"Ueek ... Bauu!" Arya menyumpal hidungnya, tercium bau kotoran yang sangat-sangat tidak sedap dari tubuh sang bayi.
Bayi yang tak mengenakan sehelai pakaian itu rupanya mengeluarkan feses, ciri khas alamiah yang ditunjukkan oleh seorang manusia.
"Nih bayi berak kayaknya," duga Arya, setelah merasakan sesuatu yang sangat kental dan hangat di sebelah pahanya.
...[Host. Bawa dia ke kamar mandi. Bersihkan kotorannya, lalu balut tubuhnya dengan handuk]...
"Haaa?! Memangnya kau pikir aku ini baby sitter?! Aku mana bisa ngelaku—"
Celotehan Arya mendadak terhenti, karena pandangan matanya tiba-tiba menghitam.
...[Jika kau tak ingin melakukannya, baiklah. Kau akan buta seumur hidup]...
"Apa maksudnya ini?" Arya menjadi bingung, entah kenapa sistem itu terus menerus mendesaknya.
...[Host. Pahamilah keadaanmu sekarang. Kau harusnya beruntung sudah dihidupkan kembali. Kami berharap kau dapat mengubah takdir hidupmu jauh lebih baik dari sebelumnya]...
"Jauh lebih baik dari sebelumnya? Aku dulu seorang artis! Aku mati pun tetap dikenang sebagai seorang artis! Jangan kau kira hidupku sebelumnya tidak menyenangkan. Aku bahkan senang mati dalam kondisi seperti itu!" protes Arya.
...[Baiklah. Lalu bagaimana dengan orang-orang di sekitarmu? Apakah mereka merasa senang denganmu?]...
Arya lansung terdiam, argumennya terpatahkan begitu saja dengan pertanyaan-pertanyaan itu.
...[Kau bahkan mati seperti seorang pecundang. Tak ada yang pernah mengerti perasaanmu, karena kau selalu bertindak konyol. Pahamilah keadaanmu sekarang, lihatlah bayi itu. Dia adalah sosok yang akan membawakan kebahagiaan untukmu, host]...
"Bagaimana caraku melihatnya? Aku sendiri bahkan tak bisa melihat apa-apa," keluh Jaka dengan tenang.
...[Maaf, host]...
Pandangan mata Arya tiba-tiba kembali seperti semula, dapat melihat dengan jelas hal apapun yang berada didepan matanya.
Arya seketika mendengus. "Kalau begitu, ada satu hal yang ingin kutanyakan," ucapnya.
...[Apa itu host]...
"Siapa ibunya?" tanya Arya.
...[Kau]...
Jawaban sistem sontak membuat sebelah alis Arya meninggi. "Siapa ayahnya?"
...[Kau juga]...
Arya menjadi heran. "Neneknya? Kakeknya?"
...[Kau]...
Arya semakin terheran-heran. "Buyutnya? Presidennya? Rajanya?" tanya pemuda tersebut.
...[Kau juga]...
"Baiklah." Arya seketika mengangkat tubuh sang bayi, menggendongnya dan membawa bayi tersebut menuju kamar mandi. "Aku sudah mengerti sekarang. Dunia ini benar-benar konyol," sindirnya.
Setelah tiba di kamar mandi, Arya lansung meraih alat penyembur air. Ia menggunakan alat itu untuk menyemprot kotoran-kotoran yang menempel pada b*kong sang bayi.
...[Bersihkan pelan-pelan. Kulitnya masih sangat sensitif]...
"Iyaa iyaaa ...." Arya mengusap-usap b*kong sang bayi sampai bersih, meski sebenarnya ia sekuat mungkin menahan rasa mual.
...[Jangan sampai membasahi ubun-ubunnya. Bayi seusianya diwajibkan mandi dengan air hangat]...
"Bawel banget sih!" gumam Arya.
Kini, bagian vital sang bayi yang dibersihkan Arya secara perlahan. "Lah, gajahnya kecil," ucapnya, sambil membersihkan alat kel*min sang bayi dari kotoran feses yang menempel.
...[Jangan mencoba mengintimidasinya. Gajahmu juga kecil sewaktu kau kecil]...
Arya hampir tertawa.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Selepas membersihkan sang bayi, Arya kini meletakkan tubuh bayi tersebut diatas ranjang. Ia kemudian berjalan meraih sebuah handuk kecil yang menggantung pada pintu kamar mandi, bermaksud membaluti tubuh sang bayi dengan handuk itu.
...[Bagus. Tapi jangan sampai kepalanya juga]...
"Oh iya! Maaf!" Arya dengan polosnya membedong tubuh sang bayi sampai kepala. "Maaf yah ... om gak sengaja," ungkapnya, seraya melepaskan balutan bedongan handuk pada kepala sang bayi.
...[Untuk sekarang ini aku maklumi. Lain kali jangan diulangi]...
"Iya iyaaa. Namanya juga gak pernah ngerawat bayi," balas Arya.
Sesaat kemudian, sang bayi pun nampak tertidur pulas, mungkin terlalu lelah saat Arya mencoba membawanya ke kamar mandi.
"Akhirnya kelar juga ...." Arya seketika berjalan sempoyongan menuju sebuah kursi yang terletak didekat jendela kamar. Ia menduduki kursi tersebut seraya menatap kearah sang bayi yang sedang tertidur pulas.
...[Baiklah host, kau sudah menyelesaikan misi perdana. Tidak ada reward untuk misi ini]...
"Reward?" tanya Arya.
...[Ya. Reward adalah imbalan yang akan kau terima jika selesai melaksanakan misi dengan baik. Sekarang, kau hanya perlu menunggu beberapa saat sampai bayi itu terbangun]...
"T—tolong jelaskan lebih detail tentang misi dan reward," pinta Arya.
...[Permintaan yang bagus, host. Aku adalah sistem yang akan memberikanmu berbagai macam misi. Kau diwajibkan menyelesaikan misi-misi tersebut dengan baik]...
...[Setiap misi terbagi kedalam beberapa level. Setiap level terdapat jumlah reward yang berbeda-beda. Dan setiap bulan, misi-misi yang kau selesaikan akan dievaluasi]...
"Evaluasi?" tanya Arya.
...[Ya. Ada penilaian dari pihak tertentu yang akan mengevaluasinya dalam bentuk raport. Nilai raport yang kau terima bisa saja lebih tinggi atau lebih rendah, tergantung dari caramu menyelesaikan misinya]...
"Jadi, semua misi itu mengacu pada bayi tersebut?" tanya kembali Arya.
...[Tentu saja. Tetapi nanti akan ada misi yang mengacu pada dirimu sendiri. Bagaimana caramu menyelesaikannya, akan sangat berpengaruh dalam kehidupan bayi itu]...
Arya seketika termenung. "Dia tadi bilang kalau bayi itu adalah sosok cerminan diriku. Apakah aku ditugaskan untuk mengubah nasib bayi itu kedepannya?" batin Arya.
...[Ya, kau benar host]...
Arya sontak tertegun. "B—bagaimana bisa kau membaca pikiranku?!" tanyanya, merasa heran saat sistem tersebut tiba-tiba menjawab pertanyaan dalam hatinya.
...[Tentu saja! Semua yang ada dalam dirimu, aku yang mengendalikan. Kali ini aku peringatkan, jangan pernah mencoba berniat jahat pada sang bayi]...
"B—baik. Aku bahkan tak ada niat sedikitpun untuk itu," balas Arya.
...[Hmm ... ucapanmu sangat mencurigakan. Tapi, jika kau sudah bosan hidup, kau boleh meninggalkan bayi ini. Aku akan mengembalikan semuanya seperti se—]...
"Tunggu, tunggu, tunggu, tunggu! Baiklah, baiklah! Aku siap menjadi ayahnya!" tegas Arya.
...[Bisa kau ulangi lagi? Aku kurang yakin]...
Arya sontak berdiri dari kursinya. "Aku, Arya Pamungkas, bersedia menjadi ayah tunggal bayi itu!" tegasnya sekali lagi, dengan kedua tangan yang mengepal erat.
^^^[Bagus. Itulah yang kuharapkan dari hostku]^^^
Sang bayi, tiba-tiba melakukan pergerakan.
...[Baiklah, dia sudah bangun sepertinya]...
Arya lansung berjalan menghampiri bayi tersebut. "Udah bangun lu boy?" ucapnya, lalu terduduk di sisi ranjang.
...[Host, sebagai modal awal, aku akan memberikan sesuatu padamu]...
"Apa itu?" tanya Arya.
Tiba-tiba sekelebat cahaya muncul menerangi meja yang terletak di dekat jendela ruangan, seiring dengan Arya yang mendadak tercengang saat menyaksikan kejadian itu.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Arya penuh curiga.
...[Jangan khawatir host. Aku hanya memberikanmu modal awal]...
Sekelebat cahaya itu perlahan memudar, menampilkan sejumlah uang yang terletak diatas meja.
...[Host, aku tak bisa memberikanmu banyak uang. Pergunakan uang yang ada diatas meja itu untuk membeli segala kebutuhanmu dan bayimu. Selanjutnya, kau bisa mendapatkan lebih banyak uang setelah menyelesaikan beberapa misi]...
"Ohh ... baiklah." Arya akhirnya beranjak menuju meja, perlahan meraih dan menghitung jumlah uang yang telah diberikan sistem. "Hmm ... satu juta kah? Kayaknya cukup untuk berdua," ucapnya.
...[Benar. Sebaiknya, kau mendahulukan kebutuhan bayimu! Jangan egois! Meski kau hanya bisa memakan sebutir nasi, setidaknya bayimu bisa memakan banyak makanan bernutrisi. Ini peringatan host! Ada penilaian dalam misi level A ini!]...
Arya menyungging senyum. "Tenang saja. Bayi kalau lapar pasti nangis kan?" tanyanya, mengalihkan peringatan yang dikatakan sistem.
...[Tidak ada yang tahu. Bisa saja bayi menangis karena kekenyangan. Jangan mencoba mencari keuntungan dari kelemahan seorang bayi]...
"Bukan bukan. Bukan itu maksudku. Aku cuma teringat sama perkataan ...."
Arya sontak termenung.
...[Ada apa host? Sepertinya kau sedang mengingat seseorang]...
"G—gak ada." Arya menghela nafas dalam-dalam. "Baiklah. Aku sudah siap untuk berbelanja," ucapnya kemudian.
...[Hmm ... aku mengerti siapa orang yang sempat terlintas dalam pikiranmu. Kesampingkan soal itu. Host, tadahkan telapak tanganmu]...
"Baik." Arya perlahan menengadahkan sebelah tangannya.
Tiba-tiba sekelebat cahaya kembali muncul mengerubungi telapak tangan Arya.
"Apa ini?" tanya Arya, sebelum akhirnya sekelebat cahaya itu memudar, menampilkan sebuah gulungan kertas yang sangat tipis.
...[Itu adalah daftar belanjaan yang harus kau beli. Misi kali ini adalah menggunakan uang yang kuberikan sebaik mungkin. Kau harus mengutamakan kebutuhan bayimu ketimbang dirimu. Jika berhasil menyelesaikannya, akan ada reward]...
Arya sontak mendengus. "Baiklah." Ia secara inisiatif menggendong tubuh sang bayi. "Kemana aku harus belanja? Ke mall kah?" tanyanya.
...[Tidak usah jauh-jauh. Bangunan apartemen ini menyatu dengan sebuah mall yang terletak dilantai dasar. Kau hanya perlu menggunakan lift untuk pergi kesana]...
"Pwapwa!" Sang bayi tiba-tiba berkata, tetapi Arya memahami maksud dari perkataan itu.
"Iya iya. Mulai hari ini aku adalah papamu," balas Arya, sambil berjalan menuju pintu kamar.
Arya akhirnya bergegas keluar dari pintu kamar, selepas sistem memberikan sepasang kunci kamar untuknya.
Bersama seorang bayi kecil, mungil, nan imut, Arya terus berjalan dengan penuh percaya diri melewati lorong lantai apartemen. Meski begitu, ia tak luput dari perhatian orang-orang disekitar, terlebih lagi bagi beberapa kaum hawa yang sempat terpesona dengan ketampanan wajahnya.
~Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
banggang penulis cerita ulang2 je. bosan baca sampah ni.
2024-09-22
0
Iqbal
👍
2023-04-16
2