menepuk pelan pundak Galen disana.

"Aku akan pergi sekarang." Kenzo beranjak dari tempatnya duduk. "Kalian juga jangan terlalu lama berada disini. Segera ajak dia pulang begitu perasaannya membaik."

"Serahkan saja semuanya padaku." balas Austin.

"Austin.." panggil Galen begitu Kenzo telah meninggalkan club.

"Apa?"

"Aku mencintainya, tapi dia menghianatiku." ucap Galen lirih. "Kenapa harus Mark orangnya?"

Austin menggeleng tak paham. "Hei, sepertinya kau sudah mabuk berat. Ayo, aku antar pulang."

Galen mendengus sebal. "Duluan saja!"

"Mana bisa begitu? Aku sudah berjanji pada Kenzo untuk mengantarkanmu pulang ke rumah dengan selamat."

"Aku bisa melakukannya sendiri."

"Kau ini ngeyel sekali!" balas Austin gemas sekaligus jengkel.

"Kau tau 'kan aku tidak bisa pulang terlalu malam atau ibuku akanㅡ" ponsel Austin bergetar, nama 'IBU' tertera jelas dilayar. "Lihat! Sudah ada panggilan pulang untukku."

"Kalau begitu pulanglah.. aku akan bertahan sedikit lebih lama disini." balas Galen dengan enteng.

Austin menatap Galen dengan ragu. "Sedikit lebih lama kau bilang? Aku tidak percaya, bisa-bisa nanti kau malah bermalam disini."

Galen balas menatap Austin. "Aku akan langsung menghubungimu begitu sampai rumah."

"Benar ya?" Austin mencoba untuk percaya.

Galen menjawab dengan anggukan seadanya.

"Aku mencoba mempercayaimu kali ini. Tolong, jangan kecewakan aku." Austin sudah angkat pantat dari kursi, bersiap untuk pulang.

Seharusnya Austin tidak melewatkan cerita Galen mengenai ponselnya yang hancur terbanting akibat rasa kesal karena Mina dan Mark sengaja menghindari panggilan darinya.

Dengan adanya kejadian itu, bagaimana bisa Galen menghubungi Austin untuk mengatakan dia sudah sampai di rumah?

Austin memang terlalu polos.

Galen mengeluarkan dompetnya dari saku celana, menatap foto Mina yang tersimpan disana.

Tiga bulan lagi mereka akan segera menikah. Tapi malah ada kejadian seperti ini. Pernikahan ini... tidak mungkin batal 'kan?

Galen menghela nafas dalam, dadanya terasa sesak akibat dari emosinya yang belum sepenuhnya meluap, dia mengambil foto tunangannya tersebut, merematnya dengan geram sebelum akhirnya membuang itu dibawa kolong meja.

PRANKK!!!

Keributan tengah terjadi, sebuah gelas berisi minuman segala dipecahkan, hal itu berhasil menarik perhatian Galen untuk melihat apa yang sebenarnya tengah terjadi.

"Aku tidak sudi ikut denganmu! Jangan menyentuhku!!" seorang gadis berteriak dengan raut wajah marah.

"Kau masih kekasihku!"

"Kekasih kau bilang? Apa kau sudah lupa? Kita sudah putus tadi siang!"

"Aku tidak mau putus denganmu! Kau masih milikku!"

Galen mengenalinya. Gadis itu yang bertabrakan dengannya didepan pintu masuk. Tengah berdebat sengit dengan seorang laki-laki, kemungkinan kekasihnya.

Sejujurnya..

Galen bukan seseorang yang tidak mengerti sopan santun. Seperti tadi, ketika dia pergi begitu saja setelah menabrak seorang gadis didepan pintu masuk club. Biasanya dia tak akan segan untuk segera minta maaf, namun malam ini moodnya sedang buruk. Jadilah dia pergi begitu saja.

Adu mulut antara gadis itu dengan kekasihnya cukup mengganggu. Dan juga, bagaimana bisa lelaki itu bersikap kasar pada pacarnya sendiri?

Setelah memberikan tamparan satu kali, pada kesempatan kedua, Galen berhasil mencegah hal itu kembali terjadi.

Aurora tampak terkejut, tidak menyangka dia akan mendapatkan pertolongan.

"Seorang laki-laki tidak seharusnya main tangan terhadap seseorang yang lebih lemah bukan?" Galen menghempaskan tangan lelaki itu dengan kasar.

"Siapa kau?!! Beraninya ikut campur urusanku!" balas lelaki itu geram, namun segera kembali fokus pada Aurora disana.

"Segera keluar dari tempat ini! Kita bicara diluar!" ucap lelaki itu sebelum akhirnya keluar dari area club.

Aurora tampak bergetar ketakutan. "A-aku tidak bisa keluar dari tempat ini, dia menungguku." ucapnya hampir tak terdengar.

Galen merasa curiga. "Apa lelaki itu sering bersikap kasar padamu?"

Aurora mengangguk pelan. "Padahal dulu dia tidak begitu, tapi akhir-akhir ini sikapnya semakin keterlaluan, aku sudah tidak tahan. Itu sebabnya tadi siang aku memutuskan untuk mengakhiri hubungan diantara kami."

"Kau sudah melakukan hal yang tepat." Galen melihat kearah luar dan bisa menemukan lelaki itu masih berada disana. "Dia masih menunggumu, aku akan mengantarmu pulang. Ayo.."

"Aku tidak mau pulang. Dia pasti akan mendatangiku di rumah. Bisakah kau membawaku kesuatu tempat untuk sementara waktu? Aku mohon.."

Galen tampak berpikir sejenak, dia sebenarnya sedang tidak ingin diganggu.

"Dia hampir saja mencelakaiku tadi siang. Itu sudah seperti sebuah rencana pembunuhan. Aku takut.."

"Hotel milik keluargaku ada didekat sini, kau bisa menginap disana malam ini." balas Galen pada akhirnya.

***

Terpopuler

Comments

Mukmini Salasiyanti

Mukmini Salasiyanti

ok Thor
let's read☺

2023-09-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!