Kejadian fatal

JWN Hotel

02:35

Didalam sebuah kamar hotel, Aurora terlihat meminum alkohol langsung dari botolnya.

"Menurutku semua lelaki itu sama saja. Mereka selalu bertindak semaunya. Kau tahu bagaimana menderitanya saudara kembarku setelah dia menikah? Lelaki itu berani berulah, berselingkuh bahkan ketika dia tidak memiliki penghasilan yang cukup untuk menghidupi saudaraku." gadis itu terus mengoceh tak jelas karena sudah mabuk berat.

Galen hanya menyimak setengah-setengah ucapan Aurora, meminum alkohol dengan gelas secara berkala.

"Briella selalu mengatakan, nanti setelah memiliki seorang anak, Satya pasti akan berubah. Nyatanya apa? Hal itu sama sekali tidak terjadi, justru kelakuan lelaki itu semakin menjadi-jadi. Dia tega menelantarkan istri dan anaknya. Astaga.. malang sekali nasib saudaraku." Aurora tiba-tiba menangis, meraung seperti orang kehilangan akal sehat.

"Ibuku juga mengalami hal semacam itu hingga akhir hayatnya. Aku tidak mau menikah! Aku bersumpah tidak akan menikah seumur hidup!"

Dan setelahnya suasana mendadak berubah menjadi hening.

Aurora jatuh kesamping, diatas permukaan lantai dingin kamar hotel, tak sadarkan diri akibat minum terlalu banyak.

Galen menatap Aurora lekat dengan mata sayu, setengah kesadarannya juga sudah melayang. "Tidak menikah ya?" gumamnya sendirian.

"Aku rasa, aku juga akan melakukannya." Galen kembali menenggak minumannya. "Itu bukan hal buruk 'kan? Menghabiskan sisa hidup seorang diri.. mengapa dia harus mengkhianatiku ketika aku tulus mencintainya?" ucap Galen frustasi.

Beberapa botol minuman beralkohol tergeletak tak beraturan diatas meja. Galen sedang butuh teman curhat, nyatanya malah gadis asing ini yang curhat panjang lebar padanya.

Benar-benar merepotkan sekali.

Galen berdiri dari tempatnya duduk, hampir oleng karena merasa pusing, dia merasa sudah cukup untuk hari ini.

"Aku harus pulang sekarang." gumamnya tak jelas.

Sebelum Galen berhasil mencapai pintu dan membukanya, suara Aurora dibelakang membuat langkahnya berhenti sejenak.

"Dingin sekali.." gadis itu bergerak gelisah dan merengek dengan kedua mata yang masih terpejam.

Galen mencoba menajamkan indra pengelihatannya yang memburam, menggosok kasar kedua matanya dengan sebelah tangan. "Tidak mungkin.." gumamnya tak percaya.

Didepan Galen sekarang bukan lagi seorang gadis asing yang baru dia temui beberapa jam yang lalu, melainkan Mina, tunangannya..

"Aku kedinginan.." Mina merengek disana, dalam tidur tak nyamannya.

"Mina.." Galen berjalan sempoyongan, buru-buru mendekati tunangannya disana.

***

Semuanya berakhir dengan baik, malahan sangat baik sekali..

Galen tak mengerti hal apa yang bisa membuatnya memaafkan Mina dengan begitu mudah.

Mereka akan segera menempuh hidup baru sebentar lagi. Kehidupan pernikahan..

Singkat cerita,

Pernikahan tengah diadakan, dengan sepasang mempelai yang tampak begitu mempesona.

Detik-detik terakhir, sebelum mereka diresmikan menjadi sepasang suami istri, seorang gadis asing yang sempat bertemu dengan Galen beberapa saat yang lalu turut hadir disana.

Aurora Alexandra..

Galen menatap gadis itu dengan raut kebingungan. "Apa yang kau lakukan disini?" tanyanya curiga.

Seluruh sanak keluarga, maupun tamu undangan lainnya diam membisu. Secara keseluruhan pandangan mereka teralih pada sosok Aurora disana, jelas sekali jika gadis itu bukan bagian dari tamu undangan.

"Pernikahan ini tidak sah!" ucap Aurora dengan suara lantang.

"Apa maksudmu?!" balas Galen terkejut setengah mati.

"Kau harus bertanggung jawab!"

Galen tidak bisa menyembunyikan raut marahnya. "Atas apa? Pergilah dari tempat ini! Jangan ganggu hari bahagia kami!"

Mina tampak kebingungan. "Apa yang sudah terjadi? Sayang, siapa gadis ini?" tanyanya gusar.

"Tidak tahu, sayang.." balas Galen enggan memberikan penjelasan lebih jauh.

"Bisakah kita lanjutkan lagi acaranya?" tanya Mina.

Galen mengangguk.

"Tidak!!" jerit Aurora. "Kalian tidak bisa menikah!"

Galen berdecak kesal. "Gadis gila ini! Sebenarnya apa maumu?!" dia berjalan menghampiri Aurora, sudah hampir sampai, namun tiba-tibaㅡ

Galen tersentak. Terbangun dari tidurnya..

"Hanya mimpi ya?" gumamnya begitu berhasil menguasai keadaan, Galen terdiam beberapa saat untuk menenangkan jantungnya yang berdetak terlalu kencang.

"Kami sudah hampir sah menjadi pasangan suami isteri tadi. Gara-gara gadis gila itu." decak Galen kesal.

Pemuda itu menarik selimutnya lebih tinggi setelah merasa udara disekitarnya terasa dingin. Tidak biasanya.. karena normalnya Galen akan merasa kepanasan sekalipun didalam sana sudah terpasang AC.

Galen mengernyit heran, mencerna hal apa yang sudah terjadi hingga tanpa sadar pakaian bagian atasnya telah terlepas, tercecer dibawah permukaan lantai kamar hotel bersama dengan pakaian lainnya yang terlihat asing.

Firasat Galen berubah buruk, apalagi setelah menyadari jika dia tidak sendirian di kamar hotel ini.

Ada seseorang yang tengah berbagi ranjang dengannya. Galen segera teringat akan keberadaan gadis di club tadi malam.

"Hei, bangunlah!" seru Galen gusar, menggoncang pundak telanjang gadis itu dengan sedikit kasar.

Aurora yang merasa terganggu terpaksa membuka kedua mata kantuknya. "Apa yangㅡ"

Satu ranjang yang sama.

Dengan seorang lelaki asing.

Juga pakaian yang Aurora kenakan tadi malam kini berada di atas permukaan lantai dekat tempat dia berbaring.

"Apa yang sudah terjadi padaku?!!" teriak Aurora histeris.

Galen reflek menutup kedua telinganya demi keselamatan. Suara teriakan gadis itu tidak main-main lantangnya, bisa-bisa tuli mendadak Galen dibuatnya.

***

"Hiks.. apa yang sudah kau perbuat pada tubuhku?"

Aurora masih terus menangis sementara Galen yang sudah mengenakan pakaiannya kembali sibuk mondar-mandir sembari terus mencoba berpikir positif.

Galen menatap gadis yang masih enggan keluar dari balik selimut.

Aurora hanya tak mengerti. Bagaimana bisa keperawanannya direnggut oleh seorang pemuda asing yang baru dia kenal beberapa jam yang lalu?

Ini benar-benar hal bodoh!

"Serius kau merasa sakit?" Galen mencoba memastikan kembali.

Ini sudah pertanyaan ketiga yang dia ajukan setelah Aurora mengeluh jika dia merasa sakit di area bawah tubuhnya.

Aurora menatap Galen sinis. "Kau pikir aku hanya mengada-ada?!" balasnya galak.

Serius!

Semalam Galen tidak merasakan apa-apa. Tahu-tahu terbangun dengan keadaan kacau seperti ini.

Galen mendekat, duduk disamping ranjang, menghiraukan Aurora yang kini menatapnya penuh waspada.

"Apa kau tahuㅡ" Galen menggantungkan kalimatnya, menelan ludahnya dengan kasar.

"Apa?"

"Kita tidak sengaja melakukannya bukan?" tanya Galen dengan hati-hati.

"Aku berjanji akan melakukan apapun itu permintaanmu. Sekalipun kau meminta sejumlah uang dengan nominal yang tak masuk akal sebagai ganti rugi, asalkan setelah ini kau tidak lagi menggangguku karena aku akan segera menikah empat bulan lagi."

Sebuah tamparan keras langsung mendarat mulus dipipi Galen, membuat sang korban seketika terdiam dengan wajah shock.

"Kau pikir aku ini wanita murahan?!! Bagaimana bisa kau menghargai keperawananku dengan sejumlah uang?!!" sentak Aurora marah.

Galen jadi gelagapan mengatasi emosi Aurora. "Kau jangan salah paham dulu. Bukan begitu maksudku. Aku hanya... Hanyaㅡ" dia kembali kehilangan kata-kata.

Memang Galen saja yang bodoh mengira jika masalah ini bisa diselesaikan dengan uang, lagipula melihat penampilan Aurora, gadis itu tampaknya cukup memiliki banyak uang.

"Mati saja laki-laki sepertimu!"

Galen terdiam.

"Apa sekarang kau sudah merasa puas telah merusak tubuhku?!!"

Ini bahkan di luar kendali Galen.

Melihat Galen yang tidak memiliki ketertarikan untuk beradu mulut, Aurora dengan emosi yang semakin meluap segera bangkit dari ranjang, masih dengan selimut yang menutupi tubuhnya, gadis itu memunguti satu persatu pakaiannya di lantai.

Setelahnya Aurora masuk kedalam kamar mandi. Galen bisa mendengar jeritan serta tangisan pilu gadis itu didalam sana. Andai saja tadi malam dia bisa mengendalikan diri, membedakan antara Mina dan Aurora. Tapi memang, minum secara berlebihan efeknya tidak main-main.

Ketika Aurora keluar dari kamar mandi, dia tidak bisa menemukan Galen dimanapun, lelaki itu telah pergi tanpa jejak. Tangis Aurora semakin pecah, merasa dirinya seperti seorang wanita murahan yang tidak berharga.

***

Terpopuler

Comments

Iza Kalola

Iza Kalola

keren ceritanya 🤩

2023-09-25

0

Yem

Yem

Duh gimana nih nasib Aurora..
Semangat upnya kak..

2023-04-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!