Single Daddy System
...[Seluruh unsur seperti nama tokoh, latar tempat, dan alur cerita, hanyalah fiktif belaka dan tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun. Selamat membaca ^_^]...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bali, 8 Mei 2014.
Disuatu malam yang sangat larut, nampak kilauan cahaya lampu disko yang menerangi gemerlapnya suasana pesta dansa para muda-mudi berkelas.
Mereka terlihat memadati sepetak ruangan luas seraya berjoget-joget ria, dengan diiringi alunan musik hip-hop terkini yang diracik oleh seorang DJ ternama.
Tak hanya dari kalangan anak pejabat, arena dunia malam itu juga dihadiri oleh beberapa aktor-aktor ternama. Salah satunya, Arya Pamungkas.
Arya yang sudah setengah mabuk itu, terduduk disudut ruangan bersama seorang gadis penghibur. Ia menenggak dan terus menenggak segelas minuman keras, yang lazim dikonsumsi oleh beberapa kalangan atas.
"Mas Arya ...." Terlihat seorang gadis cantik muda belia yang terduduk disamping Arya, merebahkan kepala diatas pundaknya sambil menggenggam sebotol minuman keras. "Mau lagi?" tanyanya.
"L—lagi ...." balas Arya terbata-bata, imbas dari efek minuman yang mulai menguasai akal pikirannya.
Untuk kesekian kalinya gelas yang digenggam Arya nampak kosong, lalu dituangkan kembali oleh gadis tersebut.
"Mas kamu kuat banget minumnya," sanjung sang gadis sambil menuangkan sebotol minuman keras kedalam gelas Arya.
"I—ini ...." Arya lansung menenggak, terdengar jelas suara tegukan dari kerongkongannya itu, juga jakunnya yang nampak naik-turun secara perlahan. "Aaahhh ... ini b—belum ... seberapa ...." tambahnya, selepas meneguk habis segelas minuman.
Arya Pamungkas, sang pemuda tampan berambut hitam, tinggi semampai, juga bakatnya didunia akting pun tak diragukan lagi. Ia dikenal sebagai aktor muda tertampan yang meraih segudang prestasi didunia perfilman.
Aktingnya cukup apik dalam menjiwai setiap tokoh yang ia perankan. Aksinya dalam berlaga pun menjadi daya tarik tersendiri, memberikan ciri khas yang sangat tak ternilai dalam diri Arya.
Puluhan penghargaan ia raih dalam setiap ajang seremonial para selebriti, kerap membuatnya dikagumi oleh para aktris-aktris muda belia bertalenta seluruh usia.
Bahkan seluruh media infotainment terus menerus membicarakan Arya, gemar membuat isu-isu yang selalu menghebohkan para fansnya.
Arya dikenal baik bagi mereka, para fans yang mengidolakannya. Meski begitu, tak sedikitpun dari mereka yang mengetahui bagaimana keseharian aktor tampan tersebut, karena privasi sangat dijunjung tinggi olehnya.
Kerahasiaan hidup Arya, hanya sedikit orang yang tahu. Kepribadiannya justru bertolakbelakang, dengan segudang prestasi yang ia raih selama ini.
Dari sedikit orang yang mengetahui itu, tak ada yang berani menegur Arya, sebab kedua orangtuanya sudah tiada sejak ia kecil. Bahkan sang manager yang notabenenya adalah keluarga dekat Arya, hanya bisa berlepas tangan.
Arya kerap kali keluar malam, lalu pulang sampai pagi, hingga berakhir dengan kondisi yang hampir kehilangan kesadaran diri.
Demi mengatasi buruknya kondisi pemuda tersebut, sang manager terpaksa menggunakan sejenis narkotika terlarang untuk diinjeksikan kedalam tubuh Arya. Mungkin bermaksud untuk memulihkan staminanya secara instan, agar tak mengganggu kegiatan syutingnya.
Miris.
Karena ulah sang manager itulah, Arya sampai terjerumus kedalam narkotika.
Dan kini, minuman yang ia tenggak bersama seorang gadis muda belia, sengaja ia campurkan dengan sejenis obat-obatan terlarang, sangat-sangat dilarang oleh pemerintah.
Arya Pamungkas, berusia 25 tahun. Diketahui telah bertunangan dengan seorang aktris cantik, yang juga merangkap sebagai penyanyi muda bertalenta, Aulia Sofia, berusia 23 tahun.
...***...
"Ini sudah kelewatan!" geram Aulia, sontak membanting ponselnya kearah samping dari jok mobil tempatnya terduduk.
Aulia Sofia. Cantik, tinggi, berambut pirang, putih mulus dan aduhai, itulah yang para fans gambarkan tentang penampilan gadis tersebut.
"Sabar Lia, sabar ...." ucap sang manager, wanita paruh baya yang mengelola segala aktifitas syuting Aulia.
"Gimana mau sabar! Dari tadi gue telpon gak diangkat-angkat!" balas Aulia, dengan wajah yang nampak kesal sekesal-kesalnya.
Ponsel sang Manager sontak berdering.
"Halo? ... iyaa ... ho'oh ... iyaa ... haaa?! ... oke-oke!" Dalam sekejap sang manager lansung memutuskan panggilan ponselnya, sepertinya membawakan informasi bagus untuk Aulia. "Arya lagi ada di diskotik. Temenku nge-share lokasi tempatnya," ungkap sang manager.
Aulia sontak terbelalak. "D—diskotik?! ... mau ngapain dia kesitu?!" tanyanya.
Sang manager mendengus. "Biar kita sama-sama tahu, mending lansung kesana aja. Pak, bawa kita kelokasi yang udah saya kirim di WA," jawabnya.
"Baik bos."
...***...
Arya kini nampak berjoget- joget ala hip-hop, ditengah-tengah panggung dansa sang DJ. Ia ditemani oleh beberapa gadis cantik berpakaian seksi, sepertinya para penghibur yang rutin ia sewa ditempat itu.
Beberapa saat kemudian, salah seorang pria dengan setelan jas hitam juga nampak mengenakan kacamata hitam, datang menaiki panggung menghampiri Arya. "Bos. Tujuh kosong," bisiknya.
Arya pun membalasnya dengan bisikan, "Siapa yang menang?"
"Liverpool, bos. Bos Andri udah nungguin disana untuk menagih uang taruhannya," jawab pria berjas hitam, mengarahkan pandangan wajahnya ke salah seorang pria yang terduduk disudut ruangan bar.
Arya sontak mendecih. "Sial! Masa iya kalah terus!" gumamnya, lalu berjalan menuruni panggung, menghampiri seorang pria yang dimaksudkan sang pria berjas hitam.
Setelan pria itu, satu style dengan Arya, nampaknya berasal dari kalangan anak pejabat.
"Arya! Gua udah nungguin lu dari tadi," kata pria tersebut, berdiri menyaksikan Arya tiba dihadapannya.
"Gimana? Gua harus bayar berapa?" tanya Arya.
"Sesuai kesepakatan. Satu gol, sepuluh juta," jawab sang pria.
Arya mendadak berang. "An*ing lu!" Ia lansung saja mencengkeram erat kerah baju sang pria. "Itu mah meras gua namanya!" protes Arya.
"Tenang dong tenang! Semua udah sesuai kesepakatan sebelum pertandingan!" Sang pria berusaha membela dirinya dari amarah Arya.
Sang pria berjas hitam seketika memaksa Arya melepas cengkeraman pada kerah baju sang pria. "Bos. Jangan buat keributan disini," tegasnya.
Arya menatap kesal menyeringai tajam, tak terima dengan kesepakatan perjudian yang telah ia setujui sebelumnya. "Yaudah! Besok pagi gua transfer!" balas Arya, lalu perlahan melangkahkan kakinya meninggalkan pria tersebut.
Sang pria sempat tercengang. "Woy! Awas aja kalo gak bayar! Lu pasti bakal nyesel!" gertaknya, seraya menunjuk kearah Arya.
"Tenang aja bos Andri. Jangan remehkan kekayaan bos Arya," jawab sang pria berjas hitam.
Arya mendecih berulang-ulang, selagi kakinya terus melangkah menuju tempat awal ia terduduk bersama seorang gadis cantik. "Harusnya kalo menang, gua pasti bisa bersenang-senang malam ini. B*ngsat emang," gumamnya.
Malam semakin larut, namun Arya semakin terhanyut dalam dunia malam. Akal sehatnya yang sudah tak terkontrol, membuat kepalanya bersandar diatas pangkuan seorang gadis cantik.
"Mas Arya mau lagi?" tanya sang gadis, meski turut dalam kondisi pengaruh minuman keras.
Arya sempat cegukan, lalu tersenyum dan berkata, "S—segelas lagi ...." pintanya, dengan kondisi mabuk kepayang.
Sang gadis tiba-tiba menuangkan sebotol minuman keras, kearah mulut Arya yang sudah menganga lebar. Arya begitu nikmatnya menenggak minuman tersebut, tanpa mengetahui bila Aulia sedang mencarinya.
...***...
Setibanya didepan bangunan diskotik, Sang manager seketika terkejut saat menyaksikan Aulia mendadak membuka pintu mobil. "Aulia! Tungguuu!" himbaunya.
"Kalo emang dia beneran ada disini ... gua bakal akhiri semuanya," kata Aulia, seraya berjalan tergesa-gesa menuju pintu utama diskotik.
"Bentar mbak." Salah seorang petugas keamanan seketika menghadang pergerakan Aulia. "Boleh saya pinjam KTP-nya?" pinta petugas keamanan tersebut.
Aulia sempat mendecih, namun tetap menuruti permintaan sang petugas. "Nih." Ia pun lansung menyodorkan kartu identitas yang dikeluarkannya dari dalam dompet.
Sang petugas lantas terkejut, perlahan menatap dengan teliti wajah Aulia selepas mengamati secara detail informasi-informasi dalam kartu identitasnya. "Mbak ini bukannya artis yah? Apa saya gak salah lihat?" tanyanya.
Aulia sontak meraih kartu identitasnya. "Ya. Gue kesini mau nyari Arya Pamungkas! Apa dia ada disini?!" jawabnya, melemparkan kembali pertanyaan pada sang petugas.
"Oh! Ada mbak, ada!" Sang petugas seidkit menyingkir, lalu perlahan membukakan pintu diskotik untuk Aulia. "Silahkan masuk mba," ucapnya.
"Makasih." Aulia sontak bergegas melangkahkan kakinya melewati lorong sempit, sebelum akhirnya ia tiba didepan sebuah pintu yang terletak diujung lorong.
Sebelum membuka pintu, Aulia mendengar jelas suara hiruk-pikuk yang bersumber dibalik pintu tersebut. "Tega-teganya Arya cuekin gue, terus dia bersenang-senang ditempat ini. Padahal ... sebentar lagi kita mau nikah," batinnya.
...***...
"Arya!" Aulia sontak terbelakak, menyaksikan bagaimana Arya terbaring diatas pangkuan seorang gadis, juga kedapatan memeluk perut gadis tersebut dihadapannya.
Arya yang sudah dimabuk kepayang, perlahan menoleh kearah Aulia. "A—Auliaa ...." himbaunya dengan pelan. Ia pun berusaha bangkit, lalu terduduk disamping sang gadis.
(Prak!)
Dalam sekejap Aulia melayangkan tamparan kerasnya pada pipi Arya, membuat sang DJ yang sempat menyaksikannya sontak menghentikan putaran musik diskotik.
Keheningan pun terjadi, semua mata tertuju pada Arya yang nampak tercengang sambil memegang sebelah pipinya.
"Lo bener-bener keterlaluan Arya." Aulia sudah kalap, nafas didadanya menggebu-gebu dengan iringan air mata yang perlahan menetes. "Akhir-akhir ini lo susah dihubungi setiap malam, ternyata ada di tempat ini," katanya.
Arya akhirnya tersadar, matanya sontak terbelalak, menyaksikan kekecewaan yang nampak jelas diwajah Aulia. "T—tunggu Aulia. Aku bisa jelaskan semu—"
"Cukup!" Aulia sontak memotong perkataan Arya, sekejap memalingkan wajahnya dari pandangan pemuda tersebut. "Gue udah muak! Kita batalin aja pernikahannya! Lo bukan siapa-siapa gue lagi!" tegas Aulia.
Arya terkejut dengan perkataan itu, lalu melihat Aulia seketika berjalan menjauhinya. "Aulia! Tung—"
(Brugh)
Belum sempat mengejar Aulia, Arya tiba-tiba tersungkur. Ia pun mendadak muntah, mengeluarkan seluruh cairan yang sempat ditenggaknya secara berlebihan.
...***...
Keesokan paginya, Arya terlihat sedang terbaring diatas sebuah brankar, didalam sebuah ruang perawatan rumah sakit terdekat.
Didepan ruangan, terdapat puluhan wartawan yang sedang menanti kepulihan Arya, demi mendapatkan klarifikasi tentang tereksposnya ia di diskotik malam, dengan kondisi overdosis obat-obatan terlarang.
Tak ada seorangpun yang menemani Arya dalam ruangan tersebut, sebab tim perawat telah mengunci kamarnya rapat-rapat, jauh setelah ia mendapatkan perawatan yang intensif.
Seketika muncul seorang wanita paruh baya yang dikenal sebagai manager Arya. Ia berjalan menuju ruang perawatan, bersama beberapa orang perawat yang memegang kunci ruangan tersebut.
Seluruh wartawan sontak mengerumuni sang manager.
"Apakah benar Arya kecanduan narkotika?" tanya salah seorang wartawan.
"Apakah pertunangannya dengan Aulia Sofia dibatalkan?" tanya salah seorang wartawan lainnya.
Sang manager terus berjalan, memanfaatkan dua pengawalnya yang sigap menghalau para wartawan.
Sesaat kemudian, hanya sang manager, dua orang pengawal, serta dua orang perawat yang kedapatan hadir di ruang perawatan Arya, menyaksikan bagaimana pemuda tampan itu terbaring lemah diatas ranjang.
"Semua ini gara-gara aku. Kalau saja aku tak menyarankannya mengonsumsi obat-obatan itu, nasib hidupnya pasti jauh lebih baik dari ini," sesal sang manager.
Wanita paruh baya berusia empat puluh tahun itu, menjadi satu-satunya anggota keluarga Arya. Ia merawat Arya sejak kecil, selepas kepergian kedua orangtua Arya yang tewas akibat kecelakaan pesawat.
Sang manager terus menyesal dan menyesal, meratapi didikannya yang telah salah dalam membimbing Arya, membuat pemuda tersebut justru terjerumus menjadi pecandu obat-obatan terlarang.
Tak ada satupun yang tahu siapa dalang dibalik overdosisnya Arya karena ketergantungan narkotika. Sang manager pun menjadi was-was, takut bila dirinya menjadi buruan pihak kepolisian, atas ulahnya sendiri yang menjerumuskan keponakannya tersebut.
"Maaf. Waktu kunjungan sudah habis. Mari keluar Bu," ucap salah seorang perawat, yang telah bersiap membukakan pintu ruang perawatan.
"Mona, Ryan, maafkan aku, karena telah gagal membimbing putra kalian. Mulai hari ini, aku memutuskan untuk pergi meninggalkan Arya selama-lamanya," batin sang manager, sebelum akhirnya bergegas keluar dari ruang perawatan.
~Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Habibah Syamilah
h BB CC
2023-04-26
3
Iqbal
mantp thor
2023-04-16
3
Ra dhiraemon
Hai kk izin mampir ya
2023-04-12
3