Berita tentang kejadian yang menimpa Arya, sontak tersiar diseluruh media sosial dan stasiun televisi swasta. Hal itu justru memicu opini negatif publik tentang diri Arya, juga mengganggu kiprahnya dalam dunia perfilman.
Arya Pamungkas, sang aktor muda ternama yang kini terbaring lemah diatas brankar ruang perawatan, seketika tersadar dari komanya.
Menjelang malam hari, Arya mendapatkan perawatan intensif dari tim perawat.
"Mas Arya. Kamu masih muda dan ganteng. Jauhilah obat-obatan terlarang mulai detik ini. Kamu juga harus rutin direhabilitasi," kata salah seorang gadis perawat.
"M—maaf sus. Saya rasa karir saya udah gagal," balas Arya, seraya menyaksikan bagaimana sang perawat menyuntikkan sesuatu di pergelangan tangannya.
Selepas meletakkan alat suntikan, sang perawat pun berkata, "Jangan pesimis mas. Semua orang pasti pernah merasakan kegagalan. Dari kegagalan itulah kita bisa belajar untuk bangkit kembali."
Arya menghela nafas, bola matanya menatap fokus pada wajah sang perawat. "Mbaknya sendiri pernah merasa gagal kah?" tanyanya.
Pertanyaan itu, justru membuat sang perawat menyungging senyum. "Sering mas. Tapi akhirnya aku tetep bangkit dan berjuang demi kedua orangtuaku," jawab sang perawat.
"Orangtua ... kah?" Arya lansung termenung, perlahan mengingat-ingat kembali sosok wajah kedua orangtuanya yang telah tiada.
"Bu manajer gak kesini lagi toh mas?" tanya sang perawat.
Arya mendengus. "Sepertinya enggak. Kayaknya dia udah pergi jauh," jawabnya, yang dimana dugaannya itu spontan terucapkan.
"Maksudnya mas?" Sang perawat menjadi heran dengan perkataan Arya.
"Biaya pengobatannya udah dibayar belum mbak?" Arya justru mengalihkan pembicaraan.
"Udah mas. Udah dibayar sama Bu manajer mas Arya," jawab sang perawat.
"Bagus," kata Arya, sekejap melirik kearah lain.
Sang perawat tiba-tiba merogoh saku seragamnya, mengeluarkan sebuah ponsel dari dalam saku seragam tersebut. "Mas Arya. Aku minta fotonya boleh?" pintanya.
"Boleh." Arya seketika bangkit, berusaha terduduk lalu merangkul pundak sang perawat.
(Cekrek ....)
Seluruh gadis perawat yang lain pun tak mau kalah. Mereka terus bergantian mengambil foto bersama Arya, sang aktor terkenal yang sangat mereka kagumi.
Sesaat kemudian, Arya nampak merebahkan tubuhnya. Ia pun tertidur pulas, setelah mendapatkan penanganan dari tim perawat.
Jauh di alam mimpinya, Arya bertemu dengan seorang gadis cantik.
"Tega kamu Arya ...." kata gadis tersebut dengan suara yang terdengar menggema, membuat Arya seketika terbangun.
Arya pun sontak bangkit. Nafasnya terengah-engah selagi terduduk ditengah-tengah ranjang brankar, efek dari keterkejutannya saat menyaksikan sosok seorang gadis dalam mimpi itu.
"Aulia ...." ucap Arya, seiring detak jantungnya yang berdegup kencang.
Sosok yang sempat terlintas dalam mimpi Arya, adalah Aulia Sofia, mantan tunangannya.
Arya diharuskan menelan pil pahit, saat menyadari bila hubungan ia dengan Aulia telah berakhir, hanya karena ulahnya sendiri.
(Zleb~)
Arya pun sontak menarik selang infus yang melekat di pergelangannya. "Sebelum semuanya terlambat, gua harus minta maaf sama Aulia," ucapnya, lalu secara mendadak turun dari atas ranjang.
...***...
Meski masih mengenakan pakaian khusus pasien, Arya tetap bersikukuh melangkahkan kakinya menuju rumah Aulia, yang jaraknya tak terlalu jauh dari rumah sakit.
Dinginnya angin malam, sepinya lalulintas kendaraan, serta heningnya suasana disekitar, tak menyurutkan semangat Arya, yang hampir sedikit lagi tiba didepan gerbang rumah Aulia.
"Gua bakal berjanji untuk berubah. Bakal jadi lebih baik untuk dia. Belajar untuk bisa menghargai perasaan dia."
Itulah kata-kata yang menjadi penyemangat Arya, sebelum akhirnya tiba didepan gerbang rumah.
Semilir angin pun berhembus, pertanda bila hujan akan segera turun.
"Auliaaaa!" sorak Arya.
Sorakan itu, mampu terdengar sampai telinga Aulia. "Kayak kenal suaranya." Ia pun perlahan bangkit dari ranjang, berjalan melangkahkan kaki menuju jendela. "Siapa yah?" ucap Aulia.
"Auliaa!!! Aku minta maaaf!! Maafin akuuu!" ungkap Arya bersorak-sorai, membuat Aulia langsung terbelalak saat mendapati kehadirannya di depan gerbang rumah.
"Arya?! Ngapain dia kesini?!" Aulia benar-benar tak menyangka dengan kehadiran Arya, pemuda yang notabene telah diputuskan hubungan dengannya secara sepihak.
"Auliaaa!!! Maafin akuu!! Aku menyesaal!!!" sorak kembali Arya.
Aulia pun berjalan menghampiri ponselnya yang tergeletak diatas ranjang, sesaat setelah ponsel tersebut tiba-tiba berdering. "Iya Mah?!"
"Aulia! Siapa itu yang teriak malem-malem begini?! Apa kamu kenal sama dia?!" tanya sang Bunda.
Aulia mendadak cemas. "D—dia ... Arya Mah," jawabnya terus terang.
"Aryaaa?!!"
Sang bunda sontak mematikan panggilan ponsel.
"Gawat! Mamah pasti bakal marah sama dia!" duga Aulia, yang seketika bergegas melangkahkan kakinya keluar dari kamar.
Didepan gerbang, Arya tiba-tiba menyaksikan kehadiran dua orang paruh baya, diketahui sebagai kedua orang tua Aulia.
"Heh kamu Arya! Apa maksud kamu teriak-teriak gak jelas malem-malem begini?! Ganggu orang tidur saja!" omel Ibu Aulia.
"Mamah. Aku minta maaf kalo udah bikin kalian kecewa. Tapi aku mohon, tetap anggap aku sebagai calon menantu kalian!" tegas Arya.
Penegasan itu justru membuat Ayah Aulia murka. "Apa kamu bilang?!" Pria paruh baya tersebut seketika meraih kerah baju Arya dari celah-celah besi pagar. "Enak sekali kamu bicara, hah!! Kamu pikir kami sudi menikahkan Aulia dengan pengidap narkoba akut seperti kamu?! Haaa?!!!" bentak sang Ayah, yang kemudian mendorong tubuh Arya.
Arya pun terjungkal kebelakang.
"Papaah!!" himbau Aulia,bsempat menyaksikan bagaimana perlakuan sang ayah terhadap Aryandidepan pintu rumah.
"Aulia! Masuk kedalam rumah!!" perintah sang Ayah.
Sang Bunda pun lantas berjalan menghampiri Aulia. "Sudah Aulia! Jangan pernah pikirin orang kayak gitu lagi. Dia benar-benar gak layak jadi suami kamu!" tegas sang Bunda seraya menarik tangan Aulia.
Aulia pun tak dapat mengelak, saat dirinya dipaksa berjalan masuk kedalam rumah oleh sang bunda.
"Aulia ...." Arya seketika menjulurkan tangannya kearah Aulia, tak kuasa menerima kenyataan bahwa gadis itu benar-benar sudah melupakannya. "Auliaaaa!!!" soraknya sekuat tenaga.
...***...
Keesokan hari, Arya kedapatan tertidur di depan sebuah toko yang masih tutup.
"Bang ... bang bangun bang!" tegur seorang pria paruh baya, diketahui sebagai pemilik toko.
Arya pun terbangun dan sontak bangkit lalu terduduk. Ia sempat menggeliatkan tangannya kearah atas, lalu berjalan begitu saja meninggalkan toko tersebut.
Sang pemilik sampai tercengang dibuatnya. "Orang itu ... kayak pernah liat mukanya," duga sang pemilik toko, sempat menolehkan wajahnya mengintip Arya dari balik tembok pembatas toko.
Arya Pamungkas, pria berpenampilan lusuh yang terlanjur depresi akibat ditinggalkan sang kekasih. Entah apa yang sedang berkutat dalam pikiran Arya, ia pun berjalan dan terus berjalan tak tentu arah, juga tak menghiraukan perhatian setiap orang yang dilewatinya.
"Itu ... Arya Pamungkas bukan sih?" duga salah seorang pejalan kaki, yang sempat berpapasan dengan Arya.
"Kayaknya bukan deh. Masa artis penampilannya begitu, udah kayak gembel aja," jawab salah seorang pejalan kaki lainnya.
Arya terus menunduk, selagi kakinya melangkah secara perlahan. Perhatiannya spontan tertuju pada sebuah kaleng bekas.
(Plang!)
Kaleng bekas itu menjadi korban pelampiasan Arya, terhempas sejauh mungkin kearah depan setelah pemuda malang tersebut menendangnya sekuat mungkin.
"Aaaahh!! Rumah gua dijual! Uang gua dirampas! Dasar bibi sialaaaan!" gumam Arya dengan nada keras.
Tak ada sedikitpun harta yang dimiliki Arya, membuatnya lansung menyandang status sebagai pemuda tunawisma.
Hujan seketika turun, membasahi seluruh area pertamanan kota yang dilalui Arya. Dinginnya angin yang berhembus, justru semakin membuatnya kehilangan akal sehat.
Arya terus berjalan melangkahkan kakinya di tengah derasnya guyuran hujan, sempat menyaksikan kehadiran beberapa bocah kecil yang sedang berlarian kesana-kemari dan tertawa.
"Ayah ... ibu ... kalian pasti senang tinggal di surga sana. Lalu bagaimana dengan nasibku yang justru sengsara hidup disini? Ahh ... aku ingin sekali menyusul kalian," batin Arya, tak sengaja melihat salah seorang bocah berlarian ditengah jalan raya.
Tiba-tiba sebuah truk melesat cepat dari arah kejauhan. Sang supir sepertinya sedang terburu-buru, tak memperhatikan bila jalan yang akan dilaluinya terdapat seorang bocah kecil.
Arya sontak berhenti, tak jauh diseberang bocah tersebut. Ia lalu menyaksikan bagaimana sebuah truk melaju dengan sangat cepat, sejalur dengan arah sang bocah yang sedang berputar-putar ria menikmati hujan.
"Awass!!"
Sang supir sempat menyadari kehadiran bocah tersebut, akan tetapi ia tak sempat menginjak pedal rem.
(Tiiitt!!)
(Braakk!)
Nahas, Arya justru tewas terlindas truk.
...***...
Sebelumnya, Arya dengan sigap mendorong tubuh bocah tersebut. Ia membiarkan tubuhnya menjadi sasaran empuk bemper truk.
Arya sempat tersenyum saat cahaya lampu truk menyoroti wajahnya, pertanda bila ia senang dapat melepaskan beban hidup yang dipikulnya selama ini.
Truk yang terlanjur melesat itu pun melindas tubuhnya, meremukkan badannya, hingga nyawanya meregang seketika.
~Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Habibah Syamilah
CC dan xx c xx vv di CV xx BB xcb CC v v BBh BBb
2023-04-26
3
Iqbal
👌
2023-04-16
2
Aikattsu
gepeng dong
2023-04-08
3